Eka Rahmawati

  • Beranda
  • Profil
  • Makan
  • Sehat
  • Cantik
  • Jalan
  • Buku&Film
  • Belajar



Eksfoliasi menjadi salah satu rutinitas yang penting banget dilakukan sebagai salah satu step untuk mengurangi masalah pada wajah, salah satunya kulit wajah yang kusam dan bekas jerawat yang membandel. 

Meski diberbagai sumber soal kecantikan maupun yang disampaikan oleh berbagai beauty enthusiast eksfoliasi itu baiknya dilakukan 2-3x seminggu aja, manfaatnya enggak bisa dianggap remeh. 

Saya sudah pernah share beberapa manfaat dari eksfoliasi di postingan sebelumnya yang bahas review product Neogen Dermatology Bio-Peel+ Gauze Peeling Lemon

Baca juga: Review Neogen Dermatology Bio-Peel+ Gauze Peeling Lemon, Cara Beda Buat Eksfoliasi

Sekarang saya mau share pengalaman menggunakan produk eksfoliasi lainnya yaitu The Body Shop Drops of Light Pure Resurfacing Liquid Peel atau orang-orang juga biasanya search di internet dengan nama The Body Shop Drops of Light Liquid Peel. Sebenarnya saya justru lebih dulu mencoba produk ini dari pada si Neogen Biopeel Lemon. Bahkan saya sudah beli produk The Body Shop Drops of Light Pure Resurfacing Liquid Peel 3x karena saking sukanya sama produk ini. 

 

Kemasan 

Seperti yang terlihat jelas di gambar kalau kemasannya ini adalah botol plastik yang berwarna putih. di bagian depan kemasan selain ada nama dari The Body Shop Drops of Light Pure Resurfacing Liquid Peel, di bawahnya ada tulisan "with brightening Red Algae Extract From The North Atlantic and Vitamin C Derivative". Botolnya sendiri pun ringan dan masih bisa digenggam. 

Dari segi keamanan produk ini oke banget karena ada sistem pengamannya atau stopper yang cukup kuat jadi kita enggak perlu takut tumpah. Dengan pengaman seperti ini jadi aman deh buat di bawa berpergian. 

Bukan cuma itu, karena bentuknya yang pump jadi sangat higienis. Kita tinggal pompa sedikit, maka produknya langsung keluar. Tapi saat pertama kali dibuka perlu dipompa beberapa kali hingga produknya keluar.  

Di dalam kemasannya juga tertera kalau The Body Shop Drops of Light Pure Resurfacing Liquid Peel bisa digunakan selama 12 bulan setelah kemasan dibuka. 




Komposisi 

Aqua, Alcohol Denat., Propylene Glycol, Glycerin, Carbomer, PPG-26-Buteth-26, Palmitamidopropyltrimonium Chloride, PEG-40 Hydrogenated Castor Oil, Quaternium-80, 3-O-Ethyl Ascorbic Acid, Parfum, Sclerocarya Birrea Seed Oil, Behentrimonium Chloride, Palmaria Palmata Extract, Cetrimonium Chloride, Isopropyl Alcohol, Linalool, Phenoxyethanol.

Manfaat Kandungan

Mungkin kamu pas baca komposisi di atas bingung, mana kata-kata si vitamin C sama Red Algae? Nah di produk The Body Shop Drops of Light Pure Resurfacing Liquid Peel ini si vitamin C ditulis 3-O-Ethyl Ascorbic Acid dan red algae extract ditulis Palmaria Palmata Extract. 

Seperti yang ditulis dalam kemasannya jika The Body Shop Drops of Light Pure Resurfacing Liquid Peel menggunakan vitamin C  Derivative. Ini dimaksudkan sebagai senyawa turunan dari vitamin C yang dalam produk ini adalah 3-O-Ethyl Ascorbic Acid. 


Kamu enggak usah takut sama kandungan alkohol yang tertera di dalam komposisi produk ini (Alcohol Denat dan Isopropyl Alcohol) karena keduanya termasuk dalam jenis lower alcohol (volatile alcohols). 

Saya dapat informasi berguna banget dari videonya Mba Affi Assegaf (skincare expert) yang ada di channel Youtubenya. Beliau membahas soal kandungan alkohol dalam skincare dan ada sesi tanya jawab juga dengan dokter kulit, yaitu Dr. Arini Astari Widodo SpKK. Berikut beberapa poin yang saya bisa ambil dari pembahasan dalam video tersebut. 

1.Dalam skincare biasanya volatile alcohol dikenali dengan nama ethanol, isoprophyl alcohol, dan alcohol denat. Biasanya jenis alkohol ini jika ditambahkan dalam skincare dengan konsentrasi yang kecil di bawah 5% dan biasanya bertujuan untuk cooling agent atau memberikan sensasi yang menyegarkan. Nah, kalo nilai konsentrasinya rendah, masih termasuk aman di kulit.

2.Namun, memang untuk pemilik jenis kulit yang kering maupun sensitif harus lebih berhati-hati dalam menggunakan skincare yang ada kandungan alkoholnya. Makanya, sebelum benar-benar membeli produk skincare, mau se-populer apapun produknya, kita sebagai konsumen harus cerdas dan mengecek apa saja sih kandungan yang ada di dalamnya dan cari tahu apakah aman digunakan pada kulit kita. Terus pas beli langsung misalnya di tokonya, enggak ada salahnya kita lakukan patch test dulu di belakang telinga dan tunggu hingga 24 jam. 

3.Dan bagi yang punya kondisi kulit tertentu seperti genentic atopic, dermatitis atopic, rosacea harus berhati-hati bahkan sebisa mungkin menghindari pemakaian produk yang memiliki kandungan alkohol. Namun untuk lebih meyakinkan, sebaiknya kamu konsultasikan dengan dokter kulit, ya.

4.Jangan langsung men-judge bahwa produk skincare yang ada kandungan alkoholnya pasti akan memiliki efek samping mengeringkan.

5.Nah, gimana sih cara mencegah agar kulit kita enggak kering setelah memakai produk skincare yang punya kandungan alkohol? Menurut Dr. Arini gunakan sesuai anjuran yang biasa tertera di kemasan produk. Karena formulasi yang ada dalam sebuah produk skincare sudah dirancang sedemikan rupa untuk suatu tujuan. Jadi kalau kita asal saja memakai produk tersebut, udah pasti manfaat yang diperoleh tidak maksimal atau bisa memberikan efek samping.  

Lalu gunakan bersama pelembap. Maksudnya setelah kamu menggunakan produk yang mengandung alkohol, jangan lupa pakai pelembap yang sesuai jenis kulit. Pelembap ini mampu memperbaiki skin barrier dan meng-counter efek kering dari alkohol. Selain itu jangan lupa untuk mencukupi hidrasi tubuh dengan mengonsumsi air putih yang cukup. Terakhir, memerhatikan kelembapan lingkungan. Kita juga bisa menggunakan spray water atau membasuh wajah dengan air untuk memberikan kelembapan.

Warna, Aroma, & Tekstur

Warna isi dari The Body Shop Drops of Light Liquid Peel bening putih butek gitu. Aromanya seperti lembut, dan tekturnya cair yang thick  dan kental gitu. Tapi agak  sedikit lengket di tangan dan wajah. Enggak ada scrubnya. Tapi mudah diratakan ke kulit wajah dan leher.


Cara Pakai 

Usapkan secara merata dan pijat secara lembut pada kulit wajah dan leher yang kering hingga berbentuk serpihan sel-sel kulit mati dan kotoran. Saat menggosok lembut di wajah, kita bakal merasakan sensasi dingin. Saat pemakaian hindari bagian mata dan bila enggak sengaja terkena, segera bilas dengan air. Kemudian bilas wajah dan leher dengan air. Dianjurkan gunakan 2-3 kali dalam satu minggu. Jika setelah pemakaian mengalami iritasi, sebaiknya segera hentikan pemakaian ya. 

Biasanya saya pakai 2-3 pump untuk seluruh wajah dan leher. Sel-sel kulit mati yang menempel juga mudah dibersihkan. Tinggal digosok sedikit, kulit matinya akan langsung terlihat. Jangan lupa habis pakai The Body Shop Drops of Light Pure Resurfacing Liquid Peel ini perlu dilanjutkan dengan pemakaian skincare selanjutnya yang biasa kita lakukan. 

Kalau saya jika dipakai pagi hari, biasanya sehabis eksfoliasi, pakai essence, hydrating toner, pelembap sama sunscreen. Tapi kalau lagi mau pakai malam hari, setelahnya saya pakai essence, hydrating toner, serum, pelembap, dan sleeping mask. 

Klaim 

Gel exfoliasi dengan inovasi teknologi gel-to-peel yang meluruhkan kotoran, sisa polusi, dan sel-sel kulit mati sehingga kulit tampak lebih cerah sejak penggunaan pertama. Penggunaan berkelanjutan akan membantu membuat kulit terasa semakin halus. 

