Eka Rahmawati

  • Beranda
  • Profil
  • Makan
  • Sehat
  • Cantik
  • Jalan
  • Buku&Film
  • Belajar



Siapa di antara kamu yang memanfaatkan situasi di rumah aja karena Covid-19 dengan membaca buku sampai selesai? Iya, selesai. Soalnya banyak nih orang (termasuk kadang-kadang saya) yang baca buku ngga kelar-kelar sampai berbulan-bulan, padahal ngaku-nya hobi baca buku :p. 

Udah dua bulan lebih di rumah aja saya akhirnya menyelesaikan tiga buku. Dua buku saya beli tahun lalu, satu buku lagi dibeli sebelum pandemi ini masuk ke Indonesia. 

Di bulan Mei kemarin saya sempat share tayangan Netflix yang ditonton selama di rumah aja. Nah, kali ini saya mau ngasih tahu tiga buku tersebut. Siapa tahu ada dari kamu yang sudah baca bukunya terus kita bisa balas-balas komentar atau mungkin ada juga yang punya bukunya sejak lama tapi belum selesai atau bahkan belum disentuh sama sekali, terus dengan baca postingan ini jadi pengin baca bukunya.

Oke, daripada kebanyakan intro, langsung aja nih simak review tipis-tipis dari saya. 

Baca juga: Pilihan Tayangan Netflix yang Saya Tonton Selama #dirumahaja

Happy Lucky Traveler: Kehidupan Adalah Perjalanan - Tatty Elmir


Saya membeli buku ini saat datang ke Big Bad Wolf 2018. Buku dari Mizan ini saya pikir sama seperti buku perjalanan lainnya yang menceritakan sang penulis melalang buana ke suatu negara atau daerah di Indonesia.

Ternyata memang benar, tapi tidak semua bab yang ada di dalam buku ini membahas demikian. Seperti judulnya, Happy Lucky Traveler: Kehidupan Adalah Perjalanan, Mba Tatty Elmir juga memberikan pelajaran bernilai di setiap perjalanan kehidupan. Maksudnya, gimana tuh?

Jadi ada beberapa bagian dalam bukunya yang menjelaskan soal kita dalam hidup ini harus melawan rasa takut, tidak boleh lupa akan tanah air, perbanyaklah melakukan perjalanan, bahkan hingga nasihat mencari jodoh. Bagian saya suka dari buku ini salah satunya pada tulisan yang berjudul "Menyoal Rasa Takut Kita" Saya saat membaca tulisan tersebut terasa tersentil dengan kalimat-kalimat yang disampaikan Mba Tatty. Saya juga jadi berpikir, bahwa sungguh rugilah orang-orang yang banyak takut mencoba berbagai hal di dunia ini.

Terus saya kagum sama pemikiran Mba Tatty di bagian tulisan berjudul Merantaulah Nak! Saya setuju sih dengan yang ada di bagian ini bahwa anak jangan dilarang untuk merantau. Dengan merantau ada banyak pelajaran hidup yang bisa diperoleh, seperti mandiri, tangguh, lebih bijak, bisa lebih toleransi, dan lain-lain.

Membaca buku ini ngga harus dimulai dari bab 1 kok. Tapi bisa dimulai dari bagian mana saja yang ingin dibaca, karena masing-masing kisah perjalanan punya makna tersendiri.

Saya membaca buku Mba Tatty Elmir, timbul pertanyaan di kepala, gimana caranya bertemu atau mendapatkan jodoh yang suka jalan-jalan juga, terus ngasih kesempatan buat istrinya untuk traveling  sama temannya disaat sudah menikah dan punya anak? gimana, gimana, gimana? Hal ini karena beberapa cerita, Mba Tatty Elmir mengisahkan jika suaminya sangat pengertian dengan 'hobi' istrinya yang gemar berkelana. Salah satu contohnya di tulisan dengan judul Sebelum Menutup Mata, sang suami mengizinkan Mba Tatty pergi ke Palestina (meskipun ada syaratnya)  untuk melakukan misi kemanusiaan. woow banget kan!

Kalau ada yang tahu gimana cara  mendapatkan suami seperti itu, tolong kasih tahu saya apa kiatnya, ya :)

Bukan niat untuk promosi diri, tapi saya tipikal cewek yang ngga gampang ngeluh kalau harus jalan kaki jauh dan panas-panasan (asal tujuannya jelas), mau tidur di tempat menginap yang ngga bagus-bagus amat demi melihat suatu tempat yang saya belum kunjungi. Karena saya lebih mementingkan pengalaman wisatanya sih. 

Jujur saja, saya agak sedih atau kesal kalau baca buku yang membahas soal traveling. Bukan sedih atau kesal sama bukunya, tapi sama diri saya sendiri. Alasannya, kenapa saya baru mulai traveling diumur 24 tahun? Kenapa saya ngga belajar giat buat bisa dapat beasiswa keluar negeri? Kenapa saya pemalu dan takut gabung ke komunitas backpacker? dan kenapa-kenapa lainnya. Yaudahlah ya, semua itu tidak perlu disesali dan perbanyak bersyukur karena ada banyak nikmat yang saya peroleh di hidup ini. 

