Eka Rahmawati

  • Beranda
  • Profil
  • Makan
  • Sehat
  • Cantik
  • Jalan
  • Buku&Film
  • Belajar
Source: https://www.instagram.com/bbbbookclub/

Tanggal 21 Januari 2024 gue ikut webinar seru yang topiknya sendiri belum pernah gue ikuti. Maklum, kalau dibaca sekilas topik ini harusnya dilihat sama para wanita yang sudah menjadi ibu. Tapi, kalo dicermati lagi, gak harus yang udah jadi ibu kok, perempuan single pun bisa ikut menonton. 

Emang webinar apa sih Ka? Jadi, gue tidak sengaja melihat postingan dari BijakMemilih.id di Instagram kalo mereka mau mengadakan webinar bersama komunitas BuibuBacaBukuBook Club (BBBBookClub), Bijak Memilih, Sustaination, dan Kompas.id. Tema yang diangkat adalah Pemimpin Hari Ini, Penentu Masa Depan Anak-Anak Kita. 

Selain karena acaranya bertepatan dengan debat ke empat cawapres yang diadakan malam hari, tema yang diangkat pun juga pas sekali yaitu Pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup, Sumber daya alam dan energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat, dan Desa. 

Webinar ini sendiri masuk dalam program Climate Literacy for Mothers yang digagas oleh (BBBBookClub). Program ini fokus membahas soal literasi, iklim, dan pemberdayaan perempuan, khususnya para ibu. 

Salah satu alasan dibentuknya program ini karena isu iklim masih termasuk isu yang sulit dan kesannya terlalu sciencetific untuk dibicarakan sehari-hari. Program ini hadir juga karena  BBBBookClub percaya jika ibu memiliki peran penting untuk terlibat dalam aksi yang ada hubungannya dengan iklim. 

BBBBookClub juga pengen ngajakin ibu-ibu paham dan kritis akan isu iklim. Sebenarnya isu iklim itu bukan masalah yang bisa dibahas oleh para ahli ilmuwan atau hanya beberapa kelompok aja kayak aktivis lingkungan, dan pemerintah,  tapi ibu-ibu pun juga perlu paham karena sebetulnya berdampak langsung ke masyarakat. Misalnya harga pangan, listrik, kehidupan kita dan anak-anak kita. 

BBBBookClub juga percaya jika kekhawatiran, pendapat, dan gagasan para ibu harus terwakili dan perlu dipertimbangkan dalam perubahan kebijakan yang berlaku di negeri ini. 

Harapannya dengan adanya program ini, isu iklim bisa menjadi isu yang biasa dibicarakan oleh para ibu, agar kebutuhan dari para ibu bisa lebih didengar, diperhatikan, dan dipertimbangkan dalam berbagai kebijakan publik, politik, dan ekonomi nasional. Ada beberapa kegiatan yang akan dilakukan dalam program Climate Literacy for Mothers, salah satunya webinar ini. 

Webinar ini dibagi beberapa sesi. Pertama adalah sesi sambutan dari Founder & Executive Director Buibu Baca Buku  Book Club Puty Puar. Lalu dilanjut dengan Michael Batubara dari Bijak Memilih. Kemudian sesi QnA di mana moderator menyampaikan 4 pertanyaan ke narasumber yaitu Anita Yosihara yang merupakan Wakil Kepala Desk, Politik dan Hukum Harian Kompas dan wartawan Kompas sejak 2004. Dwi Sasetyaningtyas yang merupakan sustainability and renewable energy enthusiast, CEO dan founder Sustaination. 

Sesi 1 Mbak Puty Puar

Sumber: Webinar Climate Literacy for Mothers BBBBookClub 


Mbak Puty menjelaskan Buibu Baca Buku Book Club adalah komunitas yang didirikan tahun 2018. Cita-citanya ingin memberdayakan perempuan khususnya ibu-ibu dalam kemampuan literasi dan berpikir kritis. 

Gue suka sama pengingat yang disampaikan Mbak Puty, bahwa knowledge is power. Jadi kemampuan literasi, kemampuan memilah dan memilih informasi bisa digunakan sebagai 'senjata' kalo kita mau mendapat power itu. 

Harapannya dengan kemampuan literasi perempuan pada umumnya dan khususnya untuk ibu-ibu bisa mengambil keputusan yang lebih baik dan well-informed bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi juga untuk orang-orang terdekatnya seperti keluarga, masyarakat, teman dekat, dll

Kebiasaan baik seperti membaca, menulis, dan berdiskusi perlu dimulai dari keluarga. Jadi ibu-ibu bisa banget jadi role model. Kalau mau anak-anak suka baca, maka ibunya juga harus suka baca dong. 

Aksi-aksi kita dalam level personal seperti memilah sampah, daur ulang, kdan juga aksi kolektif kita seperti memilih saat nanti pemilu, itu juga berdampak ke iklim. 

Tujuannya adalah untuk mengajak dan menggerakkan para ibu untuk menerapkan climate action, gagasan kita dan sudut padang, kekhawatiran, concern semuanya bisa terinput dalam perubahan yang sistemik yang bisa mendorong pengambil kebijakan untuk lebih berpihak pada lingkungan dan perempuan. 

Sesi 2 Michael Batubara - Community Partnership Bijak Memilih 

Disesi selanjutnya, penjelasan dari Mas Michael tentang Bijak Memilih. Apa sih Bijak Memilih itu? Bijak Memilih adalah salah satu gerakan berbasis platform teknologi yang berupaya membentuk 'critical mass' untuk meminta proses politik dan kebijakan yang lebih baik. Karena segala keputusan sangat penting untuk hidup kita. 

Bijak Memilih dibentuk oleh para anak muda yang concern terhadap politik dan keberlangsungan pemilu 2024. Penggagasnya terdiri dari Afutami, Abigail Limuria, dan beberapa anak muda lainnya tergerak karena melihat keprihatinan anggapan yang ada di masyarakat kalau anak muda itu apatis dan hanya sering buat konten di media sosial saja. Padahal anak muda bisa juga menyampaikan gagasan dan pandangannya untuk membuat Indonesia lebih baik. 

Sumber: Webinar Climate Literacy for Mothers BBBBookClub 


Yang menarik adalah beberapa data yang disampakan yaitu dari Katadata (2021) 70% orang muda khawatir atau sangat khawatir terhadap berbagai isu. 68% orang muda tidak merasa pemerintah sudah efektif  baik secara program, eksekusi, dan bagaimana impact yang dirasakan masyarakat.

Sumber: Webinar Climate Literacy for Mothers BBBBookClub 

Hanya 8% yang berani identifikasi diri sebagai polically engaged' dan tahu apa sih esensi dari politik. Di tahun 2024 ada 52% pemilih muda atau 107 juta pemilih di bawah 40 tahun (42 juta di bawah 30 tahun, 17.5 juta di bawah 20 tahun) yang bisa menentukan hasil. Mas Michael juga punya jargon yang gue suka yaitu Suara Kita Menentukan Masa Depan Indonesia.

Sesi QnA:

Nah, ini nih materi yang ditunggu-tunggu. Jadi moderator akan menyampaikan 4 pertanyaan ke narasumber. Pertanyaan ini sudah dibuat oleh panita BuibuBacaBukuBook Club (BBBBookClub). 

Pertanyaan 1: 

Informasi beredar di mana-mana, mulai dari sosial media, orang-orang berpikir memilih berdasarkan tren dan mana yang jadi favorit, dan lingkungan sekitar. Hal ini menjadikan orang-orang bingung. Ada beragam informasi yang menakutkan khususnya perubahan iklim dan kondisi lingkungan yang semakin parah. Bahkan tak jarang informasi yang diberikan terlalu berlebihan. 

Bagaimana relevansi pemilu ini jadi kesempatan untuk para ibu mulai membicarakan dan mempertimbangkan isu iklim di sekitar kita?