Hasilnya di Kulit Saya

Udah setahun saya pakai produk ini karena memang  ada hasilnya di kulit saya. Bikin cerah dan membantu menghaluskan kulit. Saat dipakai di kulit juga lembut banget. Setelah pemakaian juga enggak ada rasa ketarik, perih, merah-merah, bruntusan, dan gatal. Untuk klaim mencerahkan saat pertama kali pemakaian, di saya enggak ada perubahan. Cuma kalau kita pakai rutin sesuai anjuran memang ada hasilnya.

The Body Shop Drops of Light Pure Resurfacing Liquid Peel ini juga katanya bagus buat memudarkan bekas jerawat. Namun jujur, di saya ini kurang ngefek. Tapi saya cukup puas banget sih kalau abis pakai produk ini. Soalnya kita bisa lihat sendiri sebanyak apa sel kulit mati yang terangkat di wajah kita. 


Beli di Mana dan Harganya

Kalau beli di counter The Body Shop, pastikan lihat keterangan expired kemasan di belakangnya. Soalnya saya beli produk yang tanggal expirednya tinggal 6 bulan lagi. Padahal produk yang sebelumnya saya beli itu expirednya bisa sampai satu tahun. Dalam dunia retail atau penjualan produk di toko itu ada istilah namanya FIFO (First In First Out). Jadi barang yang pertama kali masuk ke gudang perusahaan akan dijual yang pertama. Saran saya ambil produk yang ada di deretan belakang, jangan yang di depan ya. Karena biasanya yang di depan itu yang tanggal expirednya sudah tinggal beberapa bulan lagi.

Salah satu hal yang saya suka dari produk The Body Shop adalah kemasan kosongnya yang bisa kita kembalikan lagi ke counternya. Jadi kita enggak perlu bingung atau merasa bersalah karena udah menambah sampah di lingkungan. Toh sama The Body Shop kemasan kosong kita tersebut bisa diolah atau dipakai lagi. 

Dengan berat 145 ml harga dari The Body Shop Drops of Light Pure Resurfacing Liquid Peel  Rp409.000. Jangan cemberut dulu lihat harganya. Di saya The Body Shop Drops of Light Pure Resurfacing Liquid Peel bisa dipakai lebih dari 6 bulan sebenarnya. Coba aja kamu hitung per bulan sebenarnya cuma perlu nabung 68 ribuan buat dapatkan satu produk ini. Worth to buy menurut saya. 

Cocok Digunakan Siapa Saja? 

 Di dalam kemasan maupun website resmi The Body Shop tidak disebutkan secara spesifik apakah The Body Shop Drops of Light Pure Resurfacing Liquid Peel cocok digunakan untuk pemilik jenis kulit apa. Namun, untuk kamu yang punya kulit sensitif dan kering baiknya lakukan patch test dulu di belakang telinga.

Meski di atas saya sudah menyebutkan kalau alkohol yang digunakan masih tergolong dalam jenis alkohol yang aman jika dimasukkan dalam produk skincare, tapi kamu juga sebaiknya tetap berhati-hati dan selalu ingat jika setiap kulit orang itu unik dan satu sama lain belum tentu punya reaksi yang sama. Jadi selamat mencoba, ya!

Baca juga: [Review] COSRX Salicylic Acid Gentle Cleanser. Bisa Hilangkan Jerawat di Kulit Saya?

Baca Juga: Review The Body Shop Seaweed Oil Balancing Clay Mask Bahasa Indonesia
  • 28 Comments


Di postingan kali ini saya mau share pengalaman memakai face wash dari Korea COSRX Salicylic Acid Daily Gentle Cleanser. Sebenarnya cleanser ini sudah ada lama di pasaran dan biasanya orang membandingkan dengan pembersih dari COSRX yang lainnya juga yaitu Low pH Good Morning Gel Cleanser

Nah, dari namanya saja kita udah tahu kalo pembersih wajah ini terbuat dari bahan salicylic acid. 
Maka dari itu, saya mau bahas dulu soal kandungan dari face wash ini. 

Komposisi

Water, Glycerin, Myristic Acid, Stearic Acid, Potassium Hydroxide, Lauric Acid, Butylene Glycol, Glycol Distearate, Polysorbate 80, Sodium Methyl Cocoyl Taurate, Salicylic Acid, Cocamidopropyl Betaine, PEG-60 Hydrogenated Castor Oil, Fragrance, Sodium Chloride, Melaleuca Alternifolia (Tea Tree) Leaf Oil, Caprylyl Glycol, Ethylhexylglycerin, Salix Alba (Willow) Bark Water, Saccharomyces Ferment, Cryptomeria Japonica Leaf Extract, Nelumbo Nucifera Leaf Extract, Pinus Palustris Leaf Extract, Ulmus Davidiana Root Extract, Oenothera Biennis (Evening Primrose) Flower Extract, Pueraria Lobata Root Extract, 1,2-Hexanediol, Ethyl Hexanediol, Citric Acid, Disodium EDTA

Formula

Sebenarnya apa sih salicylic acid? Salicylic acid merupakan zat yang dipercaya bisa bantu hilangkan jerawat. Menurut video Youtube Funskincare (Claudia Christin) kandungan salicylic acid ini bisa kita temukan di produk-produk  over the counter dengan konsentrasinya 0,05%-5%. Tapi untuk produk-produk dari Korea Selatan biasanya cuma diperbolehkan sampai 0,5% saja. 

Salicylic acid yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan asam salisilat  ini bisa diambil dari daun winter atau willow bark atau dibuat secara sintetis. 

Fungsi dari salicylic acid adalah mengangkat sel kulit mati. Salicylic acid ini juga bisa larut dalam minyak (oil - soluble) sehingga bisa menembus ke kulit lebih dalam. Jadi bisa membersihkan pori-pori yang tersumbat lebih maksimal.

Di dalam salicylic acid juga terdapat kandungan ukuran molekul yang cenderung lebih besar, sehingga membuatnya lembut ketika dioleskan ke kulit dan tidak memicu munculnya iritasi.

Kandungan ini bagus untuk mengatasi jerawat, karena salicylic acid memiliki peran sebagai anti bacterial yang mengontrol jerawat. Anti-inflamatory yang bisa meminimalisir iritasi atau kemerahan yang ada pada kulit.  Selain itu, bisa bantu mengontrol produksi minyak pada wajah. Makanya kebanyakan poduk yang mengandung salicylic acid cocok digunakan oleh orang yang memiliki kulit berminyak dan acne prone. 

Selain  ada kandungan si  salicylic acid, produk ini juga mengandung Glycerin yang bisa bantu bikin kulit jadi lembap dan halus. Myristic Acid di dalamnya juga mampu bekerja menyerap minyak dan kotoran berlebih pada wajah. 

Aroma & Tekstur

Dari segi aroma, terasa ada bau lemon yang lembut dan segar. Mungkin ini diperoleh dari kandungan Citrus Medica Limonum (Lemon) yang tertera di bagian akhir komposisinya ya. 

Terus untuk teksturnya, cleanser ini seperti krim tapi juga agak sedikit cair  dan berwarna putih. Ini juga tidak ada butiran scrubnya kok.

Cara Pemakaiannya 

Biasanya face wash ini saya gunakan sebagai second cleanser. Soalnya biasanya saya kalau membersihkan wajah pertama kali pasti pakai cleansing balm dulu untuk bantu membuat wajah lebih bersih. Setelah pakai cleansing balm, baru pakai COSRX Salicylic Acid Daily Gentle Cleanser.

Cara makainya juga seperti pakai face wash pada umumnya. Tinggal dikeluarkan sedikit ke telapak tangan, beri sedikit  air untuk membuat busanya. Kemudian diusap secara lembut  ke kulit wajah dan leher secara merata dan jangan sampai terkena area mata. Terus bilas pakai air hangat (anjuran dari kemasannya begitu). Tapi saya biasanya pakai air dengan suhu ruang biasa saja. 


Oh ya, produk COSRX Salicylic Acid Daily Gentle Cleanser ini dipakai sedikit saja bisa menghasilkan busa yang lumayan banyak dan merata lho.

Notes: Mungkin kebanyakan orang kalau cuci muka itu menjadi hal yang pertama dilakukan sebelum mandi apalagi keramas. Tapi tahu enggak, sebenarnya membersihkan wajah itu baiknya dilakukan di step terakhir setelah kita mandi, apalagi setelah keramas, lho.

Jadi gini, kalau kamu berencana mau keramas, pake kondisioner, atau masker rambut, baiknya lakukan itu dulu semua. Setelah sudah selesai mandi, baru deh cuci muka pakai face wash. Soalnya, kalau kita membersihkan wajah sebelum keramas dan lain-lainnya itu, malah buat sisa-sisa dari sampo, kondisioner, atau masker rambut masih suka nempel di wajah.  

Ya jadinya wajah kita kayak kotor lagi aja gitu. Terus kalau misalnya nih kita lagi enggak ada rencana buat keramas, baiknya tetap lakukan pembersihan wajah setelah mandi ya. Karena sebenarnya pemakaian skincare yang benar itu saat kondisi wajah masih setengah basah. Jadi belum benar-benar kering. 

Makanya kalau saya sih sebelum pakai baju dan kondisi wajah setengah kering, langsung deh pake skincare. Biar bisa optimal kerja skincare selanjutnya.