30 Hari Bersama Bluebell: Sebulan Keliling United Kingdom Bersama Mobil Berusia 18 tahun - Ukirsari


Kalau kamu suka sama cerita perjalanan yang disisipi dengan informasi sejarah yang cukup kental, buku 30 Hari Bersama Bluebell: Sebulan Keliling United Kingdom Bersama Mobil Berusia 18 tahun  karya dari mantan jurnalis Kompas Gramedia, Mba Ukirsari bisa kamu nikmati. 

Saya beli saat tak sengaja mampir ke Gramedia Blok M dekat kantor sebelum pandemi ini muncul di Indonesia.Terus tergelitik sama judul di bawahnya 'Sebulan Keliling United Kingdom Bersama Mobil Berusia 18 tahun'. Kenapa? karena Saya tahun ini sebenarnya ada rencana mau ke UK, akhirnya harus diundur tahun depan (Mudah-mudahan terlaksana) karena adanya Covid-19 ini. 

Pikir saya buku ini bisa jadi bekal destinasi, kalau tahun depan saya jadi berkunjung ke Inggris dan sekitarnya. Ternyata, Mba Ukirsari yang melakukan perjalanan bersama sang suami tercinta Nick dan juga mobil kesayangan yang diberi nama Bluebell (mobil Ford Fiesta berwarna biru yang sudah berusia 18 tahun. Bluebell merupakan mobil pertama yang dibeli Nick dari tabungan hasil jerih payahnya)  ini melakukan perjalanan untuk bernostalgia dan mengunjungi beberapa tempat yang belum pernah didatangi di UK sebelumnya.  

Dengan tebal 332 halaman, pembaca akan diajak berkenalan dengan destinasi yang ada di UK (tepatnya Inggris, Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara). Jujur saya kagum dengan kemampuan Mba Arie yang tahu banyak soal sejarah tempat di UK. 

Menariknya lagi, cerita-cerita di dalam buku ini juga dibumbui dengan berbagai pengetahuan akan film, aktor, penyanyi, dan lainnya yang berkaitan dengan tempat yang dikunjungi. Saya terkadang saat membaca judul film, nama aktor atau penyanyi yang tidak ketahui dalam buku ini, langsung mencarinya di Google. 

Belum lagi terkadang saya dibuat iri dengan 'keromantisan' Nick dan Mba Arie sebagai suami dan istri yang hobi pelesir ke berbagai tempat di dunia. Mereka sangat kompak sekali sebagai traveler. Ada banyak sekali kesamaan di antara mereka. 

Dalam hati saya ngebatin, ya Allah, semoga suami saya kelak orang yang suka traveling juga dan menganggap jika jalan-jalan merupakan suatu kebutuhan bukan hanya sekadar hiburan semata yang menghabiskan uang. Atau seenggaknya, mengizinkan saya untuk tetap jalan-jalan keluar kota atau keluar negeri nanti meskipun sudah menikah dan punya anak. Muluk ngga sih? 

Oke balik lagi ke bukunya. Di dalamnya saya juga mendapatkan pelajaran jika dalam melakukan traveling bersama pasangan itu, tidak selalu harus pihak laki-laki yang membiayai semua kebutuhan. Tapi Mba Arie dan Nick bahu membahu atau secara bergantian membayar makan dan kebutuhan lain selama perjalan satu bulan mereka berkeliling United Kingdom. 

Belum lagi pesan di mana saat kita traveling itu kita harus percaya sama insting. Percayalah bahwa di luar sana banyak orang jahat tapi ada lebih banyak lagi orang baik di sana. 

Daya tarik buku ini juga ditambah dengan perbedaan budaya di antara Mba Arie yang merupakan orang Indonesia dengan Nick yang memang orang UK. Perbedaan-perbedaan tersebutlah yang bikin saya jadi mikir, wah seru sekali ya, kehidupan Mba Arie dan Nick ini. 

Sayangnya dalam buku ini gambar yang disajikan tidak berwarna dan tidak ada caption. Jadi terkadang saya bingung, foto ini diambil di daerah mana. 

Sekali lagi, kalau kamu suka dengan tema tulisan perjalanan yang kaya akan pengetahuan sejarahnya, buku ini cocok untuk kamu. Tapi kalau kamu lebih suka dengan buku traveling yang lebih banyak menceritakan keindahan suatu tempat, makanan khas, dan kisah-kisah perjalanan pada umumnya, mungkin beberapa bab yang ada di bagian buku ini sedikit menjenuhkan.

Baca juga: Enggak Ada Alasan Buat Malas Baca Buku. Karena Ada 6 Cara Atur Waktu yang Bisa Kamu Pilih


Vegetarian - Han Kang


Buku dengan tebal 221 halaman dan terbagi ke dalam tiga bagian, yakni Vegetarian, Tanda Lahir Kebiruan, dan Pohon Kembang Api ini telah 'menipu' saya. Awalnya saya kira buku ini akan menceritakan kisah romantis seorang 'penganut' vegetarian (ini terpengaruh dari covernya yang ada simbol bunga merekah. Hal ini makin meyakinkan saya dengan perumpamaan, don't judge the book by it's cover!) Ternyata saya salah. Diawal membaca buku ini saya sudah dibuat bingung oleh tokoh utama Kim Yeong Hye, seorang istri yang biasa-biasa saja, tidak cerewet, kalem, pintar memasak, dan patuh.