Jawaban: 

Mbak Tyas 
Menurut Mbak Tyas, di setiap pemilu manapun pasti nggak ada sosok yang ideal. Gue setuju sama Mbak Tyas, sebelum ada Bijak Memilih informasi terkait calon, partai, isu, dan lainnya sangat sulit diperoleh dan informasinya juga nggak bisa dicek kebenarannya. Nggak ada yang bener-bener valid. 

Dengan adanya Bijak Memilih, sekarang jadi gampang banget untuk akses berbagai informasi terkait visi misi, profil, kandidat, partai, isu dan lainnya. Kita jadi tahu mana presiden dan wapres yang punya visi misi, gagasan, dan apa yang mau mereka lakukan untuk lingkungan dan hal-hal lain yang menurut kita penting ketika mereka menjabat.

Kita pun bisa lebih fokus pada isu yang menurut kita penting aja. Karena kan banyak banget ya hal yang perlu diurus di suatu negara. Kalo semuanya dipikirin ya pusing. 

Mbak Tyas cerita kalo dia sudah 2x ikut pemilu dan dua-duanya golput. Lalu selama perjalanan beberapa tahun terakhir, Mbak Tyas sempat komplain dengan kebijakan yang ada. Jadi, Mbak Tyas merasa bersalah karena sudah tidak memilih, malah komplain. 

Menurutnya kalo misalnya nggak milih kandidat, harusnya nggak berhak komplain. Kalo mau komplain sebaiknya menetapkan pilihan, sejelek apapun pilihannya, paling tidak ada satu yang lebih baik daripada yang lain. Satu suara itu sangat menentukan, apalagi diisu lingkungan. 

Mbak Tyas sendiri concern terhadap dua isu yaitu pendidikan dan lingkungan. Dengan punya concern terhadap isu tertentu memudahkan kita menentukan kandidat. 

Kita bisa cek visi misi, gagasan, dan program-program dari masing-masing calon terkait isu yang kita anggap penting. Mana calon yang punya visi misi paling oke terkait isu penting yang kita perhatikan.

"Menurutku penting banget, ibu-ibu melek politik untuk menentukan 5-10 tahun Indonesia." Mbak Tyas

Bu Anita



Sebuah kebijakan UU diambil dari DPR dan Presiden dibahas bersama oleh DPR dan presiden dan wakilnya. Nah, meskipun banjir informasi di berbagai media, sebaiknya cari dari sumber kredibel, misalnya Kompas.id. 

Dalam pemilu sebaiknya kita memilih terbaik dari yang terburuk. Jika melihat para kandidat capres dan cawapres 2024, menurut tim data democracy research monash university Indonesia menganalisa dengan menggunakan 4 kata kunci yang dicari oleh mereka yaitu iklim, lingkungan, ekologi, dan energi. 

Ternyata dari dokumen visi misi masing capres-cawapres hanya memuat 1 persen dari kata yang terafiliasi dari kebijakan perubahan iklim dan lingkungan. 

Padahal dampak dari perubahan iklim luar biasa ke berbagai sektor seperti ketahanan pangan, bencana alam, dan lainnya. 

Kalau ingin mendapatkan perubahan, suara itu menentukan dan jangan ragu untuk mencari informasi yang bisa dipertanggungjawabkan. Kita perlu mencermati visi misi capres-cawapres maupun caleg karena akan menentukan ke depannya seperti apa.

Pertanyaan 2: Bagaimana ibu-ibu mulai mensortir informasi dan menyuarakan kalo isu lingkungan ini penting untuk jadi prioritas para capres dan cawapres sebelum mencoblos?

Jawaban:

Bu Anita

Di saat kampanye terbuka seperti sekarang ini, para caleg dan capres dan cawapres sudah banyak yang menemui masyarakat untuk melakukan kampanye ke masyarakat. Ketika para calon sedang menemui masyarakat, atau di lingkungan sekitar kita ada caleg yang mencalonkan diri, kita bisa memberikan masukan atau menanyakan langsung ke mereka komitmen mereka terkait isu lingkungan. 

Kita juga sebagai masyarakat jadi tahu nih bagaimana pertimbangan mereka dan bisa menentukan pilihan dari situ. 

Mbak Tyas

Mbak Tyas menyarankan untuk mengirim email dan kirim DM instagram. Bisa juga bersuara di media sosial terkait isu lingkungan yang kita anggap paling urgent misalnya dengan membuat konten yang kita nyaman dan mampu untuk membuat dan mempertanggungjawabakannya. Hilangkan juga pikiran 1 suara dari kita itu nggak berguna. Kalo kita ada sesuatu yang mau disuarakan di media sosial, coba suarakan saja. 

Kemudian kalo ada kesempatan untuk berdialog dengan caleg, partai, dan capres serta cawapres secara langsung, misalnya datang ke sebuah acara yang ada mereka sampaikan saja pertanyaan, pendapatan, komplain lainnya.

Lalu sampaikan juga ke tim suksesnya para kandidat seperti influencer yang mendukung paslon. Dari situ kita juga bisa membandingkan mana paslon yang mau merespon kita dan punya itikad baik untuk merespon. Jadi kita tahu mana paslon yang sekiranya punya niat untuk membuat kebijakan lingkungan yang lebih baik. 

Jadi, kita bisa reach out para kandidat lewat offline atau media online yang kita punya. Meskipun di visi misinya belum ada, tapi komitmen untuk lingkungan seperti apa?

Pertanyaan 3: Ada banyak aspek terkait masalah lingkungan yang perlu diperbaiki, tapi bagian mana yang perlu diprioritaskan? Bagaimana caranya agar ibu-ibu bisa lebih bijak memilih mana prioritas isu lingkungan dari sumber-sumber yang tersedia?

Mbak Tyas. 

Nggak semua isu itu menjadi prioritas. tapi, pastikan kita pilih yang benar-benar menjadi penting buat kita dan perlu dicek satu-satu ke paslon mana yang punya program atau rencana paling oke. 

Misalnya Mbak Tyas fokus ke pendidikan dan lingkungan. Dari semua informasi yang kita peroleh, fokus aja ke isu yang menurut kita penting. 3 isu lah maksimal. 

Dari situ kita bisa cek dokumen visi misi, interview di YouTube dan persona (cara mereka menjawab, menaggapi pertanyaan, menangani konflik, dan komentar netizen itu seperti apa). Perlu diingat juga negara kita ini punya UU ITE yang sekarang makin banyak pasal karetnya. Jadi, dalam berkomentar harus sangat hati-hati. 

Bu Anita.

Kalo masalah isu prioritas itu bisa diserahkan ke masing-masing individu karena concern orang berbeda-beda. Kita perlu perhatikan kandidat mana sih yang bisa memperjuangkan atau mencegah dari dampak krisis iklim semakin meluas. 

Dari debat yang sudah dilakukan bisa dilihat lagi mana kandidat yang bisa memperjuangkan perbaikan isu lingkungan ini. 

Pertanyaan 4: Gimana cara kita menyampaikan prioritas isu-isu dan keresahan, persoalan yang kita hadapi ke orang terdekat seperti keluarga, teman, komunitas, dan lainnya yang punya ketertarikan isu yang sama agar bisa berbagi keresahan, bertukar pikiran sebenarnya mana sih  yang cocok untuk kita pilih?

Bu Anita

Ruang diskusi sekarang makin luas di media sosial atau di circle lingkungan manapun misalnya teman kantor, sesama orang tua di sekolah, keluarga misalnya lewat chat grup keluarga, perkumpulan dengan tetangga, arisan keluarga, saat nongkrong di warung kopi.  

Gue sedikit iri sama keluarga Mbak Anita, di keluarga Mbak Anita, ngomongin politik itu nggak tabu. Misalnya ibu Mbak Anita bilang capres ini punya program A, itu dibahas. Obrolin juga rekam jejak caleg, capres, dan cawapres. Bisa juga di media sosial kita melontarkan dulu keresahan kita seperti apa. Tapi, pastikan kita tetap punya argumen yang bisa dipertanggungjawabkan.