Baca juga: Heimish Cleansing Balm Pembersih Wajah yang Bagus untuk Pemula [Review]

Klaim

Di kemasannya tertulis diformulasikan dengan bahan botani dan 0,5% Salicylic Acid. Pembersih ini dengan lembut bisa menghilangkan kotoran dan sebum berlebih.

Hasilnya di Kulit Saya 

COSRX Salicylic Acid Daily Gentle Cleanser. cukup gentle saat bersentuhan dengan kulit. Membersihkannya juga mudah sekali dan tidak bikin kulit jadi keset. Setelah memakai produk ini lebih dari dua bulan, enggak ada rasa kering atau ketarik gitu di kulit saya sehabis mencuci muka. Kulit juga jadi halus setelahnya dan minyak di daerah t-zone saya hilang.

Enggak ada rasa gatal, kemerahan, atau cekat-cekit juga. Overall aman enggak meninggalkan reaksi aneh apa pun. Kalau misalnya ada jerawat baru juga sebenarnya bisa bantu mengempeskannya. Hanya saja tidak menghilangkannya ya. 

Kemasan 

Dari sisi kemasannya COSRX Salicylic Acid Daily Gentle Cleanser terbuat dari plastik yang memiliki simbol segitiga PP 5 (Polypropylene) yang ada di belakang kemasannya. Ini artinya jenis plastik yang satu ini cenderung aman, lebih kuat, tahan panas, minyak, dan bahan kimia, dan ringan serta memiliki daya tembus uap yang rendah. 

Lalu bentuknya  tube putih ada kotak warna merah di depannya yang bertuliskan nama produk. Sementara dari tutupnya yang berwarna hitam juga rapat banget. Jadi enggak perlu takut tumpah.  Untuk mengeluarkan isinya juga gampang. Tinggal pencet sedikit udah langsung keluar isinya dan enggak mudah beleber. 


Dengan berat sebanyak 150ml bisa lho dipake sampai tiga bulan. Soalnya saya sudah pakai dua bulan saja masih lumayan banyak. Ada juga kemasan travel size-nya dengan berat 20ml. Lumayan tuh kalau misalnya kita berpergian bisa bawa itu saja. 

Harga dan Beli Dimana

Saya beli COSRX Salicylic Acid Daily Gentle Cleanser di Sociolla   dengan harga Rp.149.000. Tapi kamu juga bisa kok beli produk ini di e-commerce lainnya dan mungkin harganya berbeda ya. Saya bilang sih harganya cukup terjangkau ya. Toh juga bisa dipakai sampai tiga bulan kan.

Apakah Akan Beli Lagi?

Sebenarnya hasilnya di kulit saya biasa saja. Enggak menimbulkan jerawat baru tapi juga enggak 100% menghilangkan jerawat juga. Saya paham, kalau mau menghilangkan jerawat kita nggak bisa cuma bergantung sama satu faktor saja, misalnya mengandalkan face wash saja.

Karena ada banyak banget alasan atau penyebab kenapa bisa timbul jerawat atau si jerawat kenapa tidak kunjung hilang. Makanya perlu didukung dengan kebiasaan lain seperti menjaga kebersihan kulit wajah, jangan sering-sering sentuh wajah, jangan pakai makeup yang berlebihan, batasi konsumsi makanan berlemak, pakai sikincare secara rutin dan sesuai jenis serta kondisi kulit, tidur cukup, dan jangan stres.

Jadi jangan buru-buru cepat menyalahkan si produknya. Coba ingat-ingat lagi, apakah kebiasaan-kebiasaan di atas sudah kamu lakukan atau belum. Kalau kasus jerawat di saya, lebih ke kurang tidur dan stres kerjaan hehehe. 

Balik lagi ke pertanyaan di sub judul di atas, apakah saya akan beli lagi produk COSRX Salicylic Acid Daily Gentle Cleanser ini? Mungkin saya bakal beli lagi produk ini. Tapi saya juga penasaran mau coba   'saudara'nya yang Cosrx Low pH Good Morning Gel Cleanser.

Mungkin ada dari kamu yang udah cobain juga produk COSRX Salicylic Acid Daily Gentle Cleanser  atau mungkin COSRX Low pH Good Morning Gel Cleanser, share di kolom komentar ya. 

Baca juga: Review Neogen Dermatology Bio-Peel+ Gauze Peeling Lemon, Cara Beda Buat Eksfoliasi


  • 35 Comments


Semua orang pasti punya skin concern yang berbeda-beda. Kalau saya masalah yang sering mengganggu adalah kulit wajah yang kusam, bekas jerawat, dan bruntusan huffft. Salah satu cara untuk menghilangkan ketiganya dengan melakukan eksfoliasi secara rutin tiap minggu.

Emang apa sih manfaat eksfoliasi buat kulit? Umumnya kan orang-orang tahunya kalau perawatan wajah satu ini buat angkat sel-sel kulit mati  di kulit luar ya. Tapi sebenarnya bukan cuma itu, gaes. Beberapa manfaat eksfoliasi rutin yang saya rasain di kulit saya tuh bikin kulit wajah jadi cerah dan bersihin pori-pori tersumbat.

Saya kadang antara rajin gak rajin hahahaha. Soalnya kadang saya suka lupa eksfoliasi. Makanya saya tuh kalo eksfoliasi 'wajib-nya' pasti di weekend. Biar ingat dan santai ngelakuinnya. Paling banyak 3x seminggu dan paling jarang 1x seminggu lah karena faktor suka lupa tadi.

Iseng-iseng saya coba cari di Youtube apa saja produk yang oke untuk eskfoliasi. Akhirnya saya menemukan video dari Suhay Salim, salah satu beauty vlogger Indonesia kesukaan saya yang me-review 3 varian Neogen Biopeel. 

Neogen Dermatology Bio-Peel+ Gauze Peeling Lemon ini merupakan chemical dan physical exfoliator. Chemical-nya berasal dari cairan yang ada di dalamnya. Sementara physical exfoliator-nya ada dari pad-nya yang bertekstur.

Sebenarnya saya sudah tahu produk eksfoliator asal Korea satu ini. Cuma masih maju mundur buat mencobanya, karena harganya yang lumayan mahal dan kemasannya yang bulky. Sampai pada akhirnya saya memutuskan untuk membelinya pada April 2020 lalu.

Nah berikut review Neogen BioPeel Lemon yang saya rasakan selama dua bulan pemakaian. 

Kemasan 

Bisa dilihat kan dari foto di atas kalo kemasannya gede banget, berat, dan memang agak makan tempat diletakkan di lemari, apalagi kalau dibawa buat traveling. Kemasannya berbentuk  seperti toples. Material utamanya terbuat dari arkrilik semacam plastik yang kokoh. Kayaknya sih kalau jatuh, ngga gampang pecah. Kemasannya yang berwarna bening juga bikin kita gampang melihat isinya.  Tapi sekarang ada kemasan yang lebih kecilnya, namanya baby Neogen yang isinya 18 pads.

Oh ya, ada juga kemasan travel size-nya dalam bentuk sachet. Per sachet isi 1 pads. Produk ini ngga ada kemasan kardusnya. Saya suka sih sama konsep kemasannya. Jadi ngga perlu mikirin sampah kardusnya. Pas tutupnya dibuka, ada segel berwarna putih sebelum langsung ke produknya. Saat melihat kemasan toplesnya, langsung mikir. Ini nanti kalo isinya udah habis, lumayan tempatnya bisa dipakai untuk menyimpan barang-barang kecil kayak peniti, jepitan, dan lain-lain :)



Dalam kemasannya tertera juga masa waktu pemakaian produk setelah dibuka pertama kali. Neogen Dermatology Bio-Peel+ Gauze Peeling Lemon ini cuma bisa dipakai selama 6 bulan setelah dibuka ya.  

Varian

Mungkin ada dari kamu yang belum tahu, kalau Neogen Dermatology Bio-Peel+ Gauze Peeling juga punya dua varian lainnya. Selain lemon, ada Neogen Dermatology Bio-Peel+ Gauze Peeling Wine dan Neogen Dermatology Bio-Peel+ Gauze Peeling Green Tea yang punya fungsi masing-masing. 

Wine ditujukan untuk anti aging, karena ada antioksidannya. kalau ingin mendapatkan kulit yang lebih firm, kencang, antioksidan, dan smooth. Green tea, cocok digunakan untuk kulit yang sedang bermasalah seperti bruntusan atau sedang mengalami iritasi. 

Klaim 

Dalam kemasannya, Neogen Dermatology Bio-Peel+ Gauze Peeling Lemon ditulis mengandung ekstrak lemon serta AHA (Alpha Hydroxy Acids) untuk membantu meluruhkan sel-sel kulit mati (eksfoliasi) dan membuat kulit lebih halus dan cerah. 

Kalau lihat beberapa video beauty vlogger seperti Suhay Salim, bilang kalau di kulit dia Neogen Dermatology Bio-Peel+ Gauze Peeling Lemon bisa bantu menghilangkan bekas jerawat dan meratakan tekstur. Cuma balik lagi sih, di kulit orang beda-beda hasilnya meski jenis dan skin concern-nya sama.

