“Kamu ngapain Ka ngumpulin sampah plastik sama kertas dari minggu lalu? Mama lihat di kamarmu banyak kardus.” Tanya Mama.
“Oh Eka lagi ngumpulin sampah buat dikirim ke Waste4Change
biar sampahnya nggak masuk ke TPA dan dikelola lagi jadi benda bermanfaat.”
“Ngapain repot-repot gitu? Kan ada petugas sampah yang
dibayar tiap bulan buat ngangkutin sampah tiap hari.”
“Iya Mah, tapi sama mereka nggak dipilah lagi. Jadi sampah
bakal berakhir di TPA. Padahal TPA udah hampir nggak muat nampung sampah.
Sampah juga jadi salah satu sumber banjir.”
Itu sedikit percakapan aku sama Mama soal sampah. Mama dan
anggota keluargaku belum aware dengan memilah dan
upaya mengendalikan sampah.
Sementara aku, sejak September 2020 hingga sekarang, setiap
bulan mengirimkan sampah ke Waste4Change. Waste4Change merupakan penyedia layanan pengelolaan
sampah dengan banyak program salah satunya Waste Management Indonesia. Jadi aku kumpulkan
dulu sampah produk selama satu bulan. Sisa konsumsi yang aku kirim
berupa kemasan skincare, plastik sekali pakai, dan kertas.
Kenapa aku melakukan ini? Setelah tahu soal zero waste, aku setuju dengan ungkapan sampahku tanggung jawabku. Ungkapan ini berarti kesediaan memberikan waktu, tenaga, dan biaya agar sampah dikelola dan didaur ulang dengan baik demi menghindari lingkungan tercemar. Kita yang memutuskan untuk membeli produk tersebut dan membuangnya. Jadi ungkapan tersebut tepat. Alasan lain karena pengalaman banjir Januari 2020.
1 Januari 2020 JABODETABEK dilanda banjir. Banjir di daerah
rumahku yaitu Kreo, Tangerang mencapai lutut orang dewasa. Dampaknya perabotan rumah dari kayu jadi
rusak dan harus dibuang. Mama harus merogoh tabungan masa tuanya
sebesar Rp20 juta untuk membuat lemari dapur baru.
Lemari di rumahku yang dibuat baru berasal dari aluminium, kaca, keramik agar lebih kokoh & tidak mudah rusak kena banjir. |
Data dari CNNIndonesia banjir di beberapa wilayah JABODETABEK tersebut menelan korban tewas 67 orang. Lalu Portal
Statistik Sektoral Provinsi DKI Jakarta menyatakan terdapat 36.445 orang yang
mengungsi.
Salah satu penyebab banjir pada Januari 2020 selain curah
hujan tinggi, sampah yang menyumbat sungai dan saluran air juga jadi biang kerok. Dari kejadian ini aku tersadar untuk berhati-hati dengan sampah.
Aku sudah sejak dulu menerapkan membuang sampah
pada tempatnya. Kalau tempat sampah sulit dijangkau, sampah aku simpan
di tas atau saku celana. Ketika sudah menemukan tempat sampah baru dibuang.
Namun, aku tersadar membuang sampah di tempatnya tidak lagi cukup. Pasalnya saat
sampah diambil oleh petugas kebersihan, justru akan dicampur dan sampah
jadi sulit diolah.
Mengapa Sampah Sebabkan Banjir?
Selain bisa menyumbat aliran sungai, sampah juga bisa
menyumbat saluran air yang ada di daerah sekitar rumah lho. Hasilnya air jadi meluap
dan pemukiman mengalami banjir.
Bahkan bukan hanya banjir, sampah berisiko menyebabkan longsor sampah. Contohnya yang terjadi pada 2005 di TPA Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat. Musibah ini disebabkan timbunan sampah sepanjang 200 meter dan tinggi 60 meter yang ambruk akibat hujan deras.
Dampak bencana ini terdapat korban jiwa 137 orang, 86 rumah, 8,5 hektar kebun dan lahan milik warga tertimpa oleh sampah longsor. Sampah longsor ini bukan hanya berisiko terjadi pada TPA legal seperti Leuwigajah saja. Tapi juga berisiko pada TPA ilegal di lingkungan warga.
Sampah di Indonesia
Dari artikel Kompas.com dinyatakan berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada Februari 2019, Indonesia menghasilkan 64 juta ton sampah/tahun.
60% sampah dibawa dan ditimbun ke TPA, 10%
sampah didaur ulang, sementara 30% lainnya tidak dikelola dan membuat
lingkungan jadi tercemar. Untuk sampah plastik, sudah mencemari danau,
sungai, maupun laut. Indonesia menghasilkan sampah plastik 6,8 juta ton/tahun.