Di bab Vegetarian dimulai menceritakan tentang kehidupan rumah tangga Kim Young Hye dengan suaminya yang berjalan baik-baik saja namun membosankan karena pasangan ini tidak sering berkomunikasi layaknya suami istri pada umumnya.

Di suatu malam Young Hye bermimpi aneh dan membuatnya malah membuang semua daging maupun semua makanan yang memiliki unsur daging. Sang suami tentunya dibuat pusing bukan kepalang dengan tingkah istrinya. Saat suami bertanya pada Young Hye apa yang terjadi, ia hanya menjawab aku bermimpi.

Young Hye juga membuat kaget seluruh anggota keluarganya pada saat kumpul keluarga, ia menolak memakan daging. Perilaku sang anak membuat sang ayah malu pada menantunya dan membuatnya marah sekali. Dan hal yang paling mengerikan dalam novel ini menurut saya di mana saat Young Hye menggores urat nadinya sendiri dengan benda tajam karena dipaksa ayahnya makan daging.

Sungguh saya dibuat tak habis pikir dengan si Young Hye. Pada bagian ini saya sungguh gregetan sama si Young Hye, kenapa tidak menceritakan saja mimpinya pada suami atau anggota keluarga lainnya untuk dicarikan solusi atau ditenangkan, sehingga dia tidak perlu merepotkan semua orang, at least tak perlu merugikan dirinya sendiri.

Kebingungan sekaligus geregetan saya juga makin muncul membaca bab kedua Tanda Lahir Kebiruan dengan tingkah kakak ipar Young Hye, yang merupakan seniman. Dia sekonyong-konyong minta si Young Hye jadi model lukisan. Ini bukan lukisan biasa tapi kakak ipar yang tidak diketahui namanya itu melukis berbagai bunga dan gambar lainnya di tubuh Young Hye tanpa sehelai kain pun! Tentu kamu pasti sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya, bukan?

Dibab ketiga emosi saya kembali dipermainkan dengan sosok kakak Young Hye yang begitu sabar, tabah, tapi rapuh menghadapi Young Hye yang akhirnya berada di rumah sakit jiwa dan ia bercerai dari suaminya. Jujur saja, jika saya berada di posisi kakak Young Hye di mana harus mengurus adik yang ternyata mengidap  skizofrenia, bercerai dengan suaminya, harus mengurus anak semata wayang, serta mengurus toko mungkin saya sudah tidak kuat.

Well, dibalik kerumitan kisah yang ada di novel Vegetarian, saya akui Han Kang sungguh apik menuliskan berbagai dinamika konflik yang dialami setiap tokoh. Ide cerita yang begitu unik dan mampu mempermainkan emosi pembacanya (setidaknya saya). Mungkin inilah yang membuat ia bisa berhasil memenangkan penghargaan Man Booker International Prize atas karya Vegetarian ini.

Baca juga: 5 Buku untuk Perempuan Rayakan International Women's Day!
  • 15 Comments
Sumber foto: YouTube.com


Halo apa kabar?

Semoga kamu dalam keadaan sehat ya. Gimana kegiatan selama di rumah aja? Apakah ada yang punya kebiasaan baru? atau lagi asyik meneruskan hobi lama? 

Kalau ditanya kegiatan apa yang dilakukan selama di rumah aja, selain work from home, saya juga lagi suka masak nih hehehe. Kapan-kapan saya share ya menu apa saja yang berhasil saya buat di blog ini. 

Selain memasak, saya juga punya kebiasaan baru nih, yaitu nonton Netflix. Saya memang sudah lama langganan Netflix, tapi nontonnya jarang karena biasanya udah capek duluan sama kerjaan kantor. Terus pas weekend, kalau lagi inget aja nontonnya :(

Nah, daripada pusing lihat pemberitaan soal PSBB dan corona,nih saya kasih rekomendasi pilihan tayangan Netflix yang bisa nemenin hari-hari kamu selama di rumah aja.. 

Atypical 

Sumber foto: https://www.tribunnewswiki.com/

Saya tahu series ini dari melihat ig story-nya Fellexandro Rubi (tahu dong koko ganteng ini siapa?) yang share soal tayangan-tayangan Netflix favorit dia. Saya tertarik karena tema dari cerita ini mengangkat cerita soal anak remaja yang mengalami autisme sedang berusaha mencari pacar. 

Tema yang sangat menarik bukan? Atypical sendiri ada 4 season, 3 season sudah ada di Netflix dan season terakhir akan tayang tahun 2021. Saya baru menonton season 1 yang terdiri dari 8 episode. 

Kenapa menurut saya ini series yang bagus? Di film ini saya merasa penonton diajak untuk memahami spektrum autisme dan apa saja dampaknya bagi orang di sekitarnya. Kisahnya juga ringan dengan fokus kehidupan sehari-hari. Ditiap episode selalu ada hal-hal yang bisa kita ambil pelajaran.  

Salah satu pesan yang saya suka dari serial ini adalah orang tua dan adik Sam selalu berusaha ada untuk Sam, meski ayahnya Sam, Dough sempat meninggalkan keluarganya selama beberapa bulan. Terus cara orang tuanya Sam mendidik Casey (adik Sam) untuk menerima dan melindungi kakaknya dan tidak egois dengan dirinya sendiri yang memang normal. 