Aroma, Isi, dan Tekstur

Pertama kali dibuka kemasan segel-nya kita bisa langsung mencium aroma lemon yang segar banget namun lumayan strong. Neogen Dermatology Bio-Peel+ Gauze Peeling Lemon ini berisi 30 pads cotton  atau lembaran (semacam kain kapas) dengan cairan ekstrak lemon sebanyak 200ml. Jadi masing-masing pads itu akan terasa basah saat diusap ke kulit. Satu pads terdiri dari dua bagian. Bagian yang kasar bentuknya seperti jaring yang rapat mirip perban. Terbuat dari 100% Cotton Gauze Pads dan bagian halus bentuknya bulat-bulat.






Komposisi

Water, Butylene Glycol, Glycerin, Citrus Limon (Lemon) Fruit Extract, Phenoxyethanol, Ethylhexylglycerin, Alcohol Denat., PEG/PPG017/6 Copolymer, Sodium Hyaluronate, Melissa Officinalis Leaf Extract , Cymbopogon Citratus Extract, Citrus Unshiu Peel Extract, Citrus Aurantium Dulcis (Orange) Fruit Extract, Carica Papaya (Papaya) Fruit Extract, Tricholoma Matsutake Extract, Cordyceps Sinensis Extract, Citrus Paradisi (Grapefruit) Fruit Extract, Pisum Sativum (Pea) Extract, Glycine Soja (Soybean) Seed Extract, Vitis Vinifera (Grape) Fruit Extract, Saururus Chinensis Leaf/Root Extract, Arnica Montana Flower Extract, Artemisia Absinthium Extract, Broussonetia Kazinoki Bark Extract, Coptis Chinensis Root Extract , PEG-60 Hydrogenated Cator Oil, Carbomer, Tartaric Acid , Glycolic Acid , Lactic Acid , Tromethamine, Disodium EDTA, Benzophenone-5, CI 19140, CI 17200, Fragrance.

Formula

Seperti namanya, Neogen Dermatology Bio-Peel+ Gauze Peeling Lemon pastilah bahan utamanya lemon, ya kan. Nah, emang apa saja sih manfaat lemon buat wajah? 


Selain lemon yang manfaatnya udah saya jelaskan melalui infografis di atas. Neogen Dermatology Bio-Peel+ Gauze Peeling Lemon juga punya kandungan lain yang ngga kalah nendang di antaranya Butylene Glycol, Glycerin, Glycolic Acid, Lactic Acid,  dan Papaya Extract.

Butylene Glycol. Karena sifatnya yang mampu mengikat air maka kandungan ini bisa membuat lapisan kulit terluar terasa lembap. Butylene Glycol bisa membantu proses penyerapan nutrisi pada kulit sehingga membuat skincare yang digunakan bekerja lebih efektif. 


Glycerin sendiri bermanfaat buat bikin kulit jadi lebih lembap, skin barrier jadi lebih kuat, mengurangi peradangan dan menjaga keseimbangan air dan minyak pada kulit.


Glycolic Acid yang  merupakan bentuk lain dari Alpha Hydroxy Acid (AHA). Kandungan ini bagus  buat mengurangi noda bekas jerawat dan flek-flek hitam. Glycolic Acid juga bagus untuk mengangkat sel kulit mati dan memperbaiki tekstur kulit yang kasar jadi lebih halus dan cerah.

Terakhir, formula yang mau saya bahas, yakni adanya Papaya Extract yang bagus buat melembapkan kulit dan menyamarkan bekas jerawat.

Nah ngga heran kan kalau produk Neogen Dermatology Bio-Peel+ Gauze Peeling Lemon itu banyak dapat respon positif karena a kandungan ciamik di dalamnya.


Baca juga: Dapatkan Manfaat Minum Air Lemon Hangat di Pagi Hari Seperti Meghan Markle

Cara Pemakaian 

Untuk menggunakan Neogen Dermatology Bio-Peel+ Gauze Peeling Lemon, kamu harus membersihkan wajah dulu. Setelah wajah sudah bersih ambil selembar pad dan selipkan jari ke dalamnya. Usapkan ke seluruh wajah (kecuali area mata dan bibir) serta leher dengan menggunakan bagian sisi yang kasar telebih dulu secara memutar untuk angkat sel kulit mati dan kotoran yang menempel. Karena ini bagian teksturnya kasar, jadi ngga perlu ditekan terlalu kencang pemakaiannya. Cukup usap secara lembut tapi rata.

Jika dirasa sudah semua bagian wajah dan leher terusap dengan sisi kasarnya, balik sisi pads ke sisi yang lembut untuk menghilangkan sel kulit mati yang terangkat. 

Tidak ada keterangan waktu untuk melakukan gerakan ini. Kalau saya biasanya masing-masing sisi  cukup satu menit saja. Jika sudah digunakan dua sisinya pada wajah, saya biasanya juga gunakan untuk bagian siku, dengkul bagian depan dan belakang karena bagian-bagian ini sering terasa kering. Soalnya cairan ekstrak lemonnya masih ada. jadi sayang kalau langsung dibuang. 

Setelah itu, langsung bilas dengan air hangat (anjuran pada kemasannya begitu). Tapi kalau saya pakai air biasa saja hehe. Kemudian lanjutkan dengan pemakaian skincare lainnya. 

Beberapa beauty vlogger ada yang bilang kalau mereka menggunakan produk ini dengan menggunting setengah padnya. Alasannya untuk lebih hemat karena harganya yang mahal. hehehe. Sebenarnya ngga ada larangan atau anjuran sih di kemasannya. Tapi kalau saya sendiri, ngga mau motong setengah, karena kayak kurang greget saja gitu makenya kalau cuma setengah. 

Neogen Dermatology Bio-Peel+ Gauze Peeling Lemon disarankan dipakai dua kali seminggu ya.



Masih ada kotorannya kan? (Maaf backgroundnya beda, karena pas ambil foto yang di atas, lupa moto hasil pad yang udah dipakai)


Hasilnya di Kulit Saya 

Pertama kali coba produk ini di wajah, ngga meninggalkan rasa perih atau cekit-cekit. Ekstrak lemonnya ngga lengket sama sekali saat di usap ke kulit. Setelah dibilas juga wajah jadi terasa segar dan halus. Setelah pemakaian, memang wajah jadi langsung cerah, tapi bukan yang bright banget. Ada lah perbedaannya setelah makai dan sebelum makai produk ini. 

Setelah hampir dua bulan pemakaian, yang bisa saya simpulkan apa yang diklaim sama  Neogen Dermatology Bio-Peel+ Gauze Peeling Lemon ini benar. Kulit jadi lebih halus dan cerah.

Ini setelah memakai Neogen Dermatology Bio-Peel+ Gauze Peeling Lemon belum dicuci mukanya.


Kalau kamu pengin nih wajah yang lebih cerah secara instan untuk menghadiri suatu acara gitu, bisa pakai Neogen Dermatology Bio-Peel+ Gauze Peeling Lemon.  Karena tadi, efeknya yang lumayan mencerahkan di kulit. Jadi misalnya kamu ada acara di siang hari atau malam hari, bisa nih sebelumnya kamu pakai eksfoliator pad ini untuk dapat efek cerahnya. 

Gimana untuk membantu menghilangkan efek bekas jerawat dan meratakan tekstur (produknya memang tidak meng-klaim dua hal ini) ? Kalau di saya ngga ada efeknya sama sekali. Bekas jerawat masih ada dan tekstur juga ngga berkurang.

Cocok Digunakan untuk Siapa Saja?

Produk Neogen Dermatology Bio-Peel+ Gauze Peeling Lemon cocok untuk kamu yang punya skin concern kulit yang kusam dan cocok digunakan semua jenis kulit termasuk sensitif.

Harga dan Tempat Membeli

Neogen Dermatology Bio-Peel+ Gauze Peeling Lemon gampang kok dicari di berbagai e-commerce. Kalau saya beli di Sociolla dengan harga Rp289.000. Tapi di e-commerce lain mungkin berbeda ya. Kamu cek aja harganya di masing-masing e-commerce, ya. 

Bisa juga cek media sosial Neogen di @neogendermalogy.id.

Apakah Akan Repurchase? 

Neogen Dermatology Bio-Peel+ Gauze Peeling Lemon ini praktis banget. Kalau kamu mau produk ekfoliator yang ngga pake nuangin cairan ke kapas dan tinggal dipakai saja, ini bisa jadi salah satu produk yang oke.

Apakah saya mau beli lagi yang varian lemon ini? hmmm, kayaknya mau coba varian yang green tea deh. Soalnya wajah saya lagi banyak bruntusan :(. Semoga manfaat dari Bio-Peel+ Gauze Peeling Green Tea lebih mantul ya. 

Baca juga: Heimish Cleansing Balm Pembersih Wajah yang Bagus untuk Pemula [Review]

  • 86 Comments



Siapa di antara kamu yang memanfaatkan situasi di rumah aja karena Covid-19 dengan membaca buku sampai selesai? Iya, selesai. Soalnya banyak nih orang (termasuk kadang-kadang saya) yang baca buku ngga kelar-kelar sampai berbulan-bulan, padahal ngaku-nya hobi baca buku :p. 