Mbak Tyas

Menurut Mbak Tyas, penting untuk membuat pembicaraan soal politik jadi tidak tabu. Mbak Tyas sendiri masih merasa trauma karena dari pemilu lalu banyak orang yang sampai konflik dengan keluarga, teman, dan lainnya karena perbedaan pandangan. Kalo belum bisa ngobrolin ke komunitas, bisa ngobrol sama keluarga atau teman dekat  dulu. 

Yang perlu diingat, kita negara demokrasi jadi tiap orang berhak memilih jagoannya masing-masing. Semua orang perlu menghormati itu. Kalo masuk ke komunitas atau lingkungan baru, jangan langsung ujug-ujug tanya "eh lu milih siapa?" Karena kan kita nggak tahu mereka siapa dan gimana orangnya, tabu nggak kalo ngomongin politik sama dia? dll

Kalo misalnya komunitas atau circle tersebut nganggap ngomongin politik itu tabu, perlu dinetralisir dulu. Misalnya dengan ngomongin soal isu-isu terdekat dulu yang banyak dirasakan oleh circle terdekat juga sebelum ngomongin ke politik atau pilihannya.

Baca juga: Violence Against Women More Aware, Dare to Speak Up

Sesi QnA dari Audiens

Kenapa ibu-ibu sering tidak dilibatkan dalam diskusi politik karena konstruksi gender? Bagaimana cara mengubahnya? Padahal ibu-ibu banyak yang berurusan dengan rumah, pendidikan, dan kesehatan. 

Tyas

Di Indonesia sendiri sejak dulu wanita jarang sekali yang terjun ke politik. Nah, untuk memperbanyak jumlahnya, maka perempuan perlu banyak yang terjun ke politik agar lebih banyak perempuan dan aspirasi perempuan tersampaikan di pemerintahan.

Di pemerintahan sendiri bukannya tidak ada representatif perempuan, tapi relatif sedikit. Nah, kita bisa cari informasinya di internet seperti instagram, Linkedin, Bijak Memilih siapa aja dan bagaimana track record-nya.  Sampaikan aspirasinya ke caleg-caleg ini. Bisa lewat DM atau email. 

Kalo misalnya banyak masyarakat yang membicarakan isu lingkungan, para pejabat juga bisa berpikir isu lingkungan ini penting. 

Pendekatannya juga bisa lewat para istri capres dan cawapres. Para capres dan cawapres ini punya istri, kita bisa reach out ke istrinya. Bisa juga ke timsesnya atau tim kampanye nasional para paslon apa saja si concern dari para perempuan.

Bu Anita

Dari jawabannnya Mbak Anita gue baru tahu kalo dari regulasi yang dibuat  partisipasi politik perempuan sudah berupaya untuk memenuhi, ada 30%  minimal caleg perempuan. Tapi sayangnya di DPR caleg perempuan yang kepilih nggak sampe 30%. Di pemilu 2014 hanya 17% anggota DPR  perempuan. 

Di pemilu 2019, lumayan naik 21% dari 575 anggota DPR. Tapi kita kan juga nggak melihat hanya dari kuantitas aja, tapi juga kualitas. Kita juga perlu lihat apa sih yang mereka perjuangkan saat duduk di wakil rakyat. Tapi minimal, kita sebagai perempuan mendukung perempuan. 

Menurut Bu Anita selama dia beekerja meliput DPR, yang ia perhatikan legislatif perempuan itu lebih mengerti lebih memahami persoalan masalah masyarakat real seperti apa. Jadi, masalah yang diperjuangkan oleh legislatif perempuan ini juga kebanyakan masalah real berkaitan dengan perempuan. Contohnya pelecehan seksual terhadap perempuan,  dan di beberapa isu juga melibatkan perempuan seperti kenaikan BBM.

Persoalannya adalah memang tidak semua legilatif perempuan yang terpilih itu punya kapasitas mumpuni. Ada sebagian yang sangat bagus, ada yang kurang. Namun, kalo legislatif DPR perempuan itu lebih banyak, maka suaranya bisa lebih terdengar. 

Jadi, pastikan pilih perempuan, tapi perhatikan juga kapasitasnya. Persoalan selanjutnya, partai politik ada yang hanya menjadikan caleg perempuan sebagai pelengkap saja untuk mencapai 30%, tapi tidak dilihat kapasitasnya. 

Di kertas suara saja, jarang ada caleg perempuan yang ada di posisi nomor 1, 2, 3. Pasti selalu urutan bawah. Sebaiknya selain menggunakan hak pilih, jika ada perempuan yang dirasa mumpuni, menyalonkan saja, tapi memang tidak mudah. 

Apalagi di era sekarang yang cenderung liberal, siapa yang punya kekuatan, uang banyak, suara terbanyak itu yang menang. Memang agak sulit. Tapi apapun bisa mulai dari kita sendiri dengan bagaimana memanmbah jumlah perempuan yang duduk di DPR agar suara kita terdengar. 

Pertanyaan selanjutnya dari gue. Jadi, gue bertanya tentang 

kalau sudah keluar pemenang, bagaimana rakyat bisa memantau dan mempertanggungjawabkan apa saja yang sudah dijanjikan para paslon?

Bu Anita:

Sebenarnya ada saluran untuk mengawasi. Misalnya ada kesalahan administrasi yang dilakukan oleh pejabat negara, itu bisa disalurkan ke ombudsman. Lalu kalo ada yang harus diperjuangkan yang memang harus masuk ke UU, bisa juga ke DPR itu ada namanya hearing rapat dengar pendapat. Kelompok masyarakat bisa mengusulkan kita mau ketemu sama siapa, mau mengeluhkan soal ini, mau menceritakan persoalan apa. 

Misalnya kalo mau menyampaikan permasalahan pendidikan bisa ke Komisi X, Pangan di komisi V, dan sebagainya. Jika kita mau ngobrol suatu topik tertentu, kita bisa mengajukan permohonan audiensi untuk rapat hearing.

Nggak harus masyarakat sipil yang teroganisir, kadang bisa juga dari masyarakat desa yang mau ketemu, masyarakat kayak rempang, atau dari performa agraria, masyarakat lampung mau ketemu, karena mereka punya masalah-masalah seperti tanah yang bersengketa.

Gue juga baru tahu kalo presiden dan wakil presiden itu ada call center-nya yang bisa mengadukan persoalan, masukkan, yang kita hadapi, email, dan jika ingin bertemu presiden pun bisa. Bisa kirim surat permohonan ke presiden melalui Sekretariat Negara (setneg), masalahnya apa, kepetingannya apa dll

Pembangunan yang ramah lingkungan. Pembangunan di kalimantan, pembangunan selama ini merelakan pembabatan hutan dan dampaknya asap yang ada dan anaknya mengalami ispa karena pembukkan lahan. Adakah pembangunan ramah lingkungan?

Tyas. 

Sebenarnya ada, tapi konsepnya nggak bisa buru-buru banget. Konsep ramah lingkungan ini luas, makanya perlu dipertimbangkan bagaimana kota dibangun? Bukan tidak mungkin membangun kota, dari kota yang sudah ada. 

Pembangunan ramah lingkungan, pro ramah lingkungan, gak harus dilakukan di kota baru. Pembangunan kota ramah lingkungan bukan hanya perlu dilakukan, tapi perlu didukung dengan kebijakan yang bagus. 

Kalo bangun kota tapi kebijakannnya gak siap, jadinya cuma dibangun aja. Belum tentu kota yang dibangun itu, dipelihara secara ramah lingkungan. Bangun kota tinggal babat hutan, udah selesai. Tapi, gimana kotanya nanti berjalan. Pengolahan sampahnya, limbahnya gimana, limbah rumah tangga gimana? koneksi transportasi jalannya, edukaisnya gimana ke orang-orang. 


Itu dia sesi QnA yang seru banget. Jadi membuka wawasan gue untuk lebih melek politik dan lingkungan lagi. Selain nambah ilmu, gue juga dapat rezeki dapat buku dari Laura Bates "Fix The System, Not The Women" dari pertanyaan yang gue ajukan.

