Eka Rahmawati

  • Beranda
  • Profil
  • Makan
  • Sehat
  • Cantik
  • Jalan
  • Buku&Film
  • Belajar


Kalo kita denger kata sustainable home, apa sih yang ada di benak lo? apakah rumah dengan atap panel surya, bangunan dari bahan yang sustainable, penuh dengan tanaman hjiau dan organik? Ya gak salah sih. Ada benarnya juga, cuma kalo patokannya itu, kayaknya bakal susah ya dimiliki sama semua orang. 

Gue sendiri termasuk orang yang sempet berpikir seperti itu. Tapi, pemahaman tersebut berubah setelah datang ke acara LWL Talk (Lyfe with Less) Talk yang diadakan di acara Bersaling-Silang hari Sabtu tanggal 1 Juni 2024.  

Di acara tersebut ada 3 Narasumber yang didatangkan yaitu Mbak Denia Isetianti founder dari Cleanomic dan pasangan Novia Arifin (@CeritaNupi) dan Yobel. Ketiganya memang concern terhadap gaya hidup ramah lingkungan. 

Yang menarik dari tema ini adalah pembahasannya lebih banyak ngomongin tentang gimana caranya menciptakan sustainable home dan bisa hidup selaras dengan alam, tapi dengan versi yang kita bisa dan berbeda-beda.

Yobel sendiri bilang jika realitanya nggak semua orang punya akses, privillage rumah yang hijau dan lahan besar. Itulah sebabnya bayangan sempurna tentang sustainable home jangan dijadikan patokan. 

Justru idenya membuat satu model yang works buat sebanyak mungkin rumah dan gak masalah kalo caranya beda-beda yang penting tujuannya sama yaitu bagaimana kita bisa menghilangkan ketergantungan dari sumber eksternal seperti makanan dan energi. 

Buat sebagian orang mau ngompos aja mikir, mau beli solar panel aja duitnya dari mana. Tapi ini harus ada model sehingga orang punya kepercayaan this is global. Tapi masalahnya orang-orang kalo lihat rumah yang terlalu perfect tuh jadi takut. 

Ceritanya bagaimana orang-orang punya visi bersama melihat model rumah-rumah yang tidak sempurna sehingga ada semangat bersama sebagai masyarakat. Karena daripada punya rumah 1 yang perfect, buat mencapai perubahan. Lebih baik punya 10 juta rumah imperfect tapi sebagian ngompos, sebagian daur ulang, dll. 


Sustainable Home ala Nupi dan Yobel

Ada beberapa hal yang biasa mereka lakukan yaitu:

1. Kalo bisa biasakan untuk membeli segala keperluan rumah tangga dengan cara refill atau isi ulang, sehingga bisa mencegah sampah kemasannya!

2. Kebiasaan membawa wadah untuk berbelanja makanan, sayur &  buah, bahkan minuman.

3. Tahu mana skala prioritas dan saat perlu membeli produk online diskusi serta memikirkan banyak hal seperti apakah harus beli baru? Kalo beli preloved ada gak? Kualitasnya dll. lumayan banyak dan discuss. 

4. Mengutamakan beli sesuatu seperti elektronik atau furniture itu cari yang secondhand atau prelovednya di Carousel. Jadi, sebelum kita langsung beli baru, tapi kita cari yang udah ada dulu yang udah diproduksi tapi nggak dipake sama orang yang sebelumnya atau nilainya udah berubah. 


Baca juga: Lyfe with Less Meet Up: Sustainable and Minimalist, Why Not?


Sustainable Generation

Topik ini juga menarik, khususnya buat gue yang belum punya anak. Pengen juga belajar parenting-nya seperti apa untuk mengenalkan nilai ramah lingkungan ke anak-anak. 

Dari Mbak Denia yang sudah punya anak 2 yang paling utama adalah lead by example dan learning by doing  dengan memulai dari yang paling kita bisa. Mbak Denia pengen anak-anaknya juga paham dan terbiasa dengan aktivitas-aktivitas ramah lingkungan seperti mengompos dan pilah sampah serta menjadikan hal tersebut normal. 

 Mbak Denia dan keluarganya memang memiliki rumah yang sangat minimalist and sustainable. Kita bisa lihat dari postingan di Instagram @minisponsiblehouse di mana Mbak Denia dan suaminya membuat rumah yang unik tapi tetap ramah lingkungan. 

Beberapa di antaranya seperti memasang panel surya, ada sistem grey water (air bekas  cucian piring digunakan lagi untuk flush toilet), edible garden landscape, recycled wood floor, dan rain water harvest. 

Itu semua kan belum bisa diterapin dibanyak keluarga di Indonesia, tapi tenang aja nggak harus punya rumah kayak Mbak Denia. Karena nggak semua orang punya privillage kayak mbak Denia. 

Semua orang punya kapasitas yang berbeda. Sama kayak solar panel ditanya mahal gak sih? jelas mahal. Tapi solar panel kalo dihitung secara matematika itu pasti akan lebih murah daripada PLN. 

Dulu saat Mbak Denia membeli solar panel diharga Rp75 juta. Tapi kalo secara hitung-hitungannya, tetep dalam jangka waktu 7 tahun akan balik modal dan selebihnya gratis atau tidak perlu membayar listrik lagi. 

Makanya kalo bisa jalan-jalan ke luar negeri seperti Eropa atau Jepang, atau bahkan beli tas branded seperti Channel kamu sebenarnya bisa beli solar panel, cuma tergantung dari prioritasnya aja. 

Gimana Sih Komunikasi dengan Pasangan untuk Membuild Sustainable Home Supaya Nanti Anaknya Bisa Lebih Sustainable?

Nupi dan Yobel sering sekali ngobrolin tentang fenomena yang ada dan nilai di baliknya. Karena kalau berkutat pada response, kita bisa gelut. Contoh Nupi pernah bikin #hiduptanpagengsi karena menurutnya gengsi menjadi satu hal yang sangat memicu kita untuk menyampah. 

Kadang keputusan konsumsi kita bukan karena kebutuhan, tapi lebih ke budaya yang mengharuskan beli di hari perayaan tertentu, terus lihat tetangga yang udah punya banyak a, b, c, tapi kita belum dan biasanya 80% keputusan kita dipicunya bukan kebutuhan kita tapi keinginan atau orang lain. Itu contoh yang sering didiskusikan. 

Enaknya kalo punya pasangan yang satu visi tentang hidup yang ramah lingkungan, jadi lebih mudah. Karena ketika punya mindset yang sama, proses setelahnya kayak mau beli ini beli itu udah nggak jadi masalah lagi. Jadi harus banyak ngobrol, harus punya prinsip dan mindset yang sama dan cari titik tengahnya.

Tapi, permasalahannya, kita hidup di masyarakat yang tidak terbiasa memahami nilai. Jadi sebaiknya yang diobrolin tuh nilai. Buat Nupi dan Yobel yang penting adalah rumah yang minim dari input eksternal. Tindakannya bisa berbeda, tapi selama nilainya sama bisa membangun gerakan yang baik dari unit terkecil yaitu rumah. 

Kalo dari Mbak Denia sendiri merasa beruntung karena memiliki pasangan yang berasal dari lulusan teknik lingkungan dan pekerjaannya di bidang persampahan +  sanitasi. Jadi, suami Mbak Denia sudah lebih advanced di dunia lingkungan, justru Mbak Denia yang belajar belakangan. 

Salah satu alasan kenapa Mbak Denia akhirnya merenovasi rumah karena suaminya bekerja menangani air. Gue baru tahu kalo sebenarnya secara aturan grey water atau air bekas cucian piring itu nggak boleh dibuang ke badan jalan, nggak boleh dibuang ke selokan. Itu secara peraturan nggak boleh. 

Mbak Denia juga menyampaikan tiap rumah seharusnya punya sumber resapan sendiri yang sesuai standart SNI. Makanya Mbak Denia ingin memiliki rumah dengan standart yang baik. Jadi, jangan sampe punya rapi dan bagus dari luar, tapi di dalamnya nggak sesuai sama standart. 

Jadi tips dari Mbak Denia adalah mungkin saat mencari pasangan, pilihlah yang sudah memiliki pemahaman tentang lingkungan, atau yang bisa diajak diskusi dan edukasi. 


Baca juga: Lyfe with Less Meet Up: Mindful Consumption & Belajar Jadi Minimalis

Seberapa Penting dan Kapan Kita Bisa Mengenalkan Keberlanjutan ke Anak-anak?