Udah dua bulan lebih di rumah aja saya akhirnya menyelesaikan tiga buku. Dua buku saya beli tahun lalu, satu buku lagi dibeli sebelum pandemi ini masuk ke Indonesia. 

Di bulan Mei kemarin saya sempat share tayangan Netflix yang ditonton selama di rumah aja. Nah, kali ini saya mau ngasih tahu tiga buku tersebut. Siapa tahu ada dari kamu yang sudah baca bukunya terus kita bisa balas-balas komentar atau mungkin ada juga yang punya bukunya sejak lama tapi belum selesai atau bahkan belum disentuh sama sekali, terus dengan baca postingan ini jadi pengin baca bukunya.

Oke, daripada kebanyakan intro, langsung aja nih simak review tipis-tipis dari saya. 

Baca juga: Pilihan Tayangan Netflix yang Saya Tonton Selama #dirumahaja

Happy Lucky Traveler: Kehidupan Adalah Perjalanan - Tatty Elmir


Saya membeli buku ini saat datang ke Big Bad Wolf 2018. Buku dari Mizan ini saya pikir sama seperti buku perjalanan lainnya yang menceritakan sang penulis melalang buana ke suatu negara atau daerah di Indonesia.

Ternyata memang benar, tapi tidak semua bab yang ada di dalam buku ini membahas demikian. Seperti judulnya, Happy Lucky Traveler: Kehidupan Adalah Perjalanan, Mba Tatty Elmir juga memberikan pelajaran bernilai di setiap perjalanan kehidupan. Maksudnya, gimana tuh?

Jadi ada beberapa bagian dalam bukunya yang menjelaskan soal kita dalam hidup ini harus melawan rasa takut, tidak boleh lupa akan tanah air, perbanyaklah melakukan perjalanan, bahkan hingga nasihat mencari jodoh. Bagian saya suka dari buku ini salah satunya pada tulisan yang berjudul "Menyoal Rasa Takut Kita" Saya saat membaca tulisan tersebut terasa tersentil dengan kalimat-kalimat yang disampaikan Mba Tatty. Saya juga jadi berpikir, bahwa sungguh rugilah orang-orang yang banyak takut mencoba berbagai hal di dunia ini.

Terus saya kagum sama pemikiran Mba Tatty di bagian tulisan berjudul Merantaulah Nak! Saya setuju sih dengan yang ada di bagian ini bahwa anak jangan dilarang untuk merantau. Dengan merantau ada banyak pelajaran hidup yang bisa diperoleh, seperti mandiri, tangguh, lebih bijak, bisa lebih toleransi, dan lain-lain.

Membaca buku ini ngga harus dimulai dari bab 1 kok. Tapi bisa dimulai dari bagian mana saja yang ingin dibaca, karena masing-masing kisah perjalanan punya makna tersendiri.

Saya membaca buku Mba Tatty Elmir, timbul pertanyaan di kepala, gimana caranya bertemu atau mendapatkan jodoh yang suka jalan-jalan juga, terus ngasih kesempatan buat istrinya untuk traveling  sama temannya disaat sudah menikah dan punya anak? gimana, gimana, gimana? Hal ini karena beberapa cerita, Mba Tatty Elmir mengisahkan jika suaminya sangat pengertian dengan 'hobi' istrinya yang gemar berkelana. Salah satu contohnya di tulisan dengan judul Sebelum Menutup Mata, sang suami mengizinkan Mba Tatty pergi ke Palestina (meskipun ada syaratnya)  untuk melakukan misi kemanusiaan. woow banget kan!

Kalau ada yang tahu gimana cara  mendapatkan suami seperti itu, tolong kasih tahu saya apa kiatnya, ya :)

Bukan niat untuk promosi diri, tapi saya tipikal cewek yang ngga gampang ngeluh kalau harus jalan kaki jauh dan panas-panasan (asal tujuannya jelas), mau tidur di tempat menginap yang ngga bagus-bagus amat demi melihat suatu tempat yang saya belum kunjungi. Karena saya lebih mementingkan pengalaman wisatanya sih. 

Jujur saja, saya agak sedih atau kesal kalau baca buku yang membahas soal traveling. Bukan sedih atau kesal sama bukunya, tapi sama diri saya sendiri. Alasannya, kenapa saya baru mulai traveling diumur 24 tahun? Kenapa saya ngga belajar giat buat bisa dapat beasiswa keluar negeri? Kenapa saya pemalu dan takut gabung ke komunitas backpacker? dan kenapa-kenapa lainnya. Yaudahlah ya, semua itu tidak perlu disesali dan perbanyak bersyukur karena ada banyak nikmat yang saya peroleh di hidup ini. 

30 Hari Bersama Bluebell: Sebulan Keliling United Kingdom Bersama Mobil Berusia 18 tahun - Ukirsari


Kalau kamu suka sama cerita perjalanan yang disisipi dengan informasi sejarah yang cukup kental, buku 30 Hari Bersama Bluebell: Sebulan Keliling United Kingdom Bersama Mobil Berusia 18 tahun  karya dari mantan jurnalis Kompas Gramedia, Mba Ukirsari bisa kamu nikmati. 

Saya beli saat tak sengaja mampir ke Gramedia Blok M dekat kantor sebelum pandemi ini muncul di Indonesia.Terus tergelitik sama judul di bawahnya 'Sebulan Keliling United Kingdom Bersama Mobil Berusia 18 tahun'. Kenapa? karena Saya tahun ini sebenarnya ada rencana mau ke UK, akhirnya harus diundur tahun depan (Mudah-mudahan terlaksana) karena adanya Covid-19 ini. 

Pikir saya buku ini bisa jadi bekal destinasi, kalau tahun depan saya jadi berkunjung ke Inggris dan sekitarnya. Ternyata, Mba Ukirsari yang melakukan perjalanan bersama sang suami tercinta Nick dan juga mobil kesayangan yang diberi nama Bluebell (mobil Ford Fiesta berwarna biru yang sudah berusia 18 tahun. Bluebell merupakan mobil pertama yang dibeli Nick dari tabungan hasil jerih payahnya)  ini melakukan perjalanan untuk bernostalgia dan mengunjungi beberapa tempat yang belum pernah didatangi di UK sebelumnya.  

Dengan tebal 332 halaman, pembaca akan diajak berkenalan dengan destinasi yang ada di UK (tepatnya Inggris, Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara). Jujur saya kagum dengan kemampuan Mba Arie yang tahu banyak soal sejarah tempat di UK. 

Menariknya lagi, cerita-cerita di dalam buku ini juga dibumbui dengan berbagai pengetahuan akan film, aktor, penyanyi, dan lainnya yang berkaitan dengan tempat yang dikunjungi. Saya terkadang saat membaca judul film, nama aktor atau penyanyi yang tidak ketahui dalam buku ini, langsung mencarinya di Google. 

Belum lagi terkadang saya dibuat iri dengan 'keromantisan' Nick dan Mba Arie sebagai suami dan istri yang hobi pelesir ke berbagai tempat di dunia. Mereka sangat kompak sekali sebagai traveler. Ada banyak sekali kesamaan di antara mereka. 

Dalam hati saya ngebatin, ya Allah, semoga suami saya kelak orang yang suka traveling juga dan menganggap jika jalan-jalan merupakan suatu kebutuhan bukan hanya sekadar hiburan semata yang menghabiskan uang. Atau seenggaknya, mengizinkan saya untuk tetap jalan-jalan keluar kota atau keluar negeri nanti meskipun sudah menikah dan punya anak. Muluk ngga sih? 

Oke balik lagi ke bukunya. Di dalamnya saya juga mendapatkan pelajaran jika dalam melakukan traveling bersama pasangan itu, tidak selalu harus pihak laki-laki yang membiayai semua kebutuhan. Tapi Mba Arie dan Nick bahu membahu atau secara bergantian membayar makan dan kebutuhan lain selama perjalan satu bulan mereka berkeliling United Kingdom. 

Belum lagi pesan di mana saat kita traveling itu kita harus percaya sama insting. Percayalah bahwa di luar sana banyak orang jahat tapi ada lebih banyak lagi orang baik di sana. 

Daya tarik buku ini juga ditambah dengan perbedaan budaya di antara Mba Arie yang merupakan orang Indonesia dengan Nick yang memang orang UK. Perbedaan-perbedaan tersebutlah yang bikin saya jadi mikir, wah seru sekali ya, kehidupan Mba Arie dan Nick ini. 

Sayangnya dalam buku ini gambar yang disajikan tidak berwarna dan tidak ada caption. Jadi terkadang saya bingung, foto ini diambil di daerah mana. 

Sekali lagi, kalau kamu suka dengan tema tulisan perjalanan yang kaya akan pengetahuan sejarahnya, buku ini cocok untuk kamu. Tapi kalau kamu lebih suka dengan buku traveling yang lebih banyak menceritakan keindahan suatu tempat, makanan khas, dan kisah-kisah perjalanan pada umumnya, mungkin beberapa bab yang ada di bagian buku ini sedikit menjenuhkan.