Terima kasih komunitas BuibuBacaBukuBook Club (BBBBookClub), Bijak Memilih, Sustaination, dan Kompas.id yang sudah mengadakan acara ini.




Baca juga: Lyfe with Less Meet Up: Mindful Consumption & Belajar Jadi Minimalis


 

  • 0 Comments

 

Masih lanjutan postingan dari Lyfe with Less (LWL Meet up) minggu lalu. Di sesi kedua ada pembahasan Sustainable and Minimalist, Why Not? bersama Mas Adhi Putra Tawakal dari Tukr yaitu perusahaan yang mengumpulkan minyak jelantah untuk diolah menjadi biofuel dan Mbak Nada Arini Co- Founder Ruang belajar hidup berkelanjutan Sustainable Indonesia. 

Baca juga: Lyfe with Less: Mindful Consumption & Belajar Jadi Minimalis

Sesi ini diawali cerita pengalaman Mbak Nada yang bercerita awal mulanya beliau tergerak untuk menerapkan sustainable living.

Semuanya ini bermula ketika Mbak Nada dan anak-anaknya berkunjung ke bantar gebang dan beliau melihat sendiri bagaimana tumpukan sampah, kumuhnya, dan tidak layaknya tempat tersebut di dekat pemukiman warga. 

Yang buat Mbak Nada tertantang itu bukan size sampahnya tapi dampak yang dihasilkan dari sampah untuk orang di sekitarnya. Di sana sering ditemui pemandangan ibu yang menyuapi anaknya di keliling lalat di mana-mana. Mbak Nada merasa bersalah karena sampahnya ada juga di Bantar Gebang. 

Mbak Nada jadi berpikir kalo nggak berubah untuk ngurangin sampah, maka anak-anaknya kelak bisa terdampak. Bisa aja nanti sampahnya ada di depan rumah anaknya. Sampahnya nggak berkurang dan manusia di bumi makin banyak.

Sementara untuk penerapan minimalisnya secara nggak sadar, Mbak Nada sudah lama menerapkannya, tapi nggak tahu istilah namanya minimalis. Dulu pas anak-anak masih kecil, Mbak Nada dan suaminya memutuskan untuk homescholing, itu sehari-harinya Mbak Nada ngerasa kerjaan rumahnya nggak selesai-selesai. 

Sistem yang dibuat Mbak Nada agar membuat dirinya terhindar dari overwhelmed adalah menentukan jam prioritas. Contoh jam 9 harus selesai beberes. Meskipun belum selesai semua pekerjaan rumah, tapi di jam 9 itu Mbak Nada harus berhenti melakukan pekerjaan rumah. Sisanya bisa dilanjutkan nanti. 

Dengan cara ini, baru tersadar kalo banyak barang yang nggak terpegang sama Mbak Nada, jadi teronggok di tempatnya aja, termasuk mainan anak-anaknya. Walaupun mainannya dikeluarin tapi yang dimainin itu-itu aja, saking banyaknya mainan. Anak-anak jadi terdistraksi. Bukannya makin happy karena mainannya banyak. 

Mulai dari situ Mbak Nada memilah mana barang yang tidak terpegang dan mana yang masih akan disimpan dan akan dirawat. Saat banyak barang, rasanya seperti banyak pikiran karena semua barang seperti minta diperhatikan. 

Setelah semua barang dikurangi, pikiran jadi lebih tenang, mengambil keputusan juga jadi tidak terburu-buru, hidup jadi lebih ringan dan rumah jadi tidak sesak.

Peran Individu dalam Membantu Mengelola Limbah Konsumsi Sehari-hari

Masyarakat Indonesia belum terbiasa untuk memilah. Walaupun sudah disediakan tempat sampah terpilah di berbagai area, tapi kesadaran ini belum merata. 

Mas Adhi memberikan tips bagaimana cara beliau mengelola limbah di rumah. Tipsnya adalah lakukan, kumpulin, biasakan, dan berikan pada pihak yang bisa mengelola. Misalnya untuk limbah minyak jelantah, bisa diberikan ke Tukr.

Mungkin buat masyarakat yang baru mengenal kebiasaan memilah sampah bakal penasaran, kenapa sampah harus dipilah. Mas Adhi menjelaskan, buat waste management yang mengelola plastik dan lain-lain, itu biayanya mahal sekali kalo mereka yang harus sortir sendiri. Jadi kalo sampah kita udah disortir, itu sangat membantu. 

Karena nantinya sampah-sampah yang sudah dipilah itu akan menjadi komoditas baru, misalnya plastiknya di supplay menjadi barang baru, atau minyak jelantah yang nantinya akan ekspor menjadi bio fuel. Jadi diperlukan partisipasi masyarakat untuk membiasakan diri memilah sampah di rumah. 

Cara Mempraktikkan Kebiasaan Sustainable dan Minimalis di Rumah



Minimalist dan sustainability itu saling melengkapi nggak harus milih salah satu. Kalo minimalism itu dampaknya lebih banyak ke diri kita sendiri. Diri jadi lebih ringan, lebih conscious dalam membeli. Kalo sustainability itu lebih mikirnya dampaknya bukan cuma diri sendiri tapi juga lingkungan, orang lain, dan lingkungan di sekitar kita. 

Dalam praktek sehari-harinya ketika membuat keputusan, ketika ngobrol sama diri sendiri, pertanyaannya ditambahkan, apa nih dampak pilihanku sama lingkungan sekitar, apa nih dampak pilihan kami terhadap ekonomi lokal kami. Jadi, mikirnya bukan cuma baik untuk diri sendiri tapi juga lingkungan. 

Memulai praktek praktek sustainable living bisa dari memilih satu action atau habit yang mau dilakukan. Misalnya mau mengurang limbah jelantah dulu, atau mau lebih conscious, dan membeli baju seperti mau beli yang lokal, beli yang dari brand fokus ke lingkungan, bahannya yang aman buat lingkungan dan lain-lain. 

Jadi pilih yang satu dulu, sampe udah konsisten dan otomatis baru nambah lagi yang lain. Jangan terlalu banyak dulu, nanti pusing dan nyerah. 

Saat memulai minimalis dan sustainability saat kita mendeclutter sesuatu, jangan lupa mind declutter juga ya. Jangan sampe kita pengen rapi, dan sustain semua, malah nambah pikiran baru.

1 liter minyak jelantah, mencemari 1 juta liter air bersih. Belum lagi kalo dia menyumbat pipa, atau kalo dibiarkan ditaro di depan rumah, bisa diambil sama orang tidak bertanggung jawab untuk dijadikan minyak curah yang nggak jelas yang bisa merusak kesehatan. 


Cara Agar Bijak Berkonsumsi dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam urusan fashion, Mas Adhi sharing pandangannya, menurutnya kalo kita sudah menemukan personal style atau ciri khas berpakaian kita sehari-hari, bakal membantu kita untuk nggak impulsif membeli sesuatu yang tidak penting yang bukan mencerminkan diri kita. Kalo nggak cocok dengan personality dan personal style kita mending nggak usah beli. 

Jadi sebaiknya cari personal style kita sendiri supaya kalo ada produk atau hal yang lagi tren muncul padahal nggak sesuai dengan diri sendiri, nggak bakal terpengaruh. 

Mbak Nada menambahkan, dengan barang yang sedikit dan barang yang aku butuhkan aja bisa fokusin hidup, waktu, dan energi ke hal-hal yang lebih bermanfaat. 

Dengan sustainability itu kita jadi lebih membawa diri jadi lebih bermakna. Mbak Nada memberikan masukkan coba kita berpikir lebih besar dari diri sendiri. Kalo kita bagian dari sesuatu yang besar dan kita cuma bagian kecil aja di bumi ini. Tapi ternyata dari rumah, meskipun ibu rumah tangga, ibu-ibu  bisa membuat perubahan dengan dampak yang besar dari kegiatan sehari-hari. 