Lalu bagaimana orang tua Sam saling dukung satu sama lain. Ini bisa terlihat di salah satu episodenya di mana ibu Sam, Elsa merasa khawatir dengan anak laki-lakinya yang berniat mencari pacar. Elsa takut Sam akan sedih, patah hati, kecewa, dan lain-lain. Sementara sang Ayah, Dough justru memberikan beberapa tips bagi Sam untuk mendekati lawan jenis.  

Satu dialog yang saya ingat di serial season 1 Atypical, saat Sam berkata
"Orang berpikir orang dengan autis tak punya empati. Tapi itu tak benar. Terkadang aku tak tahu apa orang marah. Tapi setelah tahu, aku sangat berempati".
Memang benar, karakter Sam digambarkan sangat to the point dan jujur menyampaikan sesuatu yang ada dalam kepalanya. Makanya untuk orang normal, sifat dari Sam itu dianggap mengganggu bahkan menyakiti perasaan orang di sekitar Sam.

Setidaknya dengan menonton Atypical, muncul rasa empati karena kita sedikit lebih tahu karakter dari orang dengan autisme. 

Breakfast, Lunch & Dinner

Sumber foto: Netflix.com

Kalau suka tayangan yang menceritakan soal makanan sambil jalan-jalan mengenal budaya suatu kota, mungkin Breakfast, Lunch & Dinner bisa kamu tonton. Ini merupakan series dari David Chang, koki international yang cukup terkenal dan pendiri Momofuku Noodle Bar. 

Serial ini baru ada satu season yang terdiri dari 4 episode. Masing-masing episode Chef David Chang ditemenin sama selebriti untuk mencicipi makanan lokal saat sarapan, makan siang, dan makan malam di 4 kota besar sambil membahas berbagai topik. Di tiap episode juga David dan para bintang tamu ngobrol sama orang lokal untuk bahas makanan, budaya, sejarah, dan lain-lain.

Episode pertama, Vancouver with Seth Rogen, episode kedua Marrakesh with Chrissy Teigen, episode ketiga Los Angeles with Lena Waithe, dan Phnom Penh with Kate McKinnon. Nah, 4 kota yang dipilih itu ternyata hasil rekomendasi dari 4 selebriti di atas lho. Jadi pasti pemilihannya cukup personal.

Kayak misalnya alasan Kate McKinnon milih Phnom Penh (Kamboja) karena dia suka negara yang tidak ada konsepsi Amerika. Sedangkan Chrissy Teigen memilih Marrakesh (Maroko) karena dia telah empat kali ke sana dan merasa memiliki pengalaman istimewa saat berkunjung ke Marrakesh.

Masing-masing episode berdurasi 43-44 menit. Ada dua episode yang paling saya suka, yakni episode Marrakesh dan Phnom Penh. Pertama, selain makanan yang dikenalkan adalah makanan halal, kedua cerita budaya di dua kota (Marrakesh dan Phnom Penh) lebih kental.

Di episode Marrakesh, sang pemandu mengatakan jika orang Marrakesh jarang makan di restoran. Jika makan di restoran mereka lebih suka yang lokasinya dekat dan harganya murah.

Terus saya suka episode ini karena David dan Chrissy berkunjung ke rumah salah satu orang lokal. David dan Chrissy dihidangkan makanan khas Marrakesh, yakni Tagine ayam. dan couscous. Tagine sendiri adalah tungku yang digunakan untuk menghangatkan makanan). Diajarkan juga budaya orang Marrakesh makan tagine, yakni biasanya di piring besar dan orang-orang mengelilinginnya untuk menyantapnya. Pokoknya di episode bersama Chrissy Teigen, rasa lokalnya dapat banget!

Kalau episode di Phnom Penh, Kamboja saya suka karena lebih banyak membahas sejarah negara tersebut dan makanannya. Disebutkan juga kalau makanan Kamboja banyak dipengaruhi oleh bumbu-bumbu India, sayur dan ikan dari China, dan makanan barat dari Perancis.

Dan yang paling seru lagi, Kate dan David sempat juga makan di atas tuk tuk (kendaraan sejenis bajaj), makan di tengah padatnya pasar, dan makan malam di atas perahu. Menarik, kan?

Selain itu saya suka dengan cara Chrissy Teigen dan Kate McKinnon di serial ini karena mereka berani mencoba berbagai makanan unik. Seakan mereka pasrah dengan rasa yang bakal mereka dapatkan saat mencicipi makanan baru tersebut. Yang ada di pikiran saya "ya ini lah yang saya tunggu!"

Contohnya, Kate McKinnon yang seorang vegetarian pertama kali mencoba Durian, dalam bentuk Durian Fruit Ice Cream. Kate bilang rasanya seperti susu atau tahu basi. Tapi dia menghabiskan ice  cream tersebut.

Saya membaca beberapa artikel luar negeri untuk mencari tahu pendapat tentang series ini. Kebanyakan berpendapat jika Breakfast, Lunch & Dinner tidak sebagus Ugly Delicious yang juga dibawakan David Chang. Ada yang berpendapat jika series Breakfast, Lunch & Dinner tidak sedalam Ugly Delicious dalam membahas makanan. 

Jujur saja saya belum menonton Ugly Delicious. Mungkin ada dari kamu yang sudah menontonnya? Kalau sudah coba sampaikan di kolom komentar ya.