Sekarang sudah banyak sekolah yang memberikan pendidikan terkait lingkungan dari sekolah dasar. Meskipun begitu, menarik apa yang disampaikan Mbak Denia di sisi lain bisa kita lanjutkan juga di rumah, misalnya nonton dokumenter, diajak bantuin ngompos dan milah sampah. Di mana aktivitas-aktivitas itu sudah menjadi keseharian Mbak Denia dan keluarga. 

Mbak Denia juga sering mengajak anak-anaknya ngobrol tentang kondisi bumi, seperti cuaca yang sekarang sangat panas, bahkan mengajak diskusi tentang pandangan nilai islam terhadap lingkungan. 


Budget untuk Mewujudkan Sustainable Home dan Apa yang Bisa Kita Provide Duluan Meskipun Belum Bisa Provide Rumah

Kita hidup di masyarakat yang sangat timpang. Jadi, daripada fokus ke budget di mana sangat personal, Yobel mengajak untuk melihat aset-aset non finansial yang bisa digali untuk menciptakan rumah yang berkelanjutan. Aset yang dimaksud adalah aset sosial dan aset alam yang harus dihidupkan kembali untuk mewujudkan rumah yang berkelanjutan. 

Karena berbicara soal berkelanjutan bukan cuma alam, tapi juga bagaimana alam dan sosial berhubungan. Salah satu contoh sosial adalah saat Yobel dan Nupi mau ke Jakarta untuk event Bersaling Silang Ini, misalnya mereka langganan 1 produk sayuran dan buah sehingga beli langsung ke petani agar memotong rantai distribusi. 

Petani tersebut mengirim lebih dan makanan lebih itu diberikan ke tetangga. Jadi sayur organik itu dihibahkan ke tetangga, sehingga ikut membantu mengurangi food waste, mereka juga teredukasi dari sisi lingkungan dan mendapat makanan sehat. Petani lokal juga terberdayakan. Aset sosial ini yang kita bisa gali kalo terbatas keuangan. 

Aset alam kalo dibandingkan antara teman-teman di papua dan di kota, yang di papua cenderung lebih efisien dalam mengakses makanan. Mereka hidup day to day, kalo kita week to week. 

Mereka dapat makanan 1 jam, berkualitas, baik, sehat dan secara kesehatan lebih baik. Sementara kita harus kerja dulu 1 bulan untuk digaji, lalu beli makanan di  supermarket, marketnya dari tengkulak, tengkulaknya ngambil dari pasar, sehingga panjang sekali, sangat tidak efisien. 

Jadi, sekarang Yobel dan Nupi membangun aset alam di depan kebun rumah mereka di Bandung dengan memperbaiki kualitas tanah, agar mereka bisa mengambil makanan dari sumbernya langsung.


Kalo Berkendara Gimana?

Mbak Denia sendiri hanya punya 1 mobil dan biasanya digunakan fokus untuk kegiatan anak-anak. Kalo untuk pekerjaan ke kantor menggunakan kendaraan umum. Sedangkan kalo Nupi dan Yobel karena rumah mereka di Bandung dan posisinya rumahnya di atas, akses transportasi umum tidak semudah di Jakarta. 

Tapi menurut mereka, saat ini belum ada kepentingan untuk membeli kendaraan tambahan, dan mereka baru mengandalkan 1 motor, selebihnya menggunakan transportasi umum. 

Yobel menambahkan mobil listrik itu tidak accessceble untuk semua orang, mau disubsidi pun nggak affordable dan dilema juga, karena tidak ada jaminan bahwa ini adalah solusi yang tepat. 

Jadi yang perlu ditanamkan adalah kita semua berangkat dari titik yang berbeda. Jika belum bisa beli mobil listrik maupun bahan bakar yang ramah lingkungan itu gak apa-apa. Karena beban ini bukan dikita. Beban ini ada di sistem, salah satunya tata kota. Jadi ini tuh keputusan politik.

Ada beberapa hal yang memang kita terbatas sekali ruang geraknya. Tapi ada hal-hal yang kita bangun untuk mengurangi dampak lingkungan dari pemilahan kendaraan. Salah satunya membangun akses sosial. 

Misalnya keluar untuk nganter anak sekolah, kalo membangun akses sosial, bisa saja membangun model belajar di rumah atau metode yang hemat emisi. karena gak perlu jauh-jauh. Atau akses makanan kita bisa barter atau ngambil dari kebun sendiri. Aktivitas-aktivitas tersebut mengurangi kebutuhan transport. Jadi ada berbagi strategi non pembelian yang bisa kita lakukan. Dan yang paling penting, jangan membebani diri sendiri kalo kita gak mampu. 

Prinsipnya lakukan apa yang bisa dilakukan sekarang yang lebih terjangkau, accessable, jangan tunggu nanti, modal, dan lain-lain. 

Apa Challenge dalam Menciptakan Sustainable Home!

Dari sisi Mbak Denia, tantangannya sebenarnya adalah menjaga konsistensi itu sulit. Namun, sarannya lakukan saja dari apa yang paling bisa dilakukan, sesimple edukasi diri. Karena kita selalu bilang pilah konten sama pentingnya dengan pilah sampah. Karena kalo kita gak tahu kita gak peduli kalo kita gak peduli, kita gak berubah. 

Gak perlu membandingkan diri dan berkompetisi dengan orang lain. Mbak Denia sendiri sudah menikah 10 tahun, sehingga proses pembelajaran dan proses punya rumah yang sustainable itu panjang. Kapasitas orang juga berbeda-beda. 

Kita bisa terus eksplore. Karena kalo udah sampe satu titik, terus jaga konsisten itu jangan sampe mundur. Terus improve dan belajar. Ketika sampe di titik itu either berhenti dan stay di situ dulu. Make sure kita ajeg, tapi jangan sampe mundur. Dan kalo udah, kita maju lagi. Terus itu yang dilakukan, intinya jangan sampe mundur ke belakang aja. 

Berbeda lagi dengan Nupi, tantangannya ada pada saat dia masih tinggal dengan orang tuanya yang tidak paham dengan ramah lingkungan. Namun, wanita yang juga berprofesi sebagai musisi ini memberikan kiat berupa cara mengomunikasikan secara perlahan. 

Kita bisa coba sambungkan dengan uang atau ekonomi karena biasanya lebih mudah menyampaikan pesannya ke orang tua. Misalnya, pilah sampah itu bisa jadi uang lho. 

QnA

Bagaimana cara membangun mindset terhadap sampah ke anak-anak seperti apa?

Bisa ceritakan jika sampah yang kita hasilkan jika tidak dikelola dengan baik, meskipun sudah dibuang ke tempat sampah tidak akan hilang begitu saja, tapi hanya pindah tempat dan bisa menyelakai orang lain. 

Contohnya Mbak Denia sharing tentang temannya yang mengalami jatuh tangga kepeleset duduk itu karena ada orang yang buang gelas plastik masih pakai air. Gara-gara jatuh, itu temannya itu mengalami sakit sampe 10 tahun karena ada tulangnya bergeser. 

Kemudian bisa ceritakan faktanya dulu. Misalnya  jika ada kesempatan untuk mengajak anak-anak ke fasilitas TPA, bisa dilakukan untuk memberikan gambaran seberapa banyak sampah yang terbengkalai di TPA. Atau bisa aja ke tempat pengelolaan sampah. 

Kepikiran sama TPA organisme, bakteri sama jamur, menghasilkan enzim yang bisa mengurangi sampah plastik. Kalo sampah rumah kan bisa kita kompos. Kalo anorganik bisa masukkin ke bank sampah, tapi gimana dengan plastik yang gak bisa diapa-apain, bahkan gak diambil pemulung, bisa gak sih diolah sama bakteri itu? dan bakteri-bakteri itu bisa gak sih diperbanyak sampai skala komersial. 


TPA ini isu semua negara dan kehawatiran pemerintaah terhadap TPA juga tidak tepat sasaran. Sebagian besar yang bikin TPA meledak, longsor, penuh itu bukan sampah plastik, tapi organik. Namun, banyak yang menarasikan jika plastiklah yang menjadi biang kerok, karena duitnya di situ. 

Makanya sebagai masyarakat, kita bantulah pemerintah untuk menangani sampah organik ini dengan mengompos. Karena yang plastik ini begitu kepilah diserap dengan sangat cepat walaupun dari semua jenis plastik dan material anorganik gak semua bisa didaur ulang. Mentok banget 50%. 

Tapi kalo kita mau nyelesain masalah, tanganilah sampah organik dari makanan dan dapur, karena organik jadi masalah yang paling besar. 

Dan biar plastik gak makin banyak di TPA, kita harus preventif depannya dulu yaitu dengan mencegah sampah plastik ini masuk ke TPA biar gak ke campur. Ini adalah langkah awal agar kita tidak menjadi orang-orang penyumbang sampah di TPA lagi. Kalo mager pilah sampah, harus cegah sampahnya dari awal. 