Itu membuat hidup jadi meaningful. Jadi sehari-hari ibu-ibu bisa membuat kebaikan dari rumah, yang mungkin nggak kelihatan sekarang hasilnya, tapi mungkin akan kelihatan hasilnya akan dirasakan oleh anak-anak. 

Kayak kita lagi sedang investasi, seperti milih sabun apa, baju apa, kita sedang investasi masa depan untuk generasi yang akan datang.

Tantangan Terberat Menjalani Sustainability dan Minimalism Secara Bersamaan

Tantangannya itu kalau lagi serakah pengennya sempurna semua, pengen semuanya dikerjain, nganggep semuanya aku bisa. Padahal waktu dan tenaga terbatas. Kalau lagi serakah akhirnya pasti error, karena ngerasa gagal semua rencana yang pengen dilakukan di hari itu atau kita ngerasa nggak ada orang yang mengerti kita. Padahal orang nggak perlu ngertiin kita, kita aja yang perlu melakukan praktiknya terus menerus. 

Bisa juga energi diri lagi rendah, terus ada orang yang nggak sepakat sama kita. Jadi, kita harus terus menerus kurasi, fokus, dan menentukan prioritas supaya kita energinya ada terus. Misalnya coba lakuin 3 maksimal kegiatan besar aja yang mau dilakukan tiap hari biar nggak gampang ke trigger atau emosi. 

Bagaimana Mengelola Limbah di Rumah ala Mbak Nada dan Mas Adi

Dulu Mbak Nada sempet bikin limbah minyak jelantah buat dijadiin lilin dan sabun, tapi seiring berjalannya waktu di RT tempat Mbak Nada tinggal ada tempat mengumpulkan minyak jelantah. 

Sedangkan Mas Adhy memilah sampah plastik, botol, kaleng langsung dikasih ke pemulung dengan dikumpulin di masing-masing plastik khusus, sehingga pemulung tinggal ngambil aja. 

Bagaimana Menyikapi Packaging dari Ecommerce yang Begitu Banyak?

Kita sekarang udah dipermudah sama e-commerce yang serba instan dan mudah, tapi yang jadi permasalahan adalah limbah kemasan seperti plastik yang sulit dihindari. Meskipun kadang kita sudah hubungi penjualnya dan meminta untuk dibungkus plastik, tapi tetap saja ada kemasan sekali pakainya. 

Pandangan Mbak Nada, sebenarnya itu sangat wajar karena di tempat kurirnya sendiri barang customer itu dilempar dari jarak yang jauh, jadi kalo nggak dibubble wrap ya rusak barangnya. Jadi agak serba salah. Yang penting kita sudah berupaya mencoba mengurangi limbahnya dengan bicara langsung ke penjual, karena mau gimana pun kita perlu barangnya. 

Cara menyiasatinya adalah dengan membuka kemasan sekali pakai seperti bubble wrap pelan-pelan supaya nggak ada yang robek dan masih bisa digunakan lagi. Setelah itu ditawarkan ke orang yang menjual barang pecah belah. Misalnya, temennya ada yang jual pot, kita bisa kasih ke mereka. 

Bisa juga dengan mengumpulkan bubble wrap dan diberikan ke waste management yang menerima dan mengolahnya. 

Karena kalau kita mau ngubah sistemnya, memang di Indonesia belum sepenuhnya bisa untuk barang-barang tertentu seperti makanan beku atau barang pecah belah. Meskipun sekarang ada pengganti bubble wrap yang kertas itu tapi itu nggak diterima sama kuriernya, karena diperlukan ketahanan luar biasa buat si barangnya nggak rusak sampai ke tangan konsumen.  

Bisa juga caranya dengan jangan kebanyakan belanja. Jadi kalau mau beli sesuatu diprioritaskan mana yang benar-benar diperlukan. Selain itu, ketika belanja bisa sekaligus banyak disatu tempat untuk mengurangi tidak kebanyakan packaging dan mengurang carbon emission.

Bagaimana Caranya Meningkatkan Rasa Percaya Diri Meskipun Ada Orang yang Menganggap Baju Kita Itu-itu Aja?

Kita harus tahu apa tipe baju yang kita sukai dan beli aja baju model itu. Tidak masalah kalo mau ada variasi warna seperlunya saja. Kalo kita masih suka insecure apa kata orang, mungkin kita belum mau embrace prinsip-prinsip hidup kita. 

Tapi kalo kita udah yakin pilihan hidup kita tepat, sebenarnya nggak ada masalah bicara apa adanya. Kalo ada yang judge atau ngomongin kita soal pilihan fashion misalnya beli preloved dan lain-lain, biarin aja. 

Selama kita tahu barang preloved-nya masih bagus dan berfungsi baik, terus harganya lebih affordable, kenapa nggak. Kita yakin aja sama prinsip kita sendiri.

Mbak Nada menambahkan, kalo ada yang komen kenapa bajunya itu-itu aja, kita bisa lihat dulu ini komennya ke arah julid atau kepengen tahu. Kalo arahnya julid, kita bisa kasih jawaban why not. Tapi, kalo mereka pengen tahu, kita bisa jelasin alasannya. Karena pada dasarnya nggak semua orang harus tahu alasan kita. Yang penting yang tahu alasan kita itu kita sendiri, kenapa kita mau melakukannya. Aku mau sustainable karena apa, aku mau minimalis karena apa.

Orang lain pilihannya beda nggak apa-apa, semua orang berhak punya pilihan dan pendapat. Kita nggak perlu jelasin panjang lebar dan membela pendapat kita. Biarin aja. 

Bagaimana Kalau Kita Lagi Tidak Bisa Mengelola Sampahnya, Tapi Disatu Sisi Kita Nggak Mau menyumbang Sampah ke TPA.

Kalau lagi ada dimood serakah, pengen milah sampah, tapi malas nyuci, tapi saat itu nggak mau nyampah. Itu bukan opsi. Kita harus sadari betul, opsiku sekarang apa sih? Kalau lagi ada waktunya buat nyuci-jemur sampah yaudah lakukan. Tapi, kalau pekerjaan rumah lagi banyak, yaudah prioritaskan pekerjaan rumah dulu. Jangan serakah biar kita bisa optimal mengerjakan pekerjaan yang mau dikerjakan dan tidak merasa bersalah.

Kitakan sistemnya belum terbentuk. Jadi kita harus mandiri dari rumah dan kita harus bikin keputusan-keputsan kecil di rumah tiap hari kayak gitu. Kalau menuntut sempurna, belum bisa. Jadi memang secara sadar harus ambil keputusan sendiri. Kalo hari ini bisa nyuci yaudah lakukan, kalo nggak bisa yaudah besok coba lagi. Jadi jangan keras sama diri sendiri.

Baca juga: JXB 2022: Can't Stop Talking About Sustainable Beauty




















 







  • 0 Comments

Buat yang lagi belajar minimalis pasti tahu deh sama komunitas satu ini, yup Lyfe with Less (LWL). Komunitas yang sudah berjalan sejak 5 tahun dan didirikan oleh Chintya S. Lestari ini sudah memiliki banyak pengikut baik di Instagram maupun grup Telegram lho. 

Sabtu (23/12/2023) kemarin gue bersama temen gue Kak Dewi datang ke acara tahunan Lyfe with Less (LWL) Bersaling Silang Free Market. Di sini kita bisa tukar maksimal 5 barang kita yang masih layak pakai dengan mengadopsi 5 barang dari orang lain (preloved) yang juga masih layak pakai.

Di event ini kita bisa melakukan 5R sekaligus yaitu Reduce, Reuse, Recycle, Repair, dan Refill. 

Reduce: Kita bisa mengurangi barang yang ada di rumah kita dengan mendonasikan barang. 

Reuse: Kita bisa menggunakan kembali barang layak pakai dari orang lain yang sesuai dengan kebutuhan kita. Barang yang bisa ditukar juga ada ketentuannya ya.

Recycle: Lyfe with Less (LWL) Bersaling Silang Free Market juga bekerjasama dengan beberapa waste management yang bakal bantuin pengelolaan sampah. Pihak yang diajak bekerjasama di acara ini ada Rekosistem, Ecotouch (waste management untuk pakaian tidak layak pakai), dan Daur.id untuk empties skincare. 