Becoming

Sumber foto: Netflix.com

Membaca judulnya mungkin kamu sudah tahu tayangan ini akan mengisahkan apa? yup film dokumenter berdurasi satu jam 29 menit ini akan bercerita soal kehidupan setelah tidak menyandang status ibu negara dan perjalanan Michelle Obama melakukan tur ke 34 kota pada 2019 untuk mempromosikan bukunya yang berjudul  sama dengan film dokumenternya.

Pada film ini Michelle juga menemui dan membagi berbagai pesan-pesan inspiratif pada anak muda dan komunitas. Tak lupa disampaikan kisah perjuangannya sebagai kaum minoritas, bagaimana ia bisa menonjol di lingkungan yang kurang menerimanya, dan peran kedua orang tuanya dalam membentuk pribadi Michelle hingga bisa seperti sekarang.

Ada beberapa bagian di mana Michelle menceritakan kisah masa kecilnya di Chicago, remaja, bertemu Barack, dan sampai akhirnya dia bisa menjadi FLOTUS.

Ada beberapa pesan yang saya sukai, di antaranya, ketika ada seorang perempuan muda berkulit hitam bertanya pada Michelle

"Bagaimana caramu sebagai perempuan kulit hitam bertahan dengan situasi yang sering tidak dianggap oleh lingkungan sekitar?"
Jawaban Michelle adalah
"Aku tak pernah merasa tak dianggap. Karena orang tuaku membuatku selalu merasa dianggap. Ibuku membolehkan aku dan kakakku bertanya apapun saat di meja makan. Kita tak bisa menunggu dunia menerima kesetaraan untuk merasa dianggap. Tak akan terjadi dengan satu presiden satu suara. Kau harus cari alat dalam dirimu untuk merasa dianggap dan didengar serta menyuarakannya."
Ada lagi, saat Michelle menghadiri forum diskusi, salah satu perempuan muda bertanya bagaimana kau menghindari stigma bahwa seseorang dikatakan pintar jika ipknya sekian-sekian, berasal dari universitas mana, dan sebagainya (Melihat sesuatu hanya dari angka atau statistik). Michelle menjawab:

"Hal yang membuatmu lebih sekadar dari statistik yaitu saat kau melihat dirimu lebih dari sekadar statistik dan mulai berpikir siapa dirimu? apa yang kau pedulikan? apa yang membuatmu gembira? lihatlah kekuatan dari kisah hidupmu"

Alasan lain mengapa film dokumenter Becoming ini bagus, tidak hanya fokus menceritakan perjalanan hidup Michelle Obama, tapi juga diceritakan beberapa anak muda yang terinspirasi setelah membaca buku Becoming dan mereka jadi lebih termotivasi untuk menata masa depan meski mereka termasuk kaum minoritas di Amerika Serikat.

Saran saya, baiknya film dokumenter ini jangan dihapus di My List kamu meski sudah menontonnya. Percayalah, film ini tidak membosankan untuk dinikmati berkali-kali (saya sendiri sudah menontonnya dua kali). Jika kamu sedang butuh motivasi, saya rasa film ini bisa membuatmu bangkit dan lebih kuat lagi. Cobain, deh :)

Baca juga: 5 Buku untuk Perempuan Rayakan International Women's Day!

Unorthodox

Sumber foto: https://fashioncommentator.com/

Sebelum akhirnya saya menyaksikan miniseri ini, beberapa teman saya sudah menonton dan memamerkannya di Insta Story mereka hehehe. Jujur, pas baca judulnya, saya pikir ini film yang agak seram dan membahas kefanatikan suatu agama. Yang kedua benar sih, tapi ngga seseram yang saya bayangkan.

Singkatnya, miniseri yang terdiri dari 4 episode ini mengangkat kisah seorang perempuan pemberani (Esther Saphiro atau yang dipanggil Esty) usianya 19 tahun yang tidak mau terkungkung dengan segala tradisi dan aturan yang ada dalam keluarganya maupun keluarga suaminya yang menganut agama Yahudi fanatik.

Yang saya suka, film ini setidaknya menyampaikan pesan bagi penontonnya, khususnya kaum perempuan untuk berhak menentukan pilihan dalam hidupnya.

Ada satu adegan dalam episode ketiga di mana ibu mertua Esty datang ke rumahnya dan memberikan sebuah benda yang bisa digunakan untuk mempermudah Esty berhubungan badan dengan suaminya. Di film diceritakan Esty mengalami vaginismus.

Ibu mertuanya bilang jika Esty harus melayani anaknya di atas ranjang, (suaminya Esty bernama Yanky Saphiro)  dengan sebaik mungkin layaknya seorang raja. "Kau harus mengatasi ini sebelum anak itu hilang percaya diri. Kau harus membuatnya merasa seperti raja."

Nah, yang saya suka Esty bilang kalau suaminya adalah raja, berarti dia juga ratu. Di mana maksudnya Esty juga berhak diperlakukan sama dengan Yanki Menurut saya ini dialog yang mencerminkan kesetaraan  dalam pernikahan.

Belum lagi pesan-pesan tersirat di mana Esty menjadi sosok perempuan kuat dan nekat untuk pergi meninggalkan suami, nenek, bibi, dan ayahnya yang tergabung dalam komunitas Satmar Hasidic (Komunitas  cabang Yahudi Ortodoks di Williamsburg, Brooklyn, Amerika Serikat). Esty memilih tinggal di Jerman demi melihat tempat berbeda dan berusaha mengejar kecintaannya terhadap musik.