Baca juga: Enggak Ada Alasan Buat Malas Baca Buku. Karena Ada 6 Cara Atur Waktu yang Bisa Kamu Pilih


Vegetarian - Han Kang


Buku dengan tebal 221 halaman dan terbagi ke dalam tiga bagian, yakni Vegetarian, Tanda Lahir Kebiruan, dan Pohon Kembang Api ini telah 'menipu' saya. Awalnya saya kira buku ini akan menceritakan kisah romantis seorang 'penganut' vegetarian (ini terpengaruh dari covernya yang ada simbol bunga merekah. Hal ini makin meyakinkan saya dengan perumpamaan, don't judge the book by it's cover!) Ternyata saya salah. Diawal membaca buku ini saya sudah dibuat bingung oleh tokoh utama Kim Yeong Hye, seorang istri yang biasa-biasa saja, tidak cerewet, kalem, pintar memasak, dan patuh.

Di bab Vegetarian dimulai menceritakan tentang kehidupan rumah tangga Kim Young Hye dengan suaminya yang berjalan baik-baik saja namun membosankan karena pasangan ini tidak sering berkomunikasi layaknya suami istri pada umumnya.

Di suatu malam Young Hye bermimpi aneh dan membuatnya malah membuang semua daging maupun semua makanan yang memiliki unsur daging. Sang suami tentunya dibuat pusing bukan kepalang dengan tingkah istrinya. Saat suami bertanya pada Young Hye apa yang terjadi, ia hanya menjawab aku bermimpi.

Young Hye juga membuat kaget seluruh anggota keluarganya pada saat kumpul keluarga, ia menolak memakan daging. Perilaku sang anak membuat sang ayah malu pada menantunya dan membuatnya marah sekali. Dan hal yang paling mengerikan dalam novel ini menurut saya di mana saat Young Hye menggores urat nadinya sendiri dengan benda tajam karena dipaksa ayahnya makan daging.

Sungguh saya dibuat tak habis pikir dengan si Young Hye. Pada bagian ini saya sungguh gregetan sama si Young Hye, kenapa tidak menceritakan saja mimpinya pada suami atau anggota keluarga lainnya untuk dicarikan solusi atau ditenangkan, sehingga dia tidak perlu merepotkan semua orang, at least tak perlu merugikan dirinya sendiri.

Kebingungan sekaligus geregetan saya juga makin muncul membaca bab kedua Tanda Lahir Kebiruan dengan tingkah kakak ipar Young Hye, yang merupakan seniman. Dia sekonyong-konyong minta si Young Hye jadi model lukisan. Ini bukan lukisan biasa tapi kakak ipar yang tidak diketahui namanya itu melukis berbagai bunga dan gambar lainnya di tubuh Young Hye tanpa sehelai kain pun! Tentu kamu pasti sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya, bukan?

Dibab ketiga emosi saya kembali dipermainkan dengan sosok kakak Young Hye yang begitu sabar, tabah, tapi rapuh menghadapi Young Hye yang akhirnya berada di rumah sakit jiwa dan ia bercerai dari suaminya. Jujur saja, jika saya berada di posisi kakak Young Hye di mana harus mengurus adik yang ternyata mengidap  skizofrenia, bercerai dengan suaminya, harus mengurus anak semata wayang, serta mengurus toko mungkin saya sudah tidak kuat.

Well, dibalik kerumitan kisah yang ada di novel Vegetarian, saya akui Han Kang sungguh apik menuliskan berbagai dinamika konflik yang dialami setiap tokoh. Ide cerita yang begitu unik dan mampu mempermainkan emosi pembacanya (setidaknya saya). Mungkin inilah yang membuat ia bisa berhasil memenangkan penghargaan Man Booker International Prize atas karya Vegetarian ini.

Baca juga: 5 Buku untuk Perempuan Rayakan International Women's Day!
  • 12 Comments



Saya sudah lama ngga me-review sunscreen. Terakhir membahas Biore UV Aqua Rich Watery Essence yang memang bagus di kulit kombinasi saya. 

Nah, kali ini saya mau share pengalaman memakai sunscreen Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++.  Senangnya ini merupakan susnscreen produk lokal, lho. Yuk simak reviewnya.

Kemasan

Pada kemasan kardusnya terbuat dari karton yang didominasi warna kuning kunyit di samping kiri, kanan, dan belakang. Sementara pada bagian depannya di dominasi warna hitam dengan ada tulisan keemasan. 

Di tampilan depan kardusnya sendiri tertera beberapa keterangan selain nama brand dan produk. Terdapat tulisan moisturizing, brightening, UV Protection, dan non comedogenic tested. Tertera juga ukuran dari produk ini yakni 20ml.







Bodi kemasannya di dominasi oleh warna kuning kunyit dan hitam untuk tutupnya. Bentuknya berupa tube  plastik yang berulir. Saat mengeluarkannya juga tidak terlalu sulit, hanya cukup ditekan sedikit langsung keluar isinya. Jadi nggak bakal kejadian menuang kebanyakan isi produk.





Pada kemasan kardusnya sendiri tertera keterangan 12M yang artinya produk ini bisa bertahan hingga 12 bulan sejak produk dibuka pertama kali. 

Jadi jangan salah ya. Tanggal kedaluwarsa yang tertera dalam kardus atau produk itu biasanya menandakan berapa lamanya produk tersebut bisa digunakan selama segel produk belum dibuka. Kalau  Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++  punya saya ini tanggal kedaluwarsanya bulan Maret tahun 2022. Jadi harusnya sunscreen ini bisa digunakan sampai Mei 2021 saja setelah kemasannya dibuka.

Dengan berat 20ml dan termasuk kecil, Lacoco sunscreen ini sangat handy buat dibawa ke mana-mana dan tidak makan tempat jika disimpan di pouch makeup. 

Baca juga: Review Sunscreen Biore UV Aqua Rich Watery Essence. Cocok untuk Kulit Kombinasi

Aroma dan Tekstur

Dari sisi aroma, Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++ tidak memiliki aroma fragrance. Tapi jika didekatkan akan sedikit tercium aroma lembut. Bahkan hampir tidak tercium baunya saat diaplikasikan (kalau kita ngga benar-benar notice). Teksturnya sendiri krim mirip lotion, tapi tidak terlalu thick dan ngga cair juga. Mudah meresap dan diratakan saat dioleskan pada kulit

Cara Pakai

Oleskan Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++ secara merata pada wajah dan leher setelah menggunakan produk morning skincare dan sebelum beraktivitas. Gunakan dalam jumlah yang cukup. Oleskan lagi setiap 2-3 jam sekali. FYI, memakai sunscreen sebaiknya sebanyak dua ruas jari.




Sebagai tambahan aja nih. Karena Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++ ini merupakan chemical sunscreen, baiknya sih setelah digunakan diamkan dulu selama 20-30 menit agar meresap. Terus baru deh keluar rumah. Sama jangan lupa untuk melakukan re-apply sunscreen ya.

Biasanya saya kalau mau re-apply sunscreen siang-siang, membersihkan wajah dulu pakai micellar water yang dilanjutkan sama facial wash. Terus pakai hydrating toner, pelembap, baru sunscreen. 

Oh iya, sebagai tambahan aja. Meskipun kita lagi di rumah aja, tetap harus pakai sunscreen karena sinar matahari bisa menembus kaca jendela, lho. Ditambah paparan sinar biru terus-menerus yang berasal dari laptop.

Komposisi (Dari website Lacoco)

Water, Butyl Methoxydibenzoylmethane, Propylene Glycol, C12-15 Alkyl Benzoate, Ethylhexyl Methoxycinnamate, Squalane, Diethylhexyl Carbonate, Propylheptyl Caprylate, Niacinamide, Butylene Glycol, Polyglyceryl-2 Stearate, Octocrylene, Glyceryl Stearate, Stearyl Alcohol, Aluminium Starch Octenylsuccinate, Silica, Phenoxyethanol, Glycyrrhiza Uralensis (Licorice) Root Extract, Titanium Dioxide, PEG-100 Stearate, Lecithin, Ethylhexylglycerin, Disodium EDTA.

Klaim

Pada kemasan di kardusnya, tertera jika Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++ mampu melindungi kulit dari sinar UV A dan UV B, melembapkan kulit wajah, membantu menjaga eslastisitas kulit  wajah, mencerahkan kulit wajah, dan teruji secara klinis non-comedogenic alias tidak menyumbat pori-pori. 

Tambahan, di website resmi Lacoco https://www.lacoco.co.id/ sunscreen ini diformulasikan tanpa silikon, teksturnya ringan, nyaman digunakan tanpa membuat kulit berminyak, dan tidak meninggalkan white cast pada kulit. Plusnya lagi no animal tested, no silicon, dan aman juga untuk ibu hamil serta menyusui. Mantap, kan?

Hasil Setelah Menggunakannya

Saat mengoleskan Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++ ke wajah, proses blending-nya gampang, tidak terasa lengket di wajah maupun di telapak tangan, dan mudah meresap. Senangnya lagi, ngga ada white cast, ngga bikin kulit kering, ngga ada rasa ketarik, ngga muncul rasa panas, dan cukup melembapkan (mungkin karena efek kandungan squalane yang memang bagus untuk melembapkan kulit). Untuk efek mencerahkannya, saya belum merasakannya, ya. Jadi setelah memakainya, saya merasa warna kulit wajah saya seperti apa adanya saja.