Gimana caranya agar para suami bawa zero waste swap saat nggak sama istrinya?

Dari Nupi memberikan tips agar sebaiknya para istru memberi tahu dulu alasan dasarnya, mindset, dampaknya kenapa perlu bawa peralatan-peralatan zero waste ini. Mungkin itu bisa jadi senjata kalo udah punya anak, di mana ngelakuin ini biar generasi yang akan datang bisa jadi lebih baik. Dan akan lebih personal lagi kalo diceritakan dari pengalaman orang terdekat. Karena cerita personal ini yang lebih nyangkut daripada fakta-fakta scientific. 

Kalo Mbak Denia, lebih ke siapin aja semua peralatan zero waste swapnya di tasnya misalnya bawain bekal dengan wadah reusable, tumbler.

Sedangkan untuk sampah di luar, misalnya jajan kopi, mending pendekatannya ke arah yang membahas ekonominya seperti beli kopi di luar mahal ya, bisa sampe Rp50.000. Bisa juga bawain kopinya untuk diseduh di kantor. Cari angle yang berbeda untuk menyampaikan messagenya, daripada sampaikan masalah sampahnya. Sering-sering ngajak dine in daripada takeaway. 

LWLTalk kali ini banyak banget insight yang gue dapat. Makanya sampe bela-belain nulis di blog biar kalo butuh informasinya bisa baca-baca lagi. Semoga yang baca postingan ini juga bisa dapat manfaatnya ya!
  • 0 Comments


Jumat 17 Mei 2024 lalu saya mengikuti webinar dari salah satu NGO yang bergerak di lingkungan yaitu WRI Indonesia. 

Tema yang diangkat cukup menarik. Berkaitan dengan ajakan kepada setiap orang agar jangan sampai hanya melakukan aksi-aksi baik saat momen-momen hari lingkungan saja seperti hari bumi yang selalu diperingati setip tanggal 22 April.

Saya rasa ini penting ya, karena harapannya melakukan kegiatan ramah lingkungan bisa menjadi perilaku sehari-hari. 

Dalam webinar kali ini ada pemaparan dari Mbak Britania Sari tentang memulai gaya hidup minim sampah. Beliau adalah guru bahasa perancis,  pegiat zero waste dan pangan sehat serta pendiri dari ketumbar workshop yang menawarkan perancangan rumah kultur permanen agrikultur dan tata letak kebun. Mbak Sari telah menjalankan beberapa program di tempat tinggalnya, salah satunya adalah pangan sehat keluarga sejahtera.

Lalu juga ada narasumber kedua yaitu Mas Windu. Beliau adalah pegiat transportasi dan keselamatan lalu lintas. Mas Windu juga memiliki pengalaman tahunan bekerja sama dengan pemerintah maupun non pemerintah di bidang pengembangan komunitas dan koordinasi proyek yang berfokus pada aspek berkelanjutan dan keselamatan perkotaan. Aktif juga berkegiatan sosial dan kampanye keselamatan termasuk sebagai pendiri dan penasehat corcom Bandung Raya yaitu sebuah forum komunitas pesepeda sebandung raya. 

Ada yang perlu kita pahami jika, saat ini kondisi bumi tidak baik-baik saja yang berdampak bagi peradaban manusia. Sama seperti kebanyakan orang, Mbak Sari sempat berpikir ada pihak-pihak lain yang akan mengurusi sampah. Jadi, kenapa saya harus repot-repot ngurusin sampah?

Yang perlu diingat, sampah berasal dari kita ya, dari rumah tangga, dari kantor, dari sekolah. 

Mengapa Harus Mengurangi Sampah?

Ada yang harus kita lakukan pada bumi ini. Mbak Sari tidak setuju kurang setuju dengan kalimat kita harus menjaga bumi. Tapi, sebaiknya kita harus melakukan sesuatu mengurangi sampah untuk menjaga peradaban manusia.

Bumi bisa hidup tanpa manusia, tapi manusia gak bisa hidup tanpa bumi. Ada whynya kenapa kita harus mengurangi sampah. Saya melakukan minim sampah karena saya ingin melakukan serah terima bumi dengan kondisi yang sama baiknya  kepada anak cucu saya kelak seperti kondisi sebelumnya. 

Jadi, ini adalah salah satu hal adil yang bisa kita berikan pada generasi sebelumnya memberikan bumi dalam kodisi yang baik?

Memang kondisi bumi tidak baik-baik saja?

Kondisi bumi tidak baik2 saja, terjadi pemasana global, suhu di lautan meningkat, hewan di lautan terancam. Prediski penilitu di tahun 2030 akan oebih banyak plastik dibanding ikan di lautan. Mikroplastik juga mengancam kesehatan manusia yang saat ini sudah ditemukan mikroplastik sudah ada di tubuh manusia. 

Tidak hanya sampah plastik saja, tapi ternyata sampah makanan juga penyumbang sampah terbesar. Tapi seringkali kita nggak sadar. 

Sampah makanan yang menumpuk dan tidak terkelola dengan baik bisa meledak dan menyebabkan kematian bagi orang lain. Contohnya TPA Leuwigajah yang mengalami kebakaran dan menyebabkan 150an orang meninggal dunia tahun 2005. Petugas kebersihan yang meninggal dunia karena luka akibat tertusuk tusuk sate. Jadi, sampah kita bisa melukai orang lain bahkan menyebabkan orang lain meninggal.

Inilah hal-hal yang perlu kita ketahui apa sih dampak-dampak dari sampah yang kita buang. 

Sampah-sampah yang kita buang dan tidak terkelola dengan baik bisa menimbulkan gas rumah kaca yang bisa mempercepat laju krisis iklim. 

Setiap orang tua pasti akan melakukan hal terbaik untuk anaknya, memberikan yang terbaik dari sisi pendidikan, makanan terbaik, dll. Tapi, pernah nggak sih kita membayangkan, 10 tahun lagi, 20 tahun lagi kondisi bumi seperti apa? Apakah anak kita bisa melakukan aktivitas yang sama seperti kita? 

Kayaknya Sampah Masalahnya Nggak Selesai-selesai



Padahal udah banyak NGO, pemerintah, aktivis lingkungan dan lainnya yang berusaha menangani dan membangun awareness terkait sampah. Tapi kenapa sampah nggak kelar2. 

Permasalahannya adalah sumbernya. Selama ini yang kita lakukan saat ada sampah di muka buni ini adalah berusaha membersihkan saja. Padahal permasalahannya adalah sampah masih banyak diproduksi oleh manusia. 

Ini berkaitan dengan hierarki pengelolaan sampah pola yang lama dan baru. Jadi kalau pola yang lama, manusia merasa tanggung jawab kita sudah selesai ketika kita membuang sampah ke tong sampah. Padahal faktanya itu belum selesai. 

Masalah baru dimulai ketika sampah dibuang, tapi ada daerah lain yang jarus menerima sampah kita. 

Kita harus menerapkan pola baru. Di pola baru ini kita jadi harus mendahulukan reduce atau mengurangi buangan sampah. Kemudian, guna ulang, didaur ulang, lalu pembuangan. Memang harusnya TPA itu hanya sebagai tempat pembuangan sampah residu aja. 

Jadi, kita harus mendahulukan reduce, reuse, recycle. 

Ketika ingin mengawali minim sampah artinya minim sampah itu mencegah timbulan sampah dengan berbagai alternatif. 

Jadi, yang perlu dilakukan adalah audit sampah. Kira-kira sampah rumah tangga saya itu apa saja sih? Oh ternyata sampah plastik, kertas, dan makanan. Nah, terus dicari tahu gimana sih cara menguranginya, mencegah sampah baru, memperpanjang usia barang, dan juga melakukan proses daur ulang. 

Tips untuk Menerapkan Minim Sampah

Pintu pertama reduksi dengan mencegah timbulan sampah dan memasimalkan fungsi barang-barang kebutuhan primer yang tidak mungkin kita tolak. 

Untuk reduksi sebenarnya bisa dimulai sederhana dengan mencari subsitusinya kira-kira barang apa sih yang bisa dipake ulang? 

Kalau yang namanya barang produksi pasti akan mengambil sumber daya. Contohnya tolak sedotan, bawa tumbler, dan bawa wadah jika ingin berkegiatan. 

Jumat berbagi di mana mbak Sari membagikan pangan-pangan sehat kepada warga sekitar

Mbak Sari ketika pandemi di program sosial dia selalu meminta masyarakat untuk membawa kantong plastik dari rumah, sehingga Mbak Sari tidak menyediakan. Ini adalah upaya untuk menggunakan ulang agar tidak membeli plastik baru atau produk baru seperti tas kertas atau tas kain. Jadi pesan yang ingin disampaikan adalah gunakan kantong plastik yang sudah ada. 