Repair: Di sini pengunjung juga bisa memperbaiki pakaiannya yang rusaknya minor di penjahit andalan. 

Refill: Tersedia juga refill air minum bagi peserta sehingga tidak perlu membawa air minum kemasan dari luar. 

Ibaratnya di event Lyfe with Less (LWL) Bersaling Silang Free Market tuh bisa sekali mendayung 2-3 pulau terlampaui. 

Nah, yang menarik, di Lyfe with Less (LWL) Bersaling Silang Free Market Sabtu kemarin ada LWL Meet up di mana kita bisa bertemu dengan para member Bersaling Silang yang ada di Telegram (networking session) dan sekaligus belajar bareng di LWLTalk bersama influencer Raden Prisya Founder of Mind Revive dan Grace Shinta Minimalist Content Creator. 

Tema yang diangkat dari sesi ini yaitu Mindful Consumption & #BelajarJadiMinimalis. 

Nah, buat lo yang nggak datang ke acara LWL Talk kemarin, gue bakal share apa aja ilmu yang didapat ya: 

Baca juga: JXB 2022: Can't Stop Talking About Sustainable Beauty


Manfaat Menerapkan Minimalis di Kehidupan Sehari-hari

Kak Grace menceritakan awalnya dia memulai minimalis karena merasa beres-beres rumah kok nggak selesai-selesai? Sudah beberapa tahun ini aktif menerapkan minimalis, manfaat yang dia rasakan yaitu dengan mengurangi barang kita bisa memangkas waktu beberes dari yang biasa mungkin sehari-harinya 45 menit, dengan minim barang bisa cuma 15 menit aja. Belajar minimalis jadi bikin diri sendiri lebih happy karena ia menyadari barang-barang yang terlalu banyak ternyata membawa masalah baru.


Bagaimana Caranya Mengurangi Keinginan untuk Konsumtif dalam Berbelanja?

Banyak orang biasanya lagi capek malah pengen buka ecommerce atau beli makanan di online. Itu kan sebenarnya tidak menyelesaikan masalah sesungguhnya. Belajar menghadapi emosi kita yang kita nggak suka, itu mau nggak mau kita akan belajar juga untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak nyambung dengan emosi tersebut. Karena kita sering kali melakukan hal yang tidak nyambung. Lagi kesel sama pasangan, terus pengen buka e-commerce. 

Misalnya ibu capek ngurusin anak pengen kabur ke hal lain dan jadi membuat pengen buka ecommerce. Ini sangat berhubungan dengan prilaku konsumtif. 

Akan sangat memudahkan kalo kita ada masalah fokusnya apa yang terjadi di diri kita dulu selesaikan masalahnya dan menghibur diri dengan cara positif lainnya. Kalo udah bisa melepaskan udah bisa ketidakmelekatan, itu mudah-mudah proses mengerem keinginan berbelanja dan melepaskan barang jadi lebih mudah. 

Bagaimana Caranya Melepaskan Barang-Barang yang Sentimentil?

Balik lagi ketujuan orang-orang. Kalo punya tujuan yang jelas, misalnya karena rumah nggak terlalu besar maka inginnya nggak punya banyak barang, bikin kita jadi ingin menyimpan barang yang kita perlukan aja, yang tidak perlu harusnya nggak ada. 

Declutter emang awalnya susah, tapi dengan seiring berjalannya waktu karena dipaksa bahwa barangnya kalo disimpan aja juga nggak bakal diapa-apain akhirnya jadi kebiasaan dan tega. Jadi biasa aja gitu sama barang. Karena kalo barang ini ada di rumah nantinya cuma nambah beban pikiran, kita akan merasa bersalah dann harus luangin waktu buat rawat barangnya.  Tapi, lain ceritanya kalo barang itu dikasih ke orang buat diperpanjang usia pakaianya itu malah bikin happy. 

Kita juga harus terbiasa, kalo barangnya sudah selesai dimanfaatkan, sebaiknya dilet go aja. Kebanyakan orang melekatkan diri terhadap benda yang padahal benda tersebut netral, tapi kita jadi sentimental banget untuk put our memories on that. 

Coba kalo kita lagi ada difase nggak bisa melepaskan barang yang padahal udah nggak terlalu dipake, ingatlah bahwa mungkin waktunya dia atau barang tersebut di hidup saya sudah selesai. 

Ini juga berlaku untuk hewan peliharaan ya. Mungkin kalo pas hewan peliharaan hilang, bisa jadi waktu hewan tersebut bersama kita memang sudah habis, jadi let go saja. Ingatlah bahwa benda dan hewan peliharaan itu netral. 

Selain itu, kita juga perlu ingat orang-orang Palestina yang sekarang sedang berjuang,  mengajarkan pada seluruh orang di dunia bahwa apapun yang dimiliki itu tidak melekat dalam diri kita. Tidak ada yang kita miliki di dunia ini. Kita bisa lihat mereka kehilangan semuanya pun, tapi mereka seperti merasa punya. 

Kalo benda sentimental yang kita nggak mau declutter, ingat kita harus juga mau merawat dan terus menggunakannya. Kalo benda sentimental itu yang functional dan masih bisa dipakai, lebih baik diperbaiki. 

Beda sama elektronik yang selalu diupdate tiap tahun pasti akan selalu berubah. Kalo kita kasih atau jual ke orang lain yang lebih memerlukan bikin kita sipemilik awalnya jadi senang dan merasa barang itu jadinya nggak diam aja di rumah dan nggak ada manfaatnya. 

Benda itu netral aja. Kalo masih sulit melepaskan barang tersbut, kita harus memberikan value ke barang tersebut, misalnya dipakai setiap hari atau digunakan di hari spesial, yang jelas kalo put value di barang tersbut, kita perlu juga kasih perhatian ke barang itu dengan dirawat dan dibersihkan rutin. Harus punya alasan untuk keep barang ini karena apa. 

Bagaimana Caranya Biar Nggak Impulsif Terhadap Pembelian yang Serba Mudah dan Cepat?



Segala sesuatu yang dibuat instan kualitasnya tidak akan sebesar kalo dibuat dengan tangan dan ketelitian. Kalo kita mau dapat barang yang cepat, maka bersiaplah dapat kualitas yang rendah dari apa yang dibuat dengan waktu dan skill. 

Kalo beli baju sebisa mungkin beli dari teman yang kita paham bagaimana proses pembuatannya. Kita harus terbiasa untuk sabar menunggu. Karena nggak bisa dipungkiri kondisi sekarang yang serba cepat, jadinya menunggu itu menjadi kekurangan atau tidak normal. Padahal sabar itu penting banget di tengah instannya konsumsi saat ini. 

Kalo kita sabar menunggu pasti kualitasnya akan lebih bagus. Jadi kalo belajar minimalisme akan belajar sabar juga. 

Sabar itu penting banget bisa dengan cara rethink before you buy, jadi mikir dulu kenapa harus beli ini sekarang. Karena konsumsi itu nggak ada masalah. Yang jadi masalah adalah kalo kita terjebak dalam konsumerisme. 

Konsumerisme itu terjadi ketika mau hal ini mau hal itu, tapi kita sendiri nggak tahu kenapa ya kita mau hal ini, harus beli ini dan kenapa harus sekarang. Jadi kalo kita lagi ada di masa -masa itu, kita perlu evaluasi lagi, apakah kita lagi terjebak konsumerisme atau memang kita perlu.

Kiat Bijak Berkonsumsi Biar Nggak Mudah Membawa Barang ke Dalam Rumah

Sharing tentang bagaimana mulai #BelajarJadiMinimalis ala Grace Shinta & perspektif Raden Prisya untuk jadi manusia yang berupaya sadar & #BijakBerkonsumsi


Kita perlu melambankan membeli sesuatu dan tahu tujuan belajar jadi minimalis itu apa dan jangan sampe tujuannya cuma karena mau ikut-ikutan. Jadinya itu nggak sustain di diri kita. Tujuan kita misalnya biar barang awet, jadi nggak apa-apa agak mahal yang penting kualitasnya baik biar bisa dipake jangka panjang atau awet. 