Menurut saya Shira Haas sangat bagus memerankan peran Esty yang digambarkan sebagai perempuan kaku, polos, kuat, berani mendobrak nilai-nilai yang dipercayai dan mencoba hal-hal baru serta mempertanyakan banyak hal. Sangat bertolak belakang dengan suaminya Yanky Saphiro yang pasrah, penakut, sangat patuh pada orang tua, dan agama Yahudi yang dipercayai.

Unorthodox bakalan mengaduk-ngaduk emosi penontonnya sih. Kalau saya, geregetan melihat  Yanky, yang manut-manut aja sebagai laki-laki yang punya akal dan perasaan :(

Maaf kalau saya ngga menyampaikan jalan cerita dari ke empat tayangan Netflix di atas. Karena sesungguhnya sinopsis bisa kamu cari di Google, ya. Selamat menonton dan kalau ada rekomendasi tayangan Netflix yang seru selain horor dan thriller, kasih tahu saya ya di kolom komentar :)


  • 22 Comments

Hari ini 8 Maret menjadi hari yang sangat spesial untuk para perempuan di seluruh dunia. Ya, sesuai judul tulisannya, hari ini merupakan Hari Perempuan International. Kalau kamu mau tahu sebenarnya apa sih Hari Perempuan International itu? Well, kamu bisa dengan mudah kok mencarinya di internet. 

Di tulisan ini saya tidak akan menjelaskan hari penting bagi perempuan ini. Tapi saya akan fokus memberikan rekomendasi 5 bacaan untuk perempuan di Women's International Day di tahun 2020. 

Saya paham, memang minat baca orang Indonesia masih kurang, jadi mungkin tulisan ini hanya akan di klik oleh orang-orang yang suka membaca saja, orang yang aware dengan pentingnya kesetaraan perempuan, atau orang yang suka dengan buku yang saya akan sampaikan nanti. Apapun alasannnya, semoga kamu bisa mendapatkan inspirasi dan tergerak untuk membaca utuh buku-bukunya. Lima
 buku ini merupakan versi terjemahan bahasa Indonesia ya. 

Oh iya, buku ini tidak dimaksudkan bahwa buku yang nomor satu adalah yang paling saya sukai. Jadi tidak ada makna tertentu dari urutan buku yang ada di dalam tulisan, karena kelima buku di atas, memiliki makna tersendiri bagi saya. 

IAM Malala- Malala Yousafzai dan Christina Lamb
Source:  Cnbc.com

Buku yang judul lengkapnya adalah I am Malala Menantang Maut di Perbatasan Pakistan - Afganistan ini sebenarnya belum selesai saya baca. Tapi saya merasa perlu dimasukkan ke dalam list bacaan untuk perempuan di Women's International Day kali ini, karena Malala bisa kita jadikan contoh perempuan inspiratif. 

Malala lahir di Pakistan, tentu tidak akan menyangka jika diumurnya yang ke 15 ia tertembak di kepala oleh salah satu pemuda yang tergabung dengan Taliban. 

Malala ditembak, karena dia berani menentang Taliban yang melarang anak-anak perempuan untuk sekolah. 

Setelah kejadian itu, bukan membuatnya takut, Malala  terus menyuarakan semangatnya dan nilai-nilai perjuangannya terkait pendidikan bagi perempuan baik di Pakistan maupun di seluruh dunia. 

Di usia 17 tahun, ia sudah  meraih “Nobel Peace Prize”. Belum lagi ia juga mendirikan Organisasi Non-Profit-Malala Fund untuk membela pendidikan khususnya bagi anak perempuan.  

Keberanian Malala untuk berbicara di depan banyak orang melawan ketidakadilan dibidang pendidikan, tidak terlepas dari peran sang ayah yang sangat peduli dengan pendidikan untuk anak perempuan dan juga laki-laki. 

Saya ketika membaca bab demi bab buku ini menjadi seperti diingatkan harus lebih banyak bersyukur bahwa saya bisa dengan mudah mendapatkan akses pendidikan tanpa ada rasa takut dan bisa bersekolah di tempat yang baik.   

Becoming Michelle - Michelle Obama

Source: https://abc7chicago.com/

Buku yang ditulis sendiri oleh istri Barack Obama ini terbagi dalam 3 bagian. Pertama Becoming Me, yang menceritakan tentang kehidupan masa kecil hingga Michelle muda. 

Dibagian ini, terlihat jelas jika orang tua Michelle sangat berperan membentuk karakter kedua anaknya, Craig (kakak laki-laki Michelle) dan Michelle sendiri. Orang tuanya mengajarkan keduanya  untuk belajar bertanggung jawab terhadap apa yang mereka pilih. 

Selalu mengajak berdialog akan banyak hal. Orang tua mereka tidak pernah melarang anak-anaknya untuk bertanya akan hal-hal apapun. 

Salah satu nilai didikan yang diterapkan ibunya, Marian Robinson termasuk orang yang tidak cepat berprasangka dan ikut campur terhadap masalah yang dialami Michelle dan Craig. Ibunya lebih mengamati suasana hati anak-anaknya dan memberikan solusi jika dirasa perlu. 