Daur ulang lebih ke daur ulang sampah-sampah dari rumah yang dikirimkan ke waste management. Yang kami tangani sendiri adalah mengompos. Mbak Sari cukup takjub sekali dengan siklus mengompos karena seperti melihat siklus alam bekerja. Karena alam tidak pernah menghasilkan sampah dari alam kembali ke alam. 


Untuk memulai zero waste, mulailah dari yang paling gampang yang bisa kita lakukan sekarang dan lakukan secara konsisten. Misalnya, bulan depan udah bisa bawa tumbler, bulan depan tolak sedotan, bulan depan bawa wadah sendiri dan lain-lain. Lakukan sampai itu menjadi prilaku dan membuat kita melakukan aksi baik bukan hanya disaat hari Bumi saja, tapi setiap hari. 

Langkah Nyata Warga Kota untuk Mengurangi Emisi

Dalam pemaparan kedua yang disampaikan oleh Mas Windu Mulyana ini, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengubah moda transportasi yang kurang ramah lingkungan menjadi ramah lingkungan.

Mas Windu bercerita sedikit bagaimana awalnya aktif menggunakan sepeda di tahun 2009. Di saat itu ia pindah bekerja di Yogya dan mulai aktif menggunakan sepeda tapi hanya untuk bekerja. Nah, di tahun 2014 saat pindah ke Bandung, Mas Windu baru mulai menjadikan sepeda sebagai moda transportasi sehari-hari serta aktif menggerakkan budaya bersepeda, karena di Bandung tidak ada budaya bersepeda sebelumnya. 

Gambaran Kota Bandung dari Tahun 2014-Sekarang





Kota Bandung punya luas 167km persegi dengan jumlah penduduk 2.5 juta jiwa dengan kepadatan penduduknya 14.932 per km/persegi dan kendaraan roda duanya ada 1.250.000 di tahun 2020. Sedangkan untuk mobil ada 500.000an. Ini baru kendaraan pribadi, belum termasuk angkutan umumnya. 

Pertumbuhan kendaraan bermotor di kota Bandung naik 11 persen pertahunnya, sedangkan panjang ruas jalannya hanya 1.172 km dengan pertumbuhan ruas jalannya gak nyampe 1% per tahunnya. Sehingga rata-rata kecepatan perjalanan dalam kota hanya 14.km/jam. Bandung sempat masuk ke urutan 14 kota termacet se Asia tahun 2019. 




Sedangkan tingkat kecelakaannya data dari Bandung Annual report 2022 ada 473 kecelakaan dengan 138 yang meninggal.

Masalah kesehatan dan lingkungan data dari Greenpeace ada 1400 yang meninggal tiap tahunnya karena prematur yang disebabkan polusi udara di tahun 2020. 

Kerugian secara ekonomi, di daerah Jakarta 35.1 Triliun yang dialami akibat polusi udara dan ada 4.91 Triliun kerugian ekonomi karena kemacetan di kota Bandung di tahun 2019. 

Transportasi sebagai salah satu penyumbang gas emisi terbesar. 

Dari aksi sehari-hari dengan menggunakan ragam transportasi memang sebagian besar akan menghasilkan emisi dan polusi, yang bedampak terhadap kualitas udara. 

Padahal tujuan dari sebuah kota di bangun ditujukan untuk manusia, bukan untuk kendaraan bermotor, di mana memang seharusnya manusialah yang menjadi fokus pembangunan kotanya. Tapi, kenyataannya di Bandung pembangunannya masih mendahulkuan kendaraan motor dengan membangun banyak fly over. 

Upaya yang Bisa Kita Lakukan untuk Mengurangi Jejak Karbon dari sisi Transportasi

Tidak perlu pusing dengan aksi yang bisa dilakukan karena dilakukan dengan cara yang paling mudah. 

  • Berjalan kaki untuk jarak lokasi kurang dari 2km dan bersepeda untuk jarak kurang dari 5-10km (kondisional dan situasional).
  • Utamakan menggunakan transportasi umum daripada kendaraan pribadi.
  • Mix commute untuk lokasi yang cukup jauh dan tersebar. 

Beberapa Cara Mengurangi Emisi Sektor Transportasi 

1. Gunakan kendaraan yang paling sedikit menimbulkan polusi dan mudah dijangkau 
2. Gunakan moda transportasi umum, bersepeda atau jalan kaki
3. Terapkan Eco Driving mode, yaitu mengemudi ramah lingkungan. Mengemudi dengan cara tidak terlalu sering mengerem atau menekan tuas/pedal gas dan secara berkala membersihkan penyaring udara, oil, dan menyetel ban.
4. Bila berpergian dengan menggunakan pesawat, gunakan yang rute langsung dibandingkan transit. Emisi karbon terbesar pesawat adalah pada saat lepas landas dan mendarat. 
5. Kecuali mendesak, sebaiknya tidak sering mengirimkan barang dengan kurir instan ketika belanja online. 
6. Bekerja dari jarak jauh (WFH/WFA) membantu untuk mengurangi mobilitas sehingga meminimkan jejak karbon. 

Mengapa Harus Bersepeda?

1. Pastikan kondisi badan cukup fit untuk bersepeda. 
2. Pantau kondisi kualitas udara serta pastikan kondisi cuaca sebelum bersepeda. 
3. Survey rute yang akan dilewati, usahakan melewati rute yang banyak pepohonan dan minim kendaraan bermotor. 
4. Bila memungkinkan, tentukan waktu saat akan bersepeda, hindari jam padat dalam lalu lintas. 
5. Saat bersepeda di jalanan, hindari semaksimal mungkin untuk berada di belakang rombongan kendaraan bermotor. 
6. Rutin konsumsi vitamin dan minuman air mineral saat akan bersepeda, sedang bersepeda, dan sesudahnya. 
7. Bila memungkinkan, tetap gunakan masker yang nyaman digunakan saat bersepeda dan ganti setiap maksimal setelah 6 jam pemakaian (N95/KN95)
8. Bersepeda dengan ritme yang santai dan tidak memaksakan melebihi kemampuan.
9. Kuatkan niat dan LAKUKAN!

Nah, itu dia beberapa isi dari materi WRI Indonesia yang saya rangkum. Benar-benar insightful dan menambah pemahaman, kenapa sih gaya hidup ramah lingkungan perlu dilakukan sekarang juga. Semoga buat kamu yang membaca sampai habis materi ini bisa ikut tergerak untuk berkontribusi untuk merawat bumi ya.
  • 0 Comments

Kamis lalu saya baru saja mengikuti kelas Personaity Development for Blogger Narrative for Success hasil kolaborasi antara Duta Bangsa dan komunitas ISB. 

Di sini kita banyak membahas terkait etika dan etiket saat berjejaring dengan orang baru maupun lama. Materi ini penting buat profesi seperti blogger yang sering berkenalan dengan orang yang belum dikenal sebelumnya atau bertemu dengan kenalan lama. 

Ternyata banyak yang salah saya pahami. Misalnya urusan berjabat tangan, melakukan kontak mata dengan lawan bicara, bagaimana cara basa basi yang smooth tanpa ada kesan awkward dan masih banyak lagi. 

Kelas kali ini dibawakan materinya oleh Bapak Rudi Hilman yaitu Direktur Program Development Duta Bangsa. 

Apa Itu Duta Bangsa?

Duta Bangsa adalah lembaga yang menyediakan pelatihan softskill maupun hardskill yang berdiri sejak 2001. Jadi sekarang sudah 23 tahun. Didirikan oleh Anita Ratnasari Tanjung yang merupakan istri dari Chairul Tanjung dan Mien Rachman Uno yang merupakan ibu dari Sandiaga Uno. 

Jadi, Duta Bangsa tergabung dalam CT Corporate.  

Bedanya Etika dan Etiket

Etika adalah lebih kepada aspek moral ngomongin masalah norma2 dan falsafah moral jadi ngomongin cara hidup benar atau salah,budaya, susila, dan agama yang sifatnya absolut dan universal. Ada orang atau nggak ada orang atau sendiri. Contohnya jujur, mau ada orang atau tidak yang mengetahui, jujur itu harus ditegakkan. 

Jadi, etika dalam bekerja atau berbisnis contohnya menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi, memberi apresiasi yang tulus, tidak menyalahkan kedudukan, dapat mengontrol diri, bertoleransi. 