Bisa juga tujuannya karena nggak mau punya banyak barang biar gampang beberes.  Selain tujua, kita harus tahu diri kita sendiri sukanya apa dan nggak sukanya apa? 

Perlu juga menghindari melihat online shop atau pergi ke mall tanpa tujuan secara asal. karena bisa membuat kita tergiur membeli produk yang promo atau diskon.  Kalo nggak ada tujuannya mending jauhi berkunjung ke online shop atau mall. 

Pahami kalo setiap barang pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Kita harus cari tahu dulu apa aja sih kelebihan dan kekurangan barang yang mau dibeli tersebut. Jadi, jangan lihat kelebihannya aja, tapi kekurangannya juga. Contoh, kita ternyata nggak punya storage di rumah buat nyimpan benda itu terus mau disimpan di mana? yang ada malah bikin rumah berantakan.  

Bisa juga kasih durasi 30 hari untuk menimbang-nimbang apakah perlu membeli barangnya atau nggak. 

Setiap orang itu beda dan unik jadi kalo liat review barang belum tentu cocok di mereka, juga cocok di kita. Jadi, mending kita pinjam dulu dari teman atau nyewa dirental barang yang mau dibeli. Dengan begitu kita tahu apa aja kekurangan dan kelebihannya. Bisa juga cari prelovednya. Baru kalo opsi-opsi tadi nggak bisa, baru deh beli. 

Cara Agar Kembali On Track Lagi Kalo Udah Kebanyakan Nggak Mindful dalam Berkonsumsi

1. Jangan Mengambil Keputusan Terburu-buru

Kalo dari pola asuh kita sudah sering diburu-buru waktu kecil, efeknya banyak banget. Salah satunya sering terburu-buru mengambil keputusan. Mungkin sekarang kita perlu belajar untuk hidup lebih rileks. Nggak apa-apa untuk menolak disaat harus mengambil keputusan yang terburu-buru. 

Karena kalo berbicara minimalisme, membeli sesuatu jangan buru-buru, jadi perlu dipertimbangkan. Kalo sampai merasa FOMO, karena tidak bisa cepat-cepat, mungkin yang perlu kita lihat bukan barangnya tapi apa yang akan terjadi kalo barang itu nggak kita dapatkan. Misalnya takut ditinggal, merasa kurang, merasa tidak diakui atau kurang good enough. Padahal rezeki nggak bakal ke mana-mana. 

Kalo udah sadar kemaren-kemaren ternyata banyak melakukan konsumerisme, lakukan journaling.  Journaling itu mencegah pikun dan meningkatkan kognisi seseorang. Bisa ditulis kemarin aku khilaf belanja apa saja ya? 

Tulis barang-barang yang udah dibeli tadi mana yang bener-bener perlu mana yang nggak. Kalo ternyata nggak diperlukan, yaudah akui aja. Nanti tanya lagi ke diri sendiri apa aja sih yang membuat saya harus segera mengambil keputusan membeli barang tersebut? Oh ternyata saya agak fomo karena temen-teman saya udah punya atau takut ketinggalan. Itu semua ditulis dan kalo sudah ditulis, jangan lupa dibaca lagi. Itu bisa dijadikan cara untuk mengenal diri. 

Cara mengenal diri ya itu apa yang terjadi kita telaah dan kenali. Kalo kita udah tahu oh ternyata polanya kayak gini, kalo nanti ada kejadian seperti ini yang terburu-buru kita tahu apa yang harus dilakukan. Yang jelas tiap kekhilafan itu ada arti dan pesannya. 

Yang jadi permasalahan adalah sering kali orang sadar aja sama apa yang menjadi kekhilafannya, tapi berhenti di situ aja, nggak difollow-up. Malu sama diri sendiri kalo kesalahan itu difollow up. Yang salah-salah dari kita emang harus difollow up. Biasanya kalo kita berbuat salah, ada dalam diri kita yang nggak seneng kalo kita berbuat salah. 

Kalo kita sadar sama diri sendiri, istigfar, mengakui kesalahan  nggak apa-apa. Tanya ke diri sendiri, Eka kemarin kamu kenapa sih? Kamu ngerasa apa sih sampe belanja segitu banyak? 

Setiap pilihan dan tindak tanduk kita, biasanya nggak lepas dari apa hal yang kita sembunyikan di dalam diri. Jadi, di setiap hal yang impulsif dan tidak mindful kita ambil keputusannya, kita cari tahu ada pesan apa sih sebenarnya untuk diri sendiri. 

Cara Menyikapi dan Berkompromi dengan Orang Terdekat yang Belum Minimalis


Buat mengubah pola pikirnya itu nggak mudah, jadi kita juga perlu sabar melihat proses orang lain karena setiap orang itu prosesnya nggak sama. Jadi yaudah jalan sendiri-sendiri. Jadi, nanti kalo dia melihat postifnnya di aku, nggak menutup kemungkinan akan ikutan juga. Jadi, fokus sama diri sendiri dan kita masih ada kurangnya juga. 

Kalo misalnya kita nggak sabar melihat progress orang lain, berarti diri kita belum bisa sabar kalo ada orang yang belum paham minimalis di rumah dan belum sadar sama apa yang mau dicapai sama orang tua. Mengetahui apa yang mau kita capai, apa yang kita ingin dan tidak ingin  itu sangat memudahkan kita untuk bisa lebih sabar lagi. 

Ingat, good habit is contagious yaitu kalo kita melakukan yang baik untuk diri kita, percaya aja bahwa hal baik itu bisa menular asalkan konsisten dan sebarkan dampak kebaikan itu buat diri kita dan nggak perlu ekspek banyak orang akan terinspirasi dengan tindakan kita juga. Fokus aja sama apa yang bisa kita lakukan. 

Dalam mengenalkan konsep minimalis juga jda konsep namannya T.A.R.A dari The Minimalist 
Tolerance: Kita perlu toleransi sama orang yang satu space sama kita. Karena orang tua itu tidak semudah kita berkonsumsi di zaman dulu. Jadi mereka pasti lebih melekat sama barang mereka. 
Acceptance: Menerima bahwa orang yang kita sayang berbeda sama kita. Mungkin kita udah kenal minimalis tapi orang terdekat kita belum dan kita nggak bisa samain pace-nya. 
Respect: Hargai keputusan mereka karena mungkin barang-barang tersebut valuable buat mereka. 
Appreciation: Apresiasi usaha orang lain yang udah cobain minimalis sebisanya. 

Tidak ada satu gaya hidup pun yang lebih matters dari hubungan kita sama orang yang kita sayang. 

Tidak ada yang salah dengan konsumsi, karena orang yang minimalis juga berkonsumsi. Semua orang berkonsumsi termasuk makan dan minum. Yang salah adalah kalo kita terjebak konsumerisme. 

Bisnis itu nggak salah dan pasti ngejar profit. Yang harus dikontrol itu konsumennya. Jadi mending fokus sama apa yang bisa dikendalikan (dikotomi kendali). Limbah bisnisnya bisa kerjasama dengan waste management, promosi bisa dengan bikin konten edukasi, dan bikin sesuai orderan. 

Baca juga: Violence Against Women More Aware, Dare to Speak Up

  • 0 Comments
Laptop-HP EliteBook-1040 -G10-14

Saya lagi cari-cari laptop yang punya webcam bagus dan RAM gede. Pas cari-cari ketemulah sama  HP EliteBook 1040 G10. Emang kenapa sih kedua elemen itu penting banget? 

Soalnya untuk mendukung kegiatan ngepodcast dan pekerjaan saya sebagai freelance writer. Buat podcast sendiri saya biasanya lakukan via zoom untuk ngobrol bersama narasumber saya. Otomatis saya memerlukan webcam yang resolusinya besar agar bisa jernih video yang dihasilkan. 

