5 Buku untuk Perempuan Rayakan International Women's Day!


Hari ini 8 Maret menjadi hari yang sangat spesial untuk para perempuan di seluruh dunia. Ya, sesuai judul tulisannya, hari ini merupakan Hari Perempuan International. Kalau kamu mau tahu sebenarnya apa sih Hari Perempuan International itu? Well, kamu bisa dengan mudah kok mencarinya di internet. 

Di tulisan ini saya tidak akan menjelaskan hari penting bagi perempuan ini. Tapi saya akan fokus memberikan rekomendasi 5 bacaan untuk perempuan di Women's International Day di tahun 2020. 

Saya paham, memang minat baca orang Indonesia masih kurang, jadi mungkin tulisan ini hanya akan di klik oleh orang-orang yang suka membaca saja, orang yang aware dengan pentingnya kesetaraan perempuan, atau orang yang suka dengan buku yang saya akan sampaikan nanti. Apapun alasannnya, semoga kamu bisa mendapatkan inspirasi dan tergerak untuk membaca utuh buku-bukunya. Lima
 buku ini merupakan versi terjemahan bahasa Indonesia ya. 

Oh iya, buku ini tidak dimaksudkan bahwa buku yang nomor satu adalah yang paling saya sukai. Jadi tidak ada makna tertentu dari urutan buku yang ada di dalam tulisan, karena kelima buku di atas, memiliki makna tersendiri bagi saya. 

IAM Malala- Malala Yousafzai dan Christina Lamb
Source:  Cnbc.com

Buku yang judul lengkapnya adalah I am Malala Menantang Maut di Perbatasan Pakistan - Afganistan ini sebenarnya belum selesai saya baca. Tapi saya merasa perlu dimasukkan ke dalam list bacaan untuk perempuan di Women's International Day kali ini, karena Malala bisa kita jadikan contoh perempuan inspiratif. 

Malala lahir di Pakistan, tentu tidak akan menyangka jika diumurnya yang ke 15 ia tertembak di kepala oleh salah satu pemuda yang tergabung dengan Taliban. 

Malala ditembak, karena dia berani menentang Taliban yang melarang anak-anak perempuan untuk sekolah. 

Setelah kejadian itu, bukan membuatnya takut, Malala  terus menyuarakan semangatnya dan nilai-nilai perjuangannya terkait pendidikan bagi perempuan baik di Pakistan maupun di seluruh dunia. 

Di usia 17 tahun, ia sudah  meraih “Nobel Peace Prize”. Belum lagi ia juga mendirikan Organisasi Non-Profit-Malala Fund untuk membela pendidikan khususnya bagi anak perempuan.  

Keberanian Malala untuk berbicara di depan banyak orang melawan ketidakadilan dibidang pendidikan, tidak terlepas dari peran sang ayah yang sangat peduli dengan pendidikan untuk anak perempuan dan juga laki-laki. 

Saya ketika membaca bab demi bab buku ini menjadi seperti diingatkan harus lebih banyak bersyukur bahwa saya bisa dengan mudah mendapatkan akses pendidikan tanpa ada rasa takut dan bisa bersekolah di tempat yang baik.   

Becoming Michelle - Michelle Obama

Source: https://abc7chicago.com/

Buku yang ditulis sendiri oleh istri Barack Obama ini terbagi dalam 3 bagian. Pertama Becoming Me, yang menceritakan tentang kehidupan masa kecil hingga Michelle muda. 

Dibagian ini, terlihat jelas jika orang tua Michelle sangat berperan membentuk karakter kedua anaknya, Craig (kakak laki-laki Michelle) dan Michelle sendiri. Orang tuanya mengajarkan keduanya  untuk belajar bertanggung jawab terhadap apa yang mereka pilih. 

Selalu mengajak berdialog akan banyak hal. Orang tua mereka tidak pernah melarang anak-anaknya untuk bertanya akan hal-hal apapun. 

Salah satu nilai didikan yang diterapkan ibunya, Marian Robinson termasuk orang yang tidak cepat berprasangka dan ikut campur terhadap masalah yang dialami Michelle dan Craig. Ibunya lebih mengamati suasana hati anak-anaknya dan memberikan solusi jika dirasa perlu. 

Jika anak-anaknya melakukan sesuatu yang hebat, ibunya tidak segan memberikan pujian yang cukup agar anak-anaknya tahu bahwa ibunya senang akan perbuatan mereka, tapi tidak pernah memanjakannya. 

Kehidupan masa kecil Michelle, membuatnya sadar bahwa ia harus menjadi murid yang unggul demi masa depan yang lebih cerah, karena kondisi sosial ekonomi yang sangat mengintimidasi orang berkulit hitam, seperti dirinya. Mungkin ada yang belum tahu, kalau Michelle mendapatkan dua gelar dari universitas Ivy League!

Dibagian kedua, Becoming Us yang fokus menceritakan hubungan Michelle dengan Barack sampai akhirnya mereka menikah dan punya dua anak perempuan, Malia dan Sasha. 

Dibagian ini yang paling menarik bagi saya adalah bagaimana perjuangan Michelle dan Barack untuk sama-sama saling menjaga hubungan yang harmonis dikala keduanya sangat sibuk mengejar karier masing-masing, Barack yang fokus pada karier politiknya dan jarang bisa bertemu dengan keluarganya. Sementara Michelle berada diposisi yang cukup baik di Universitas Chicago tapi juga harus membagi waktu untuk mengasuh kedua anaknya. 

Di bagian Ketiga, Becoming More. Ini lebih fokus ke kehidupan setelah Barack Obama terpilih menjadi POTUS (President of The United States). 