Hasilnya juga satin finish, bukan yang matte banget serta bikin sedikit glowing di spot tertentu tapi ngga bikin wajah tampak greasy. Setelah digunakan seharian, sunscreen ini tidak terasa berminyak juga. Intinya, selama saya pakai Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++ untuk aktivitas indoor (karena lagi #dirumahaja), sunscreen ini bekerja dengan baik di kulit saya.



Setelah memakai Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++.


Tapi perlu diingat ya, saya sebelum mengoleskan sunscreen ini sudah memakai skincare essence, hydrating toner, serum, dan pelembap ya.

Saat lebaran kemarin juga saya menggunakan sunscreen ini sebelum memakai makeup. Hasilnya? Seperti yang kamu lihat di foto di bawah ini, wajah saja baik-baik saja, alias ngga ada sesuatu yang berlebihan karena sunscreen Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++ ditimpa makeup. Ngga terasa lengket dan berat setelah ditimpa makeup. Saya happy banget!



Kalau setelah mengoleskan sunscreen ingin memakai makeup, tunggu beberapa menit dulu ya. Jangan langsung ditemplokin makeup agar sunscreen meresap dan membentuk lapisan perlindungan dan makeup yang saya pakai tidak menggeser suncreen tersebut. 

Tambahan lagi, saat malam hari jangan lupa untuk melakukan double cleansing, ya. Meski kita di rumah aja tapi sisa-sisa skincare yang kita pakai di pagi dan siang hari perlu dibersihkan secara menyeluruh. 

Sabun wajah saja, belum cukup untuk menghapus bersih sisa skincare yang ada di wajah. Saya sendiri menggunakan cleansing balm dari Heimish sebagai pembersih pertama. Lalu lanjut menggunakan dengan face wash COS RX Salicylic Acid Daily Gentle Cleanser. 

Baca juga: Heimish Cleansing Balm Pembersih Wajah yang Bagus untuk Pemula [Review]


Beli di Mana dan Harganya

Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++  bisa dibeli di 3 e-commerce yakni Lazada, Shopee, dan Tokopedia. Saya sendiri membelinya di Tokopedia dengan harga Rp170.000.

Cocok Digunakan oleh Siapa? 

Sunscreen Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++  ini bisa dipakai oleh semua jenis kulit. Tapi kalau kamu masih ragu untuk menggunakannya, bisa dilakukan patch test dulu ya sebelum dioleskan ke wajah. 

Beli atau Ngga? 

Kalau kamu sedang mencari sunscreen yang ringan, handy, dan tidak memunculkan whitecase, Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++ bisa jadi pilihan. Apalagi ini merupakan produk lokal, otomatis gampang didapatkan dan harganya ekonomis. Apakah saya akan repurchase? Pastinya, apalagi sekarang di Indonesia sudah masuk musim kemarau dan cuacanya sangat terik, dengan SPF 50 dari Lacoco ini sangat bisa diandalkan.

Kamu sudah coba juga sunscreen ini? Atau punya rekomendasi chemical sunscreen nyaman lainnya? Kasih tahu saya di komen ya!


  • 78 Comments
Sumber foto: YouTube.com


Halo apa kabar?

Semoga kamu dalam keadaan sehat ya. Gimana kegiatan selama di rumah aja? Apakah ada yang punya kebiasaan baru? atau lagi asyik meneruskan hobi lama? 

Kalau ditanya kegiatan apa yang dilakukan selama di rumah aja, selain work from home, saya juga lagi suka masak nih hehehe. Kapan-kapan saya share ya menu apa saja yang berhasil saya buat di blog ini. 

Selain memasak, saya juga punya kebiasaan baru nih, yaitu nonton Netflix. Saya memang sudah lama langganan Netflix, tapi nontonnya jarang karena biasanya udah capek duluan sama kerjaan kantor. Terus pas weekend, kalau lagi inget aja nontonnya :(

Nah, daripada pusing lihat pemberitaan soal PSBB dan corona,nih saya kasih rekomendasi pilihan tayangan Netflix yang bisa nemenin hari-hari kamu selama di rumah aja.. 

Atypical 

Sumber foto: https://www.tribunnewswiki.com/

Saya tahu series ini dari melihat ig story-nya Fellexandro Rubi (tahu dong koko ganteng ini siapa?) yang share soal tayangan-tayangan Netflix favorit dia. Saya tertarik karena tema dari cerita ini mengangkat cerita soal anak remaja yang mengalami autisme sedang berusaha mencari pacar. 

Tema yang sangat menarik bukan? Atypical sendiri ada 4 season, 3 season sudah ada di Netflix dan season terakhir akan tayang tahun 2021. Saya baru menonton season 1 yang terdiri dari 8 episode. 

Kenapa menurut saya ini series yang bagus? Di film ini saya merasa penonton diajak untuk memahami spektrum autisme dan apa saja dampaknya bagi orang di sekitarnya. Kisahnya juga ringan dengan fokus kehidupan sehari-hari. Ditiap episode selalu ada hal-hal yang bisa kita ambil pelajaran.  

Salah satu pesan yang saya suka dari serial ini adalah orang tua dan adik Sam selalu berusaha ada untuk Sam, meski ayahnya Sam, Dough sempat meninggalkan keluarganya selama beberapa bulan. Terus cara orang tuanya Sam mendidik Casey (adik Sam) untuk menerima dan melindungi kakaknya dan tidak egois dengan dirinya sendiri yang memang normal. 

Lalu bagaimana orang tua Sam saling dukung satu sama lain. Ini bisa terlihat di salah satu episodenya di mana ibu Sam, Elsa merasa khawatir dengan anak laki-lakinya yang berniat mencari pacar. Elsa takut Sam akan sedih, patah hati, kecewa, dan lain-lain. Sementara sang Ayah, Dough justru memberikan beberapa tips bagi Sam untuk mendekati lawan jenis.  

Satu dialog yang saya ingat di serial season 1 Atypical, saat Sam berkata
"Orang berpikir orang dengan autis tak punya empati. Tapi itu tak benar. Terkadang aku tak tahu apa orang marah. Tapi setelah tahu, aku sangat berempati".
Memang benar, karakter Sam digambarkan sangat to the point dan jujur menyampaikan sesuatu yang ada dalam kepalanya. Makanya untuk orang normal, sifat dari Sam itu dianggap mengganggu bahkan menyakiti perasaan orang di sekitar Sam.

Setidaknya dengan menonton Atypical, muncul rasa empati karena kita sedikit lebih tahu karakter dari orang dengan autisme. 

Breakfast, Lunch & Dinner

Sumber foto: Netflix.com

Kalau suka tayangan yang menceritakan soal makanan sambil jalan-jalan mengenal budaya suatu kota, mungkin Breakfast, Lunch & Dinner bisa kamu tonton. Ini merupakan series dari David Chang, koki international yang cukup terkenal dan pendiri Momofuku Noodle Bar. 

Serial ini baru ada satu season yang terdiri dari 4 episode. Masing-masing episode Chef David Chang ditemenin sama selebriti untuk mencicipi makanan lokal saat sarapan, makan siang, dan makan malam di 4 kota besar sambil membahas berbagai topik. Di tiap episode juga David dan para bintang tamu ngobrol sama orang lokal untuk bahas makanan, budaya, sejarah, dan lain-lain.

Episode pertama, Vancouver with Seth Rogen, episode kedua Marrakesh with Chrissy Teigen, episode ketiga Los Angeles with Lena Waithe, dan Phnom Penh with Kate McKinnon. Nah, 4 kota yang dipilih itu ternyata hasil rekomendasi dari 4 selebriti di atas lho. Jadi pasti pemilihannya cukup personal.

Kayak misalnya alasan Kate McKinnon milih Phnom Penh (Kamboja) karena dia suka negara yang tidak ada konsepsi Amerika. Sedangkan Chrissy Teigen memilih Marrakesh (Maroko) karena dia telah empat kali ke sana dan merasa memiliki pengalaman istimewa saat berkunjung ke Marrakesh.

Masing-masing episode berdurasi 43-44 menit. Ada dua episode yang paling saya suka, yakni episode Marrakesh dan Phnom Penh. Pertama, selain makanan yang dikenalkan adalah makanan halal, kedua cerita budaya di dua kota (Marrakesh dan Phnom Penh) lebih kental.

Di episode Marrakesh, sang pemandu mengatakan jika orang Marrakesh jarang makan di restoran. Jika makan di restoran mereka lebih suka yang lokasinya dekat dan harganya murah.

Terus saya suka episode ini karena David dan Chrissy berkunjung ke rumah salah satu orang lokal. David dan Chrissy dihidangkan makanan khas Marrakesh, yakni Tagine ayam. dan couscous. Tagine sendiri adalah tungku yang digunakan untuk menghangatkan makanan). Diajarkan juga budaya orang Marrakesh makan tagine, yakni biasanya di piring besar dan orang-orang mengelilinginnya untuk menyantapnya. Pokoknya di episode bersama Chrissy Teigen, rasa lokalnya dapat banget!