Berdasarkan jumlah tersebut, sekitar 620.000 ton sampah plastik mencemari
danau, sungai, dan laut.
Sejak tahun 2016 pemerintah sudah
memberlakukan aturan kantong plastik berbayar di beberapa kota di
Indonesia seperti Banjarmasin, Balikpapan, Bekasi, Bogor, Denpasar, dan
Semarang. Jakarta juga sudah melarang kantong plastik tersedia di
pusat perbelanjaan. Namun menurutku itu belum cukup.
Mengirim Sampah ke Waste4Change
Setiap bulan aku mengirimkan sampah ke Waste4Change melalui
program Send Your Waste. Kebiasaan memilah sampah ini bagus untuk
evaluasi, sampah apa yang paling banyak dihasilkan sehari-hari. Kalau aku, tisu
dan kapas untuk skincare jadi sampah terbanyak. Sekarang aku sudah nggak pernah pakai dua
produk ini dan menggantinya dengan cotton pad yang bisa
dicuci dan saputangan.
Program Waste4Change
Waste4Change sendiri memiliki beberapa layanan untuk individu, yaitu:
Personal Waste
Management
Personal Waste Management merupakan layanan pengangkutan sampah anorganik langsung dari rumah pelanggan Waste4Change. Sampah dijemput ke rumah oleh petugas Waste4Change, kemudian diangkut terpilah dan didaur ulang.
Recycle With Us
Layanan pengelolaan sampah Recycle With Us merupakan jasa untuk melakukan daur ulang sampah anorganik demi mencegah berakhir di TPA atau laut lewat salah satu programnya yaitu Send Your Waste. SYW merupakan program pengiriman kemasan ke Waste4Change Bekasi atau Waste4change SDA Sidoarjo serta mitra daur ulang Waste4Change. Sampah yang diterima berupa metal, kertas, sachet, plastik, kaca.
Menerapkan 3AH (Cegah, Pilah, & Olah)
Selain mengirim sampah anorganik ke Waste4Change, aku menerapkan 3AH (Cegah, Pilah, Olah) yang dikenalkan penulis #belajarzerowaste Menuju Rumah Minim Sampah yaitu DK Wardhani. Menurutku
penerapannya hampir sama dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Cegah
Untuk prinsip cegah hal yang aku lakukan dengan membawa berbagai peralatan sendiri seperti foto pertama di bawah. Saat beli makan di luar juga membawa wadah sendiri.
Barang bawaan saat sedang berpergian. |
Membawa wadah sendiri saat beli makanan |
Pilah
Aku mengartikannya
selain memilah sampah yang bisa didaur ulang dan dikirim ke bank sampah
atau Waste4Change, tapi juga memilah produk yang bisa dipakai lagi. Contohnya keluargaku suka dapat besek dari pengajian atau bingkisan. Wadah beseknya dipakai lagi
untuk menyimpan bumbu atau tepung.
Tempat besek yang digunakan lagi untuk menyimpan tepung. |
Olah
Ada 3 cara yang aku lakukan untuk menghindari sampah makanan di rumah. Pertama menghabiskan makanan yang dikonsumsi, makanan sisa diberi ke hewan peliharaan, atau jika ada makanan banyak diberi tetangga. Saat makan di luar juga aku berusaha untuk menghabiskan makanan yang dipesan. Kalau masih kurang baru pesan lagi.
Perhatikan Jenis Plastik Kemasan
Hidup zero waste bukan berarti tidak menghasilkan sampah, tapi mengurangi jumlahnya. Kita boleh membeli produk di pasaran sesuai kebutuhan. Namun saat membeli, perlu perhatikan jenis kemasannya.
Dengan tahu apa saja jenis plastik, kita jadi lebih cermat memilah mana produk yang sebaiknya dibeli dan tidak perlu.
Begitu cerita perjalananku menerapkan gaya hidup zero waste sebagai langkah pertanggungjawaban terhadap sampah. Bagaimana dengan kamu? Yuk sharing!
"Tulisan ini
diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog Waste4Change Sebarkan Semangat Bijak
Kelola Sampah 2021
Nama penulis: [Eka
Rahmawati]"
Referensi bacaan:
https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/hari-peduli-sampah-nasional-dan-kebijakan-pengelolaan-sampah-di-indonesia
https://www.kompas.com/sains/read/2020/12/18/070200023/indonesia-hasilkan-64-juta-ton-sampah-bisakah-kapasitas-pengelolaan?page=all
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200106184418-12-462894/korban-tewas-banjir-jabodetabek-tembus-67-orang
https://statistik.jakarta.go.id/rekapitulasi-data-banjir-dki-jakarta-dan-penanggulangannya-tahun-2020/