Jika anak-anaknya melakukan sesuatu yang hebat, ibunya tidak segan memberikan pujian yang cukup agar anak-anaknya tahu bahwa ibunya senang akan perbuatan mereka, tapi tidak pernah memanjakannya. 

Kehidupan masa kecil Michelle, membuatnya sadar bahwa ia harus menjadi murid yang unggul demi masa depan yang lebih cerah, karena kondisi sosial ekonomi yang sangat mengintimidasi orang berkulit hitam, seperti dirinya. Mungkin ada yang belum tahu, kalau Michelle mendapatkan dua gelar dari universitas Ivy League!

Dibagian kedua, Becoming Us yang fokus menceritakan hubungan Michelle dengan Barack sampai akhirnya mereka menikah dan punya dua anak perempuan, Malia dan Sasha. 

Dibagian ini yang paling menarik bagi saya adalah bagaimana perjuangan Michelle dan Barack untuk sama-sama saling menjaga hubungan yang harmonis dikala keduanya sangat sibuk mengejar karier masing-masing, Barack yang fokus pada karier politiknya dan jarang bisa bertemu dengan keluarganya. Sementara Michelle berada diposisi yang cukup baik di Universitas Chicago tapi juga harus membagi waktu untuk mengasuh kedua anaknya. 

Di bagian Ketiga, Becoming More. Ini lebih fokus ke kehidupan setelah Barack Obama terpilih menjadi POTUS (President of The United States). 

Bagaimana Michelle harus bisa beradaptasi terhadap peran barunya sebagai FLOTUS (First Lady of The United States) dan masa transisinya menuju kehidupan sebagai rakyat biasa setelah masa suaminya selesai. 

Kalau diperhatikan di bukunya ini, jelas Michelle sangat berhasil mencuri perhatian publik di seluruh dunia, bukan hanya karena ia sebagai first lady dan berkulit hitam tapi, ia dikenal sebagai fashion icon, supermom, dan feminist yang sangat menginspirasi. 

Kelana - Famega Syavira Putri

Source: mediaindonesia.com

Apa yang ada di benak kamu kalau ada seorang perempuan yang melakukan solo traveling menuju beberapa negara selama selama 4,5 bulan melewati 18 negara dan 44 kota  dengan tujuan akhir Afrika, dan yang paling hebatnya ini dilakukan dengan mostly perjalanan darat dan laut!

Kagum banget pasti sama Mba Famega Syavira Putri. Kalau kebanyakan perempuan (nggak semua lho ya) paling males panas-panasan, jalan kaki berkilo-kilo, males desek-desekkan sama penumpang lain, tapi kalo Mba Famega beda, sis!

Kalau menurut saya, buku 264 halaman ini bukan cuma menceritakan ciri khas masing-masing daerah yang dia singgahi, tapi diceritakan juga bagaimana ia berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Pembaca juga ngga cuma terhanyut dalam kisah perjalanannya aja, tapi kita juga bisa ngambil nih tips-tips penting jika mau traveling sendirian, khususnya buat kaum hawa.

Kayak misalnya, Mba Famega melakukan hitchiking (menebeng mobil orang) untuk menghemat uang, bagaimana cara mengandalkan aplikasi Couchsurfing untuk menginap di daerah yang dia kunjungi, jangan asal kasih tahu tempat menginap pada orang asing, dan lain-lain bagi perempuan. 

Enaknya lagi, buku ini ngga tebal kok. Bisa kamu baca sehari dua hari karena cerita yang disampaikan pendek-pendek, tapi kita tetap bisa menikmati.

Menurut saya, buku ini mengajarkan pembacanya jika melakukan solo traveling tidaklah semenakutkan itu, asalkan kita bisa dengan cermat melakukan riset terhadap daerah yang ingin dituju, selalu waspada, jangan pernah malu untuk bertanya, mempersiapkan segala kebutuhan dengan matang, dan yang tidak kalah penting adalah harus siap mengalami berbagai kejutan selama di perjalanan. 

Baca juga: Weekend Reading List

A Feminist Manifesto: Kita Semua Harus Menjadi Feminis-Chimamanda Ngozi Adichie


Source:  https://www.chimamanda.com/

Judulnya sangat to the point. Buku ini sangat membantu bagi siapa saja yang ingin paham sekilas tentang feminis. Seperti yang kita tahu di seluruh dunia termasuk negara maju pun masih ada yang namanya ketidaksetaraan gender di berbagai bidang.  

Buat saya yang sampai saat ini masih belajar untuk memahami konsep feminis, buku ini sangat apik memberkan contoh konkret penerapan feminis di kehidupan sehari-hari. 

Misalnya, dalam membesarkan anak, bukan hanya diberatkan pada ibu saja, tapi ayah juga perlu berperan sama besarnya seperti ibu, kecuali ketika menyusui.

Kemudian, misalnya keahlian memasak, bukan hanya kemampuan yang harus dimiliki perempuan saja, tetapi laki-laki pun harus bisa melakukannya, karena memasak adalah skill bertahan hidup. 

Ada 15 poin yang bakal kita peroleh di buku ini untuk mengajarkan anak-anak kita menjadi feminis. 