Bagaimana Michelle harus bisa beradaptasi terhadap peran barunya sebagai FLOTUS (First Lady of The United States) dan masa transisinya menuju kehidupan sebagai rakyat biasa setelah masa suaminya selesai

Kalau diperhatikan di bukunya ini, jelas Michelle sangat berhasil mencuri perhatian publik di seluruh dunia, bukan hanya karena ia sebagai first lady dan berkulit hitam tapi, ia dikenal sebagai fashion icon, supermom, dan feminist yang sangat menginspirasi. 

Kelana - Famega Syavira Putri

Source: mediaindonesia.com

Apa yang ada di benak kamu kalau ada seorang perempuan yang melakukan solo traveling menuju beberapa negara selama selama 4,5 bulan melewati 18 negara dan 44 kota  dengan tujuan akhir Afrika, dan yang paling hebatnya ini dilakukan dengan mostly perjalanan darat dan laut!

Kagum banget pasti sama Mba Famega Syavira Putri. Kalau kebanyakan perempuan (nggak semua lho ya) paling males panas-panasan, jalan kaki berkilo-kilo, males desek-desekkan sama penumpang lain, tapi kalo Mba Famega beda, sis!

Kalau menurut saya, buku 264 halaman ini bukan cuma menceritakan ciri khas masing-masing daerah yang dia singgahi, tapi diceritakan juga bagaimana ia berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Pembaca juga ngga cuma terhanyut dalam kisah perjalanannya aja, tapi kita juga bisa ngambil nih tips-tips penting jika mau traveling sendirian, khususnya buat kaum hawa.

Kayak misalnya, Mba Famega melakukan hitchiking (menebeng mobil orang) untuk menghemat uang, bagaimana cara mengandalkan aplikasi Couchsurfing untuk menginap di daerah yang dia kunjungi, jangan asal kasih tahu tempat menginap pada orang asing, dan lain-lain bagi perempuan. 

Enaknya lagi, buku ini ngga tebal kok. Bisa kamu baca sehari dua hari karena cerita yang disampaikan pendek-pendek, tapi kita tetap bisa menikmati.

Menurut saya, buku ini mengajarkan pembacanya jika melakukan solo traveling tidaklah semenakutkan itu, asalkan kita bisa dengan cermat melakukan riset terhadap daerah yang ingin dituju, selalu waspada, jangan pernah malu untuk bertanya, mempersiapkan segala kebutuhan dengan matang, dan yang tidak kalah penting adalah harus siap mengalami berbagai kejutan selama di perjalanan. 

A Feminist Manifesto: Kita Semua Harus Menjadi Feminis-Chimamanda Ngozi Adichie


Source:  https://www.chimamanda.com/

Judulnya sangat to the point. Buku ini sangat membantu bagi siapa saja yang ingin paham sekilas tentang feminis. Seperti yang kita tahu di seluruh dunia termasuk negara maju pun masih ada yang namanya ketidaksetaraan gender di berbagai bidang.  

Buat saya yang sampai saat ini masih belajar untuk memahami konsep feminis, buku ini sangat apik memberkan contoh konkret penerapan feminis di kehidupan sehari-hari. 

Misalnya, dalam membesarkan anak, bukan hanya diberatkan pada ibu saja, tapi ayah juga perlu berperan sama besarnya seperti ibu, kecuali ketika menyusui.

Kemudian, misalnya keahlian memasak, bukan hanya kemampuan yang harus dimiliki perempuan saja, tetapi laki-laki pun harus bisa melakukannya, karena memasak adalah skill bertahan hidup. 

Ada 15 poin yang bakal kita peroleh di buku ini untuk mengajarkan anak-anak kita menjadi feminis. 

Meghan A Hollywood Princess- Andrew Morton

Buku ini ditulis oleh penulis buku Biografi Princess Diana, Andrew Morton. Ada 14 bab yang diceritakan di dalamnya. Mulai dari asal-usul orang tua Meghan Markle, Meghan kecil, remaja, dewasa, perjalanan karier Meghan, asal mula blog-nya (this part it's my favorit), pernikahan pertamanya, pertemuannya dengan Harry hingga ia menjadi Duchess of Sussex. 

Yang saya kagumi dari sosok Meghan Markle, selain karena memang dia sangat peduli dengan isu-isu gender, menerapkan gaya hidup sehat, pernah punya blog, ia juga sosok pekerja keras!.

Kalau kamu baca bukunya, kita bakal tahu betapa sulitnya dia bisa menjadi aktris yang dikenal banyak orang. Ditolak banyak audisi, diremehkan banyak orang, bahkan ia juga sempat mengalami krisis kepercayaan diri terkait asal usul keluarganya yang african-american.

Ibunya, Doria Rogland, sangat berperan besar menerapkan nilai-nilai hidup bagi Meghan. Di usia dua tahun dia harus menerima kenyataan jika orang tuanya harus bercerai.

Tapi Meghan selalu diingatkan oleh ibunya, untuk terus menjadi drinya sendiri, tetaplah bangga dengan asal usulnya, dan jangan mudah menyerah untuk menggapai apa yang diinginkannya. 

Jujur saja, setelah selesai membaca buku ini, saya jadi merasa bahwa Meghan menang pantas menjadi pendamping Pangeran Harry. Bukan hanya cantik dan elegan, tapi ia juga cerdas, pandai memosisikan diri dibanyak situasi, dan cukup memperhatikan isu-isu sosial. 

Kelima buku untuk Perempuan di Women's International Day di atas, bisa kamu beli di Gramedia online atau di tokonya. Tapi untuk buku A Feminist Manifesto: Kita Semua Harus Menjadi Feminis sepertinya sudah tidak ada di toko buku. Saya beli buku tersebut di Shopee. 

Selamat membaca!


You Might Also Like

1 comments