Sedangkan kalao bisnis etiket lebih kepada cara pergaulan yang baik dan sifatnya relatif atau tidak absolut. Antar satu budaya dan lainnya berbeda, jadi bisa berbeda-beda dan berubah-rubah tergantung tempat dan waktu. Contohnya tersenyum, menyapa, membuat kontak mata, dan tidak memotong pembicaraan orang lain. 

Fungsi Etika dan Etiket

Memelihara suasana yang menyenangkan untuk meningkatkan citra pribadi dan kebahagiann diri. Nah, jika orang sudah nggak nyaman dengan kita, pasti mereka tidak mau berkomunikasi lebih lanjut. 

Menimbulkan rasa saling menghargai 

Meningkatkan efisiensi kerja 

Meningkatkan citra pribadi dan lembaga 

Protokol dalam Mengenalkan Diri maupun Orang Lain

Dalam memperkenalkan diri sendiri maupun orang lain ternyata tidak bisa sembarangan lho agar nggak merusak reputasi kita. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:

Tata cara berjabat tangan 

Perlu dicatat, semua orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda, jadi prilaku dan kebiasaan tiap orang juga bebeda-beda, termasuk urusan jabat tangan. Untuk orang yang percaya diri maupun yang mudah bergau seperti ekstrovert, biasanya cara menjabat tangannya lebih kencang, hangat, welcome atau penuh, bahkan sampai ada yang menggoyang-goyangkan. Sedangkan untuk introvert, biasanya inginnya singkat dan tidak terlalu kencang. 

Nah, berikut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menjabat tangan orang lain terlepas apapun kepribadian kamu. 

- Jabatlah tangan dengan sedikit menekan 
-Tubuh sedikit condong ke depan
-Senyum 
-Berikan kontak mata 
-Hindari menggoyangkan berkali-kali, tapi cukup sekali saja.

Cara melakukan Kontak Mata 



Di dunia internasional berlaku beberapa aturan cara melakukan kontak mata 

Gambar:

Business Gaze 
Social Gaze 
Intimate Gaze 

Jarak Bicara
Intimate (0-0,46m)
Personal (0,46m-1,2m)
Social (1.2-3.7m)
Public (>3.7m)

Etiket Berkenalan 

Berkenalan dengan orang baru
1. Ucapkan nama Anda dengan jelas.
2. Lakukan kontak mata dengan lawan bicara secara wajar.
3. Jabatlah tangan dengan erat tanpa harus mengenggam terlalu kuat. 

Jika ada orang yang tidak ingin bersalaman atau menyentuh tangan karena ada concern agama, agar tidak megkagetkan sebaiknya dari jauh sebelum kita mendekat ke orang yang ingin bersalaman kita sudah memberikan tanda kalau tidak ingin bersalaman. 

Hindari: 

1. Melakukan perkenalan di tempat umum.
2. Memberi pertanyaan yang terlalu pribadi.
3. Menetap mata terlalu sering atau terlalu lama karena bisa membuat orang lain tidak nyaman.
4. Jika Anda dalam posisi duduk, lebih baik berdiri sebentar pada saat diperkenalkan dan bersalaman, setelah itu Anda duduk kembali. 

Etiket Memperkenalkan Orang Lain 



Bagian ini juga nggak kalah seru. Saya jadi tahu kalo ada lho tatanannya antara pria dan wanita hahaha. 
Laki-laki diperkenalkan kepada wanita (Bu A, perkenalkan ini Pak B). Kecuali, pria tersebut adalah orang yang lebih tinggi kedudukannya. 

Pria yang lebih muda diperkenalkan kepada pria yang lebih tua (Pak Senior perkenalkan ini Pak Junior). Yang lebih rendah kedudukannya lebih dulu menyapa, yang lebih tinggi kedudukannya menginisiasi jabat tangan.

Situasi SOSIAL melihat GENDER/USIA situasi BISNIS melihat JABATAN. 

Bertukar Kartu Nama: 

Mungkin untuk sebagian orang, bertanya-tanya memangnya masih zaman bikin dan bawa-bawa katru nama di era digital dan media sosial? Ternyata jawabannya masih lho. Kartu nama bisa kita berikan misalnya ke orang-orang yang kita temui di conference atau kenalan kita itu adalah atasan atau yang memegang posisi penting.  

Untuk aturannya sendiri ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 

Do's 
1. Berikan kartu nama dengan dua tangan dan kartu nama menghadap ke arah penerima.
2. Bacalah kartu nama terlebih dahulu sebagai bentuk penghargaan.
3. Buat catatan kecil siapa orang tersebut dan bertemu dalam kesempatan apa. 

Don'ts 
1. Menyimpan kartu nama ketika kita masih berbicara dengan orang tersebut. 

Perlukah Melakukan Basa-Basi?

Saat berkenalan dengan orang baru maupun bertemu dengan kenalan yang sudah lama tidak berjumpa sangat perlu melakukan basa basi untuk mencairkan suasana. Bahkan tidak masalah kalau topik yang dibicarakan adalah topik yang sepele. karena nantinya bisa menuju topik lainnya.

Beberapa cara melakukan small talks

1. Bisa berbicara berbagai hal yang tak sensitif 
2. Gunakan humor 
3. Menyesuaikan diri dengan lawan bicara
4. Menjadi pendengar yang baik
5. Memperhatikan apa yang dikatakan orang lain

Manfaat Small Talks 

1. Mengenal orang baru 
2. Membangun dan memelihara hubungan 
3. Menciptakan kenyamanan interaksi 
4. Menunjukkan Anda terbuka dan perhatian 
5. Sebagai sopan santun dan keramahtamahan 

Small Talks

Dos: 
1. Cuaca
2. Kondisi lalu lintas 
3. Hobi 
4. Kemajuan dalam bidang ilmiah 
5. Pertunjukkan kesenian mutakhir

Dont's:
1. Kesehatan/penyakit
2. Harga barang yang dipakai 
3. Pornografi 
4. Isu-isu kontroversial/politik 
5. Hal - hal pribadi (usia/berat badan)


Business talk 
Dalam business talk sebaiknya jangan langsung to the point dengan tujuan kita. Tapi perlu juga ada basa basinya. Lalu baru membicarakan hal-hal penting dengan tata cara berikut: 

Kiss (Keep it short & simple). Jangan bertele-tele dan ngalor ngidul. 
Meringkas hal-hal penting apa saja yang telah dibicarakan.
Peka terhadap apa yang akan dibicarakan & dikatakan orang lain. Jadi bisa mengedepankan empati dan jika ada yang melenceng dari pembicaraan bisa segera diarahkan untuk fokus.  
Berorientasi win-win solution 
Keseimbangan antara "Result" dan Relationship"

Dont's
1. Tidak egois - saya, saya, saya
2. Tidak mendominasi pembicaraan 
3. Tidak agresif bahkan mengintimidasi


  • 0 Comments


Saat Teh Ani Berta founder dari Komunitas Indonesian Social Blogpreuner (ISB) menginfokan jika akan ada kelas English creative writing lagi dari TBI (The British Institute) di grup WhatsApp, saya tidak berpikir panjang untuk langsung mendaftarkan diri. 

Kenapa begitu? Saya sendiri memang ingin sekali punya partner untuk berlatih berbahasa inggris baik lisan maupun tulisan. Selain itu, anggota yang join juga tidak terlalu banyak yaitu 10 orang maksimal. Dengan jumlah kecil seperti itu memudahkan peserta untuk tetap bisa aktif berbicara dan menangkap materi. 

Sebagai bloger saya juga merasa english creative writing harus skill itu sangat penting untuk menunjang karier dan isi konten. Di sini kita difasilitasi selama 3 hari berturut-turut yaitu dari tanggal 13-15 Mei 2024 tiap jam 10 -12 siang untuk mengikuti kelas bersama pendamping dari TBI Bandung yang profesional. 

Yuk Kenalan dengan TBI (The British Institute) 

The British Institute, yang juga dikenal sebagai TBI, berdiri sejak 18 Februari 1984. 40 tahun berdiri TBI sudah memberikan layanan pengajaran dan pembelajaran yang baik bagi siswanya di seluruh Indonesia.

Program-program TBI

TBI Bandung sendiri memiliki banyak sekali program untuk berbagai jenjang usia. Kamu tinggal pilih saja nih sesuai kebutuhanmu. 

Core Programmes

• Corporate Training

• Global English

• Academic English (IELTS, TOEFL & TOEIC Preparation)

• Professional English

• Pre - Teenager English

• Teenager English

• Young Learner English

Customised Programmes

• International Exam Prediction Test

• Short Course

• Workshop for Professionals

• Private Classes

Powered by UTC

• CELTA
• Official English Proficiency Test (Cambridge English Qualifications, TOEFL ITP, IELTS at schools)
• Digital Learning
• ICAS
• Teacher Training

Apa Saja Kelebihan Lain dari Kursus Bahasa Inggris di TBI Bandung?