Kalau episode di Phnom Penh, Kamboja saya suka karena lebih banyak membahas sejarah negara tersebut dan makanannya. Disebutkan juga kalau makanan Kamboja banyak dipengaruhi oleh bumbu-bumbu India, sayur dan ikan dari China, dan makanan barat dari Perancis.

Dan yang paling seru lagi, Kate dan David sempat juga makan di atas tuk tuk (kendaraan sejenis bajaj), makan di tengah padatnya pasar, dan makan malam di atas perahu. Menarik, kan?

Selain itu saya suka dengan cara Chrissy Teigen dan Kate McKinnon di serial ini karena mereka berani mencoba berbagai makanan unik. Seakan mereka pasrah dengan rasa yang bakal mereka dapatkan saat mencicipi makanan baru tersebut. Yang ada di pikiran saya "ya ini lah yang saya tunggu!"

Contohnya, Kate McKinnon yang seorang vegetarian pertama kali mencoba Durian, dalam bentuk Durian Fruit Ice Cream. Kate bilang rasanya seperti susu atau tahu basi. Tapi dia menghabiskan ice  cream tersebut.

Saya membaca beberapa artikel luar negeri untuk mencari tahu pendapat tentang series ini. Kebanyakan berpendapat jika Breakfast, Lunch & Dinner tidak sebagus Ugly Delicious yang juga dibawakan David Chang. Ada yang berpendapat jika series Breakfast, Lunch & Dinner tidak sedalam Ugly Delicious dalam membahas makanan. 

Jujur saja saya belum menonton Ugly Delicious. Mungkin ada dari kamu yang sudah menontonnya? Kalau sudah coba sampaikan di kolom komentar ya.

Becoming

Sumber foto: Netflix.com

Membaca judulnya mungkin kamu sudah tahu tayangan ini akan mengisahkan apa? yup film dokumenter berdurasi satu jam 29 menit ini akan bercerita soal kehidupan setelah tidak menyandang status ibu negara dan perjalanan Michelle Obama melakukan tur ke 34 kota pada 2019 untuk mempromosikan bukunya yang berjudul  sama dengan film dokumenternya.

Pada film ini Michelle juga menemui dan membagi berbagai pesan-pesan inspiratif pada anak muda dan komunitas. Tak lupa disampaikan kisah perjuangannya sebagai kaum minoritas, bagaimana ia bisa menonjol di lingkungan yang kurang menerimanya, dan peran kedua orang tuanya dalam membentuk pribadi Michelle hingga bisa seperti sekarang.

Ada beberapa bagian di mana Michelle menceritakan kisah masa kecilnya di Chicago, remaja, bertemu Barack, dan sampai akhirnya dia bisa menjadi FLOTUS.

Ada beberapa pesan yang saya sukai, di antaranya, ketika ada seorang perempuan muda berkulit hitam bertanya pada Michelle

"Bagaimana caramu sebagai perempuan kulit hitam bertahan dengan situasi yang sering tidak dianggap oleh lingkungan sekitar?"
Jawaban Michelle adalah
"Aku tak pernah merasa tak dianggap. Karena orang tuaku membuatku selalu merasa dianggap. Ibuku membolehkan aku dan kakakku bertanya apapun saat di meja makan. Kita tak bisa menunggu dunia menerima kesetaraan untuk merasa dianggap. Tak akan terjadi dengan satu presiden satu suara. Kau harus cari alat dalam dirimu untuk merasa dianggap dan didengar serta menyuarakannya."
Ada lagi, saat Michelle menghadiri forum diskusi, salah satu perempuan muda bertanya bagaimana kau menghindari stigma bahwa seseorang dikatakan pintar jika ipknya sekian-sekian, berasal dari universitas mana, dan sebagainya (Melihat sesuatu hanya dari angka atau statistik). Michelle menjawab:

"Hal yang membuatmu lebih sekadar dari statistik yaitu saat kau melihat dirimu lebih dari sekadar statistik dan mulai berpikir siapa dirimu? apa yang kau pedulikan? apa yang membuatmu gembira? lihatlah kekuatan dari kisah hidupmu"

Alasan lain mengapa film dokumenter Becoming ini bagus, tidak hanya fokus menceritakan perjalanan hidup Michelle Obama, tapi juga diceritakan beberapa anak muda yang terinspirasi setelah membaca buku Becoming dan mereka jadi lebih termotivasi untuk menata masa depan meski mereka termasuk kaum minoritas di Amerika Serikat.

Saran saya, baiknya film dokumenter ini jangan dihapus di My List kamu meski sudah menontonnya. Percayalah, film ini tidak membosankan untuk dinikmati berkali-kali (saya sendiri sudah menontonnya dua kali). Jika kamu sedang butuh motivasi, saya rasa film ini bisa membuatmu bangkit dan lebih kuat lagi. Cobain, deh :)

Baca juga: 5 Buku untuk Perempuan Rayakan International Women's Day!

Unorthodox

Sumber foto: https://fashioncommentator.com/

Sebelum akhirnya saya menyaksikan miniseri ini, beberapa teman saya sudah menonton dan memamerkannya di Insta Story mereka hehehe. Jujur, pas baca judulnya, saya pikir ini film yang agak seram dan membahas kefanatikan suatu agama. Yang kedua benar sih, tapi ngga seseram yang saya bayangkan.

Singkatnya, miniseri yang terdiri dari 4 episode ini mengangkat kisah seorang perempuan pemberani (Esther Saphiro atau yang dipanggil Esty) usianya 19 tahun yang tidak mau terkungkung dengan segala tradisi dan aturan yang ada dalam keluarganya maupun keluarga suaminya yang menganut agama Yahudi fanatik.

Yang saya suka, film ini setidaknya menyampaikan pesan bagi penontonnya, khususnya kaum perempuan untuk berhak menentukan pilihan dalam hidupnya.

Ada satu adegan dalam episode ketiga di mana ibu mertua Esty datang ke rumahnya dan memberikan sebuah benda yang bisa digunakan untuk mempermudah Esty berhubungan badan dengan suaminya. Di film diceritakan Esty mengalami vaginismus.

Ibu mertuanya bilang jika Esty harus melayani anaknya di atas ranjang, (suaminya Esty bernama Yanky Saphiro)  dengan sebaik mungkin layaknya seorang raja. "Kau harus mengatasi ini sebelum anak itu hilang percaya diri. Kau harus membuatnya merasa seperti raja."

Nah, yang saya suka Esty bilang kalau suaminya adalah raja, berarti dia juga ratu. Di mana maksudnya Esty juga berhak diperlakukan sama dengan Yanki Menurut saya ini dialog yang mencerminkan kesetaraan  dalam pernikahan.

Belum lagi pesan-pesan tersirat di mana Esty menjadi sosok perempuan kuat dan nekat untuk pergi meninggalkan suami, nenek, bibi, dan ayahnya yang tergabung dalam komunitas Satmar Hasidic (Komunitas  cabang Yahudi Ortodoks di Williamsburg, Brooklyn, Amerika Serikat). Esty memilih tinggal di Jerman demi melihat tempat berbeda dan berusaha mengejar kecintaannya terhadap musik.

Menurut saya Shira Haas sangat bagus memerankan peran Esty yang digambarkan sebagai perempuan kaku, polos, kuat, berani mendobrak nilai-nilai yang dipercayai dan mencoba hal-hal baru serta mempertanyakan banyak hal. Sangat bertolak belakang dengan suaminya Yanky Saphiro yang pasrah, penakut, sangat patuh pada orang tua, dan agama Yahudi yang dipercayai.

Unorthodox bakalan mengaduk-ngaduk emosi penontonnya sih. Kalau saya, geregetan melihat  Yanky, yang manut-manut aja sebagai laki-laki yang punya akal dan perasaan :(

Maaf kalau saya ngga menyampaikan jalan cerita dari ke empat tayangan Netflix di atas. Karena sesungguhnya sinopsis bisa kamu cari di Google, ya. Selamat menonton dan kalau ada rekomendasi tayangan Netflix yang seru selain horor dan thriller, kasih tahu saya ya di kolom komentar :)


  • 24 Comments
Newer Posts Older Posts Home
BloggerHub Indonesia

About me

Eka-Rahmawati


Eka Rahmawati

"Behind Every Successful Woman, It's Her Self — Unknown


Follow Us

  • instagram
  • Twitter
  • facebook
  • Linkedin
  • YouTube
  • Kompasiana

Banner spot

Blogger Perempuan

recent posts

Labels

Belajar Bareng Buku & Film Cooking digital agency Healthy Kecantikan Kelas Penyiar Indonesia Lomba blog Makan Melancong Produk Lokal Review

Popular Posts

  • Kenalan dengan InShot, Aplikasi Edit Video untuk Pemula yang Mudah Digunakan
  • Senangnya Jadi Narablog di Era Digital
  • 7 Langkah Perawatan Wajah yang Wajib Dilakukan Perempuan

My Portfolio

  • SEO Content Writing 1
  • SEO Content Writing 2

Blog Archive

Eka Rahmawati. Powered by Blogger.

Pageviews

instagram

Created By ThemeXpose | Distributed By Blogger

Back to top