Begitu pula kalau saya harus meeting online sama klien saya. Namanya juga freelancer, 100% kerjaan saya ya di rumah. Pernah sekali waktu ada salah satu klien saya bilang, "Mbak Eka kameranya burem ya? Wajah Mbak di laptop saya gelap dan seperti ada semutnya" Deg! Malu saya! padahal saya termasuk yang rutin lho membersihkan laptop termasuk bagian webcam-nya. 

Singkat cerita, laptop saya sempat "ngadat" saat saya lagi rajin-rajinnya membuat podcast di awal-awal. "Pokoknya tiap minggu harus ada episode baru di podcast!" Itu idealisme saya. 

Eh, tapi apa daya, kadang rencana tidak sesuai realita yang ada. Pas saya ke tukang service, katanya saya kebanyakan instal aplikasi, salah satunya aplikasi editing suara buat podcast! Apalagi saya juga kadang suka edit video buat Tiktok di laptop. 

Nah, sembari ngumpulin budget buat beli laptop yang lebih besar spec-nya, saya mau nggak mau harus declutter aplikasi apa saja yang memang harus ada di laptop dan untuk podcast, kayaknya jangan sering-sering edit juga deh. 

Kelebihan HP EliteBook 1040 G10 untuk Menunjang Pekerjaan dan Ngepodcast!

Review Laptop HP EliteBook 1040 G10 14
Pas saya ketemu sama artikel yang bilang kalo HP EliteBook 1040 G10 ini adalah komputer lipat yang zaman now banget, saya langsung kepoin. Laptop ini termasuk dalam laptop komersil HP yang bisa banget diandalkan untuk berbagai aktivitas buat bekerja seperti desain, menulis, editing video apalagi edit podcast. Pokoknya semua pekerjaan tukang ngonten bisa dengan aman dikerjakan di laptop satu ini. Emang apa saja sih kelebihannya? 

Prosesor yang Tinggi

Didesain dengan processor canggih Intel® Core™ i7-1355U (up to 5.0 GHz with Intel® Turbo Boost Technology, 12 MB L3 cache, 10 cores, 12 threads) bikin pekerjaan sehari-hari kreatif bisa jadi lebih cepat, hasil gambar, video, dan suara yang dihasilkan juga jadi lebih detail, tajam, dan hasil karya dengan file yang besar juga tidak bikin laptop lemot saat diakses. 

Laptop Ini Dilengkapi Kamera 5MP dengan HP Auto Frame

Wah ini sih gede banget resolusinya. Ditambah kemampuan perekaman 1080P @30 FPS dan Auto Frame yang bisa memposisikan wajah kita di tengah layar meskipun posisi kita lagi bergerak ke kanan dan ke kiri.

Ada juga fitur Lighting Correction yang bisa memperbaiki pencahayaan kalau dirasa terlihat gelap atau pencahayaannya kurang. Nah, kan pas banget nih sama kegiatan saya yang sering pake webcam. Nggak bakal ada lagi deh 'ditegur klien' karena muka saya burem dan gak jelas. 

Audio yang Powerful 

Kualitas suara yang dihasilkan juga penting buat saya. Soalnya kalau ngedit podcast saya biasanya selalu mendengarkan berulang-ulang untuk memastikan audionya jelas. Begitu juga dengan meeting, atau sekadar mendengarkan musik emang paling asik kalo kualitas audio yang dikeluarkan dari laptop itu jernih. 

Untungnya HP EliteBook 1040 G10 sangat support karena kualitas suaranya sudah dirancang dengan Audio by Bang & Olufsen dual strereo speakers dan dual microphones enhanced by AI noice reduction. Jadinya suara yang dihasilkan juga jernih dan minim noise. 

Desain Laptop 

Kagum saya sama kecanggihan teknologi yang bisa bikin laptop setipis mungkin jadi gampang dibawa kemana-mana. HP EliteBook 1040 G10 14  cuma 14 inci dengan bobot 1.18 kg. Tapi meskipun ringan tetap kuat dan tahan dari benturan karena terbuat dari magnesium daur ulang berkualitas. 

Pembuatnya juga sangat memikirkan kenyamanan tangan pengguna karena tepi depannya dibuat melengkung, sehingga pergelangan tangan kita jadi nggak gampang lecet terhadap logam. 

Software Dilindungi dengan HP Wolf Pro Security

HP Wolf Pro Security


Sekarang virus atau malware bisa datang dari mana saja dan berbagai cara, buat saya yang nggak terlalu paham sama dunia per gadget-an pasti bakal pusing tujuh keliling kalo sampai laptop kena virus dan membahayakan semua data di laptop saya. 

Kayaknya yang bikin HP EliteBook 1040 G10 14 tuh paham banyak masyarakat yang kaya saya, jadilah dibuat laptop yang udah dilengkapi dengan berbagai proteksi software yang diberi nama HP Wolf Pro Security. 

Dengan fitur ini HP EliteBook 1040 G10 14 sudah dilengkapi dengan Antivirus Generasi Baru
AI deep learning yang membantu mendeteksi ancaman baru yang muncul dan mampu menghentikan malware yang dikenal.

Bukan hanya itu, laptop ini juga mampu mencegah pencurian kredensial dengan mampu memblokir serangan phishing di mana biasanya meminta pengguna untuk meng-input  memasukkan kata sandi mereka.

HP EliteBook 1040 G10 Memiliki 16 GB memory; 512 GB SSD storage

Dengan RAM 16GB kita sudah bisa melakukan berbagai aktivitas dalam satu waktu seperti memutar musik atau video, menjalankan beberapa program kantor,  dan melakukan aktivitas multitasking lainnya tanpa ada kendala. 

Laptop ini sudah menggunakan Solid-State Drive (SSD) yang membuat laptop bisa bekerja lebih cepat dan tidak mudah panas. Saat transfer data besar pun SSD membuat prosesnya berjalan lancar dan cepat selesai. 

Sebagai freelancer + content creator, pastinya perlu juga dong laptop yang kapasitasnya besar. HP EliteBook 1040 G10 14 sendiri sudah dilengkapi dengan SSD 512 GB. Artinya dengan jumlah sebanyak itu gak perlu takut laptop bakal kepenuhan dan lemot kalau kita menyimpan banyak data di laptop. 

Kesimpulan

Kalau dilihat dari apa saja yang ada di dalam laptop komersial HP ini sih udah cukup banget buat menunjang kerjaan sehari-hari saya sebagai freelance writer, bikin konten video, dan ngepodcast juga pake HP EliteBook 1040 G10 14. Semua yang saya perlukan untuk bekerja dan bikin konten sudah mencakup dalam 1 benda ini, mulai dari webcam, audio, layar, hingga keamanan. 

Laptop HP EliteBook 1040 G10 14 dibanderol dengan harga $1,749.00 atau senilai Rp27,859,821.00. Memang mahal, tapi sangat sebanding dengan segala fitur yang tersedia. Gimana menarik kan?




  • 0 Comments
Newer Posts Older Posts Home
BloggerHub Indonesia

About me

Eka-Rahmawati


Eka Rahmawati

"Behind Every Successful Woman, It's Her Self — Unknown


Follow Us

  • instagram
  • Twitter
  • facebook
  • Linkedin
  • YouTube
  • Kompasiana

Banner spot

Blogger Perempuan

recent posts

Labels

Belajar Bareng Buku & Film Cooking digital agency Healthy Kecantikan Kelas Penyiar Indonesia Lomba blog Makan Melancong Produk Lokal Review

Popular Posts

  • Kenalan dengan InShot, Aplikasi Edit Video untuk Pemula yang Mudah Digunakan
  • Senangnya Jadi Narablog di Era Digital
  • 7 Langkah Perawatan Wajah yang Wajib Dilakukan Perempuan

My Portfolio

  • SEO Content Writing 1
  • SEO Content Writing 2

Blog Archive

Eka Rahmawati. Powered by Blogger.

Pageviews

instagram

Created By ThemeXpose | Distributed By Blogger

Back to top