Setelah mencoba 3 hari berturut-turut, kira-kira inilah beberapa kelebihan dari TBI Bandung yang saya rasakan!

1. Kursus Bahasa Inggris yang Berkualitas



Gimana nggak berkualitas, TBI Bandung  dilengkapi dengan metode pengajaran eklektik  yaitu menitikberatkan pelajaran di kelas yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Jadinya modul atau panduan yang digunakan dan cara penyampaiannya sangat relevan dan praktikal.  

Dari sisi tenaga pendidik juga nggak kaleng-kaleng. TBI memiliki tenaga pengajar bukan hanya guru lokal tapi juga asing (native) yang berpengalaman dan berstandar kualifikasi internasional.

TBI juga rutin memberikan pelatihan berkualitas secara berkala pada pengajar internal untuk meningkatkan keterampilan dan pengembangan profesional mereka. 

Atmosfer kelasnya sudah pasti interaktif dong. Nggak cuma satu arah aja. Selama 3 hari saya belajar, ada dua pendamping yang menemani yaitu Ms Intan Hartianti (di hari pertama & kedua) dan Mrs. Tati Haryatin (dihari ketiga).   

Hal lainnya yang membedakan TBI dengan institusi pendidikan pelatihan bahasa Inggris lainnya yaitu TBI didukung oleh UTC (UniSadhuGuna Testing Centre) yang merupakan satu-satunya institusi pelatihan bahasa Inggris di Indonesia yang memiliki lisensi dari Cambridge University Press and Assessment. Artinya TBI menjalankan kursus pelatihan CELTA (Certificates in Teaching English to Speakers of Other Languages).

Sistem Pembelajaran Beragam

Nggak usah khawatir dengan sistem pembelajaran di TBI. Mereka menyediakan pilihan offline maupun online learning. Saya sendiri tinggal di Tangerang, ikutnya TBI cabang Bandung. Jadi, jarak bukan alasan untuk tidak belajar bahasa inggris di TBI. 

Kalau kamu lebih nyaman belajar secara offline, tenang saja, semua cabang TBI berlokasi di tempat strategis karena dekat dengan pusat perbelanjaan, perkantoran, tempat makan, sekolah, dan sebagainya. 

Banyak Pilihan Jadwal Kelas

Mau anak sekolah, kuliah, pekerja kantoran, atau ibu rumah tangga nggak usah pusing sama jadwal kursus di TBI. Jadwal belajar peserta dibuat cukup variatif sehingga memudahkan peserta untuk memilih sesuai kebutuhan. Kamu bisa memilih jadwal dari Senin hingga Sabtu mulai pukul 09.00 – 20.30 WIB. 

Ada Trial Class

Masih pengen coba-coba belajar di TBI? Nah, menariknya mereka menyediakan trial class untuk calon peserta kelas usia 4-9 Tahun, Pre-Teen 10-11 Tahun. 

Kelas ini tentu memudahkan para calon siswa yang ingin mencoba kelas terlebih dahulu sebelum join kelasnya. Dengan begitu orang tua bisa tahu apakah kelasnya sesuai dengan level dan anak bisa mengikutinya atau tidak.

Ada Program Kursus untuk Perusahaan maupun Institusi 

TBI tahu banget kalau bahasa inggris udah jadi basic skill yang harus dipunya sama semua pekerja. Makanya mereka bikin program pelatihan khusus profesional yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan industri perusahaan bersama dengan tutor bersertifikasi internasional. 

Kelas ini cocok nih buat kamu yang mau dapat promosi jabatan dan juga pengembangan karir ke arah manajerial atau peran internasional.

Biaya yang Terjangkau

Jarang-jarang lho ada kursus bahasa inggris yang sering ngasih diskon! Nah, TBI Bandung nih beda. Tiap bulan pasti selalu ada promo program kursus yang menawarkan diskon sebesar 20% untuk seluruh program bahasa Inggris.  Makanya, saya saranin kamu follow IG mereka di @tbibandung biar nggak ketinggalan informasi promonya. Bisa juga hubungi di nomor Whatsapp di 081314915970.

Bagaimana Rasanya Belajar 3 Hari Bersama TBI?

Ini saya coba jelaskan sedikit pengalamannya ya!

Hari Pertama



Bagi saya di sesi pertama ini, ibarat pemanasan lidah, karena sudah lama sekali tidak berbicara dalam bahasa inggris di durasi yang lama. Selain itu, menambah vocabulary baru seperti Sumptuous (Mewah), Ripped off (Dirobek), Mouthwatering (Menggugah selera), dan Scrumptious (Lezat).

Pada sesi ini kami didampingi oleh Mbak Intan Hartianti membahas tema tourism. Di awal kami diajak untuk berdiskusi menentukan apa pertimbangan dalam menentukan perjalanan, apakah berdasarkan price/cost, accomodation, activities to do, sites to see, cultural experiences, weather/climate, food/cuisine. 

Lalu membahas terkait negara Afrika Selatan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas. Kami di minta untuk menonton video dan menyampaikan beberapa message yang kami peroleh dari video tersebut. 

Di sesi selanjutnya kami juga diminta untuk berdiskusi yang dibagi dalam kelompok kecil yaitu 3 orang dalam 1 grup untuk mendiskusikan satu negara pilihan kami dan apa yang paling menarik dari negara tersebut, apakah makanannya, tempat wisatanya, public transportation, dan lainnya. 

Hari Kedua



Di hari selanjutnya juga tidak kalah seru. Masih dengan Ms Intan, kami membahas terkait music festival. Selama 2 jam kami diajak bernostalgia ke beberapa festival musik yang pernah masing-masing anggota datangi. 

Namun, tidak semua orang menyukai konser atau festival musik. Ada juga yang lebih nyaman menyaksikan pertunjukan musik melalui media daring seperti YouTube.  

Di akhir sesi kami dibagi menjadi 2 grup untuk mengidentifikasi konser atau festival musik apa yang ingin didatangi. Kelompok saya, memilih 90's Festival. 

Hari Ketiga



Tidak kalah seru di hari terakhir. Kali ini kami ditemani oleh Mrs. Tati Haryatin. Kami membahas soal makanan dari negara Brazil yang ternyata ada beberapa makanan yang mirip dengan yang ada di Indonesia. Misalnya empanadas yang ternyata sekilas mirip pastel atau panada yang biasa ada di Manado. Setelah dicari tahu ternyata panada asal muasalnya dari Spanyol.

Lalu ada pao de queijo yang sekilas mirip dengan bakpia kukus Yogya dan bolinho de bacalhau yang sekilas seperti kroket. Dari makanan-makanan tersebut seluruh peserta perlu menebak makanan yang ditampilkan di dalam layar terbuat dari bahan-bahan utama apa saja. 

Buat Saya Belajar Bahasa Inggris dengan TBI Bandung Itu...


Seru banget! Ms. Intan dan Mrs Tati bisa memandu kelas dengan nyaman dan menyenangkan. Kami yang kadang masih suka salah dalam pronounciation dibantu agar pengucapannya benar dan memastikan semua orang kebagian berbicara. 

Tema-tema yang dipilih tak kalah asyik. Kami jadi bisa mengingat-ingat pengalaman nonton konser dulu dan menambah knowledge soal Afrika Selatan dan makanan Brazil. 

Di 3 hari belajar bareng TBI, ada banyak notes vocab yang saya pelajari untuk bisa digunakan saat ingin menulis artikel berbahasa inggris. Jadinya tulisan juga tidak monoton dengan vocab-vocab yang itu-itu saja dan bisa diperbaiki grammar yang salah. Pastinya juga lebih pede, dong!

Saya setuju dengan apa yang dikatakan Ms. Diah Pratiwi Soehendro, Marketing Communication Manager TBI saat memberikan sambutan kelas: 

“Sama dengan profesi lainnya, terdapat serangkaian skill yang yang wajib dimiliki dan dikembangkan oleh para penulis pastinya. Memahami penggunaan grammar dalam bahasa Inggris sangat dibutuhkan agar tidak memberikan struktur tulisan yang salah, karena kemampuan untuk mengkomunikasikan maksud tulisan merupakan hal yang cukup krusial.”

Nah, gimana tertarik mau nyobain kursus di TBI Bandung juga? Buat kamu yang berdomisili di kota kembang dan sedang ingin memperkaya skill berbahasa inggris, yuk ikutan kursus di TBI Bandung sekarang juga ya!

TBI Bandung
P:  +62 81314915970
E:  info.bandung@tbi.co.id
Website : www.tbi.co.id
YouTube : The British Institute
Instagram : @tbibandung
Facebook : TBI Bandung

  • 1 Comments


Nggak bisa dipungkiri content creator sekarang menjadi profesi yang diincar banyak orang. Sekilas mungkin orang menganggap gampang menjalani peran ini. Memang sih semua content creator punya journey yang berbeda-beda.

Ada yang 1 tahun baru membuahkan hasil, ada yang sampai bertahun-tahun baru berhasil, tapi ada juga orang yang hanya memerlukan waktu 1 bulan untuk bisa mencapai followers banyak hingga tawaran endorsement dari berbagai brand dengan bayaran yang tidak sedikit. 

Saking menggiurkannya menjadi content creator, ada berbagai kelas yang membahas terkait tema ini dari yang gratis sampai berbayar. Topik-topik yang dihadirkan juga menarik. 

Di bulan April lalu saya mengikuti kumpul online dari Narasi. Judulnya sangat menarik yaitu Dare to Create, Journey to Become Content Creator. 

Narasumbernya juga nggak kalah keren ada Ahmad Abdillah content creator dengan niche video editor (25k followers di Instagram) yang merangkap mahasiswa semester 6 jurusan ekonomi syariah di UIN Bandung. 

Ada juga Jovial da Lopez yang merupakan content creator sejak 10 tahun lalu bersama adiknya Andovi da Lopez lewat akun YouTube Skinny Indonesian 24. Ia juga sekarang adalah Chief Creative Officer dari Narasi. 

Ada banyak hal yang membuka mata saya terkait content creator dari sesi kumpul online ini. Kira-kira apa saja? Berikut rangkumannya!

Awal Mula Ahmad Abdillah Menjadi Video Editor

Semua berawal dari hobi. Ahmad menyukai seni, ngedit, dan teknologi. Ahmad sempat mengira proses menjadi content creator yang singkat, sesederhana gabut mulai ngonten, terus terlanjur basah dan dilanjutin. Tapi ternyata ada hubungan antara content creation dengan hobi-hobi sebelumnya yaitu Ahmad suka baca, menulis, bercerita, dan ketertarikan dengan perfiliman serta industri atau marketnya ada. 

Berawal dari Covid di mana banyak materi yang disampaikan secara daring dan materi yang disampaikan cukup membosankan. Akhirnya Ahmad mencoba sharing edu tech. mengedukasi lewat social media dengan menggabungkan minat tadi. 

Sering ikutan lomba film pendek dan menang. Dan sempat berpikir untuk dunia film, tapi rasanya agak jauh, jadi content creator inilah yang bisa dimasukkin sama Ahmad. 

Kenapa Memilih TikTok dan Short Video?

TikTok menjadi platform yang cocok untuk para kreator baru karena secara algoritma lebih mendukung. Cara TikTok menempatkan konten yang tepat ke audiensnya yang sesuai lebih baik daripada instgaram atau YouTube.

Gimana Cara Bikin Konten yang Menarik Ala Ahmad 

Pikirin pesan yang mau disampaikan apa, disampaikan oleh orang yang tepat, melalui media yang baik, nyasar audiens yang tepat, dan memberikan impact. 

Bikin dulu scriptnya, penulisannya. Audio visual itu penting, tapi seiring berjalannya waktu ia sadar kalo ruhnya konten adalah pesan yang tersampaikan dengan baik pada audiens. Baru untuk eksekusi.

Menulis script, mikirin idenya kayak gimana yang sekiranya membantu banyak orang dan relate. 

Perlukah Device yang Oke untuk Bikin Konten?  

Butuh, tapi semumpuni apa itu tergantung dari si penggunanya. Kalo kita terjun di niche audio visual seperti video editor, tentu perlu punya kamera, lighting, mic yang bagus untuk menunjang konten dan harapannya dengan device yang bagus bisa mendapat klien. Tapi buat orang yang di luar itu bisa pake yang biasa aja udah cukup. 

Gimana Caranya Biar Pede Menunjukkan Wajah di Depan Kamera? 

Awalnya Ahmad juga tidak merasa percaya diri menunjukkan wajahnya dan memilih memasukkan efek atau video lainnya. Namun, Ahmad berpikir meskipun dia merasa biasa saja, tapi mindset yang saya acungi jempol adalah dia lebih menonjolkan editing yang bagus. Sehingga jika ada komentar negatif dari audiens soal penampilannya, ia bisa membela diri dengan mengatakan meskipun tampilannya sederhana tapi editan dan eksekusinya videonya yang serius dan bagus. 

Susah Tidak Menjadi Video Editor?

Susah dan perjalanannya cukup terjal. Ahmad sendiri sudah lebih dari 4 tahun mulai ngedit dan sempat aktif mendesain juga jadi paham tentang pewarnaan, komposisi, dan lainnya. Sebelumnya juga banyak bergaul dengan orang yang aktif di bidang sastra. Jadi prosesnya panjang, tapi pasti bisa. (18.01). 

Cara Agar Tidak Mager Melakukan Rutinitas Sebagai Content Creator

Punya goal yang jelas itu penting untuk membantu soerang content creator bisa terus konsisten berkarya dan mau terus belajar. Kalo Ahmad sendiri goalnya adalah ingin punya studio dan tim yang proper. 

Kalo pun rehat 1/2 hari nggak masalah. Namun, kalo udah sampe berhari-hari dicari tahu breaknya kenapa dan kalo stres coba lakukan journaling untuk memetakan semua keresahan dalam pikiran. 

Ahmad sering merasa bersalah kalo malas-,malasan. Jadi kalo seharian nonton netflix tapi belum kerja dia merasa berdosa. 

Hambatan dan Tantangan Bikin Konten

Bentrok projek yang lagi digarap, kuliah, konten, dan sakit hati

Pesan Bagi yang Ingin Menjadi Video Editor 

Banyak sukanya, suka nulis, touring. dengan banyak sukanya itu, pilihlah salah satu. Passion bertemu dengan market, bertemu juga dengan business opportunity Apa yang kamu sukai, kira-kira ada gak penontonnya, nanti besar kira-kira besar kesempatan bisnis yang bisa diambilnya seperti apa. 

Tips Membuat Isi Konten yang Daging 

Kata Raditya Dika komedi itu semakin ditarik ke dalam semakin relevan. Biasanya Raditya Dika bikin komedi dari kisah keluarganya kan. Nah, Kak Ahmad juga melakukan hal yang sama. Jadi masalah dilihat semakin dilihat dari dalam bukan dari luar misalnya komentar, kompetitor. Ingat-ingat kira-kira apa masalah yang pernah kita hadapi dan temui, sekarang udah ketemu solusinya. Fokus ke keresahan dan pengalaman pribadi. Terkadang ngikutin tren juga. Yang penting bisa disesuaikan sama niche kita.

Misalnya seneng banget dan terbantu premier composer. Jadi bahas itu. Contoh lain misalnya Ahmad lagi suka Ferry Irwandi karena dia bikin konten tentang Cinta dan Kebodohan. Terus di video itu efek stabilo, yaudah dibahas efek stabilonya. 

Semakin ditarik ke dalam masalah apa yang sangat mengganggu kita, kita cari dulu masalahnya dan apa solusinya yang works di kita untuk mengatasi masalah tersebut. Kalo belum ketemu solusinya cari dulu solusinya baru share ke yang lain. 

Dalam Proses Eksekusi Konten

Ide dan poin-poinnya di tulis kapan aja. Semua ide-ide tadi di susun dalam menjadi script. Lalu take video, editing di hari berikutnya. 

Kita nggak perlu waktu lebih dari 24 jam. Tapi yang kita perlukan adalah fokus agar pekerjaan bisa cepat selesai dan optimal. Dan ditargetin. Misalnya setelah menonton 1 film di Netflix saya akan kembali mengedit tanpa membuka HP. (44.59)


Jovial da Lopez

10 tahun menjadi YouTuber, masuk Narasi, dan bikin musikal. 

Seseorang Disebut Content Creator Itu Seperti Apa Sih?

Orang yang upload konten bukan disebut content creator. Karena di zaman sekarang dari anak kecil sampe kakek nenek kita bisa upload konten di zaman sekarang. Menurut Kak Jo, orang disebut content creator kalo sudah ada hasil dari konsistensi dia. 

Karena ada juga orang yang udah konsisten bikin konten tapi belum juga mendapatkan perhatian dari masyarakat. Menjadi content creator itu harus diri kita yang merasakan bahwa kita content creator, tapi ada pengakuan juga dari masyarakat. Jadi, bukan cuma dari kita aja yang merasa menjadi content creator. Konsistensi dari kitanya dan hasil dari audiensnya. Jadi konsistensi dan hasil harus berkesinambungan. 

Makanya bagi yang viral sekali, tapi dikonten-konten selanjutnya hasilnya B aja atau tidak bisa menjaga konsistensi tersebut menurut Kak Jo itu adalah orang yang hoki. 

Content creator harus bisa sustain menjaga kualitas dan hasil dari masyarakat, walaupun pasti ada momen penontonnya turun. Kalo penontonnya turun terus terusan, kita harus evaluasi lagi apa yang works dan nggak, menyusun strategi baru agar mayarakat yang udah kenal kita gak melupakan kita. 

Content Creator Harus Punya Standard yang Tinggi dalam Memproduksi Konten 

Untuk membuat konten yang berkualitas dan standard tinggi pastinya dilalui dari banyak proses, belajar, evaluasi, dan konsistensi. 

Viral Itu Bukan Content Creator

Content creator adalah orang yang sengaja membuat konten untuk ditonton yang diibarengi dengan konsisten dan ada hasil dari masyarakat. 

Perbedaan Menjadi Content Creator Dulu VS Content Creator yang Sekarang

Menurut Kak Jo tidak ada perbedaan antara content creator yang dulu dan sekarang. Tapi yang paling mencolok adalah banyaknya kompetitor karena batas masuknya jadi lebih mudah. 

Kalo zaman Kak Jo memulai YouTube, mungkin batas masuknya lebih banyak. Misalnya internet harus cepet, cuma bisa dilakukan di komputer atau laptop, dll. Kalo sekarang kan bikin konten bisa dari hp kita. (53.25)

Bagaimana Cara Menjaga Konsistensi Ngonten dari Dulu Sampai Sekarang

Di fase awal membuat konten biasanya bersemangat, apalagi jika langsung viral. Namun, untuk menjaga semangat itu tetap ada seiring berjalannya waktu itu yang susah. 

Bisa gampang kalo kita tahu tujuan bikin konten dan keresahan yang kita alami itu apa. 58.58

Strategi yang harus Diterapkan biar mendapat atensi dari audiens

Ketika bikin konten itu ada ego. karena kita merasa suara kita harus didengar orang. Jadi kita cenderung maksain. Gue ngerasa ngerti ini dan seindonesia harus dengerin gue.Tapi bikin konten itu adalah sebuah perjalanan. Konten itu dua arah. Sengotot-ngototnya kita terhadap kehebatan kita, penonton jangan diabaiakan. Mereka juga mengarahkan karier kita kemana. Karena mereka juga mengamati kita. karena kitacuma ngedengerin pikiran kita sendiri. Tapi penonton bisa lihat kita secara holistik. mereka bisa melihat pembawaan kita, kita asiknya pas ngomong apa? 

jadi nggak masalah mau banyak explore dan ngedengerin feedback audiesnya. 

Hal-hal yang bisa dipelajari dari konten-konten terdahulu untuk konten-konten sekarang?

Konten tuh berubah terus, kayaknya yang selalu akan sama orang akan selalu apresiasi diri kita yang jujur dan original. Itu yang formula dari dulu sampe sekarang nggak berubah-berubah. Setiap kali kita ketemua personality yang baru di TikTok itu orang yang jujur dengan keresahannya dan berhasil menemukan formulanya dan orang suka nonton dia. Jujur sama diri sendiri tuh sulit. 

Untuk menemukan keresahan kita terdalam itu sulit karena kebanyakan orang takut kalo nunjukkin keresahan terdalam dan dihina. Manusia tuh suka melihat manusia lain, ketika manusia bisa mengeluarkan keresahan yang terdalam dan menjadikan itu sebagai karya, ujung-ujungnya akan muncul penonton dengan sendirinya. 

Tips untuk para kreator agar tetap bisa mengikuti tren

Ngebahas keresehan yang kita alami aja dan ditambahin dengan seni dan otak yang kita miliki. Jadi, rasa kesal kita harus bisa diolah secara artistik dan gabungan knowledge yang kita miliki agar penonton bisa suka. 

Kak Jo yang udha 10 tahun jadi YouTuber, nggak banyak nonton YouTube, tapi lebih seringnya nonton film dan baca buku karena lebih merangsang otak.Nah, kak Jo merasa 1 jam cuma scrolling tiktok aja dia merasa hari itu menjadi orang yang malas. 

Pesan-pesan bagi Orang yang Mau Memulai Menjadi Content Creator 1.12.06

Mulai aja dulu, bikin aja dulu, mau ada yang lihat atau gak yang penting ada dulu karyanya, mau itu jelek sekalipun. Karena mau ada penontonnya atau nggak, kita nggak bisa menilai hasil kerja keras kita kalo nggak ada produknya. 

Kalo kita terlalu lama memikirkan konten yang akan dibuat ujung-ujungnya nggak ada konten yang dibuat. Kalo sepi yang lihat, jangan lupa di evaluasi dan diperbaiki kekurangannya. 

Prinsip apa yang Kak Jo Pegang untuk Tetap Mempertahankan Konsistensi dalam Berkarya Sebagai Konten Creator

Berusaha membuka wawasan audiens kita dan bermanfaat, makanya dalam pembuatan kontennya perlu effort seperti riset, wawasan, dan ngobrol bareng sama orang lain, sehingga perlu waktu. Jadi jangan asal upload dan bukan cuma biar penonton mendapatkan emosi-emosi dasar aja. 

Pasar Content Creator Sekarang, Apakah lebih baik idealis dan punya ciri khas sendiri atau ngikutin pasar tapi kita modifikasi sedikit biar nggak jauh banget sama pasar yang rame. 

Ini tergantung dari batas toleransi kita terhadap jumlah views yang kita dapat. Kalo ditanya apa yang ideal sekarang ikutin aja pasar kalo emang kita bahagia melihat postingan rame karena ngikutin apa aja yang lagi rame. 

Cuma pertanyaannya, apakah itu yang kita inginkan? Bagi Kak Jovi itu nggak ada dampaknya. Kita ngebahs sesuatu yang lagi rame, terus apa yang akan berubah dari negara ini? Keresehan Kak Jo kalo suatu hal nggak maju, nah dia sadar kalo kita mau maju ke depan, kita nggak bisa ngelakuin hal yang biasa-biasa aja. 

Apa sih yang dimaksud dengan biasa-biasa aja? Ya misalnya mengikuti arus aja apa yang lagi rame/ viral itu yang dibikin.  Tapi hal itu nggak bikin kita maju karena kita bikin konten yang mudah. 

Kalo kita bikin konten yang sulit, emang dapat atensi penontonnya juga sulit gak segampang bikin konten yang ngikutin viral. 

Tapi ketika lu dapat penontonnya, wah kebahagiaan itu gak ternilai, karena akhirnya yang kita inginkan tercapai. Jadi bukan suatu hal yang bikinnya cepat dan hasilnya cepat. Hati-hati ritme begini bisa hilang dengan cepat juga. Beda cerita kalo kita berproses dengan mencoba berbagai hal, ketika kita mencapai apa yang kita mau, rasanya luar biasa menyenangkan. 

Namun, Kak Jo juga mengingatkan supaya kita harus kuat karena kita bermain dengan waktu, bisa jadi tahun pertama, kedua kita belum berhasil tapi tahun selanjutnya kita baru bisa mencuri atensi masyarakat yang lebih luas lagi. Dan untuk bisa bertahan adalah kita harus melakukan apa yang kita suka juga. Jadi kalo kita kuat silahkan idealis, tapi kalo gak kuat silahkan ikutin tren aja. 



  • 0 Comments
Newer Posts Older Posts Home
BloggerHub Indonesia

About me

Eka-Rahmawati


Eka Rahmawati

"Behind Every Successful Woman, It's Her Self — Unknown


Follow Us

  • instagram
  • Twitter
  • facebook
  • Linkedin
  • YouTube
  • Kompasiana

Banner spot

Blogger Perempuan

recent posts

Labels

Belajar Bareng Buku & Film Cooking digital agency Healthy Kecantikan Kelas Penyiar Indonesia Lomba blog Makan Melancong Produk Lokal Review

Popular Posts

  • Kenalan dengan InShot, Aplikasi Edit Video untuk Pemula yang Mudah Digunakan
  • Senangnya Jadi Narablog di Era Digital
  • 7 Langkah Perawatan Wajah yang Wajib Dilakukan Perempuan

My Portfolio

  • SEO Content Writing 1
  • SEO Content Writing 2

Blog Archive

Eka Rahmawati. Powered by Blogger.

Pageviews

instagram

Created By ThemeXpose | Distributed By Blogger

Back to top