Meghan A Hollywood Princess- Andrew Morton

Source: https://www.elle.com/

Buku ini ditulis oleh penulis buku Biografi Princess Diana, Andrew Morton. Ada 14 bab yang diceritakan di dalamnya. Mulai dari asal-usul orang tua Meghan Markle, Meghan kecil, remaja, dewasa, perjalanan karier Meghan, asal mula blog-nya (this part it's my favorit), pernikahan pertamanya, pertemuannya dengan Harry hingga ia menjadi Duchess of Sussex. 

Yang saya kagumi dari sosok Meghan Markle, selain karena memang dia sangat peduli dengan isu-isu gender, menerapkan gaya hidup sehat, pernah punya blog, ia juga sosok pekerja keras!.

Kalau kamu baca bukunya, kita bakal tahu betapa sulitnya dia bisa menjadi aktris yang dikenal banyak orang. Ditolak banyak audisi, diremehkan banyak orang, bahkan ia juga sempat mengalami krisis kepercayaan diri terkait asal usul keluarganya yang african-american.

Ibunya, Doria Rogland, sangat berperan besar menerapkan nilai-nilai hidup bagi Meghan. Di usia dua tahun dia harus menerima kenyataan jika orang tuanya harus bercerai.

Tapi Meghan selalu diingatkan oleh ibunya, untuk terus menjadi drinya sendiri, tetaplah bangga dengan asal usulnya, dan jangan mudah menyerah untuk menggapai apa yang diinginkannya. 

Jujur saja, setelah selesai membaca buku ini, saya jadi merasa bahwa Meghan menang pantas menjadi pendamping Pangeran Harry. Bukan hanya cantik dan elegan, tapi ia juga cerdas, pandai memosisikan diri dibanyak situasi, dan cukup memperhatikan isu-isu sosial. 

Kelima buku untuk Perempuan di Women's International Day di atas, bisa kamu beli di Gramedia online atau di tokonya. Tapi untuk buku A Feminist Manifesto: Kita Semua Harus Menjadi Feminis sepertinya sudah tidak ada di toko buku. Saya beli buku tersebut di Shopee. 

Selamat membaca!


  • 1 Comments
Source: Pinterest.com /  creativemarket.com

Liburan natal dan tahun baru 2020 yang baru saja dilewati saya habiskan dengan  lebih banyak berkumpul bersama keluarga. Dan senangnya lagi, tidak ada deadline dari kantor. YEAAAYYYY! Saya jadi lebih tenang hehehehe. 

Sebelum liburan panjang kemarin, saya memang sudah membuat jadwal apa saja yang akan saya lakukan selama 10 hari tersebut. 

Beberapa di antaranya adalah menyelesaikan serial Netflix, menyelesaikan tulisan yang ada di blog, dan membaca beberapa buku serta blog dari beberapa orang untuk mencari inspirasi. 

Di hari-hari awal masuk kerja seperti saat ini, saya yakin ada sebagian dari kamu yang belum aktif bekerja atau bahkan memperpanjang waktu libur dengan mengambil cuti. 

Untuk menyiapkan jiwa, raga, dan juga otak untuk mulai bekerja di hari senin besok, 4 buku di bawah ini bisa kamu nikmati sambil leye-leye di kasur atau sofa, check it out!

Kelana - Famega Syavira Putri 


Buku ini saya rekomendasikan untuk kamu baca di weekend yang masih santai ini karena bisa dengan cepat menyelesaikannya. Ukuran bukunya tidak terlalu panjang dan tidak terlalu tebal karena hanya 264 halaman saja. Bahkan bisa kamu baca diperjalanan jika weekend ini berencana untuk keluar. 

Kaum hawa yang punya mimpi untuk bisa berkeliling dunia, tapi masih ragu untuk melakukannya, saran saya coba baca buku ini terlebih dulu. 

Secara ringkasnya, buku bersampul warna ungu dan putih ini bercerita soal Famega Syavira Putri yang melakukan perjalanan solo lebih dari 4 bulan dari Indonesia menuju Afrika dengan berkunjung ke 18 negara dan 44 kota menggunakan moda transportasi darat dan laut, lho. 

Perjalanan mba Famega dimulai dari Dumai menuju Malaka, kemudian ke Malaysia, lalu ke Thailand menuju Laos, kemudian lanjut ke Vietnam, lalu Cina, menuju Mongolia, Rusia dan masuk kawasan Eropa. Selain itu, yang membuat saya suka dengan buku ini adalah bagi para perempuan bisa muncul semangat untuk bisa berpergian seorang diri melalang buana ke luar negeri yang sangat jauh dari Indonesia. 

Kamu juga bisa belajar bagaimana survive dan belajar dari pengalaman Mba Famega yang pastinya seru dan challenging. Dalam buku ini seperti diingatkan ketika sang penulis sedang dalam kesulitan di beberapa negara yang ia singgahi, selalu ada bantuan yang datang dari mana saja. 

Dengan cara bercerita yang sangat baik, pembaca pun bisa sekaligus mengambil tips dan trik  berpergian jauh dari Mba Famega, seperti hitchhiking (nebeng) yang aman khususnya bagi perempuan. 

Mengapa Aku Harus Membaca? - Abinaya Ghina Jamela


Meskipun judulnya terlihat simpel tapi jangan remehkan isi bukunya. Ini buku rekomendasi dari Ardan, teman kantor saya. Kata dia menariknya dari buku ini karena yang menulis adalah anak kelas empat SD berumur 9 tahun dan ini bisa menjadi buku parenting yang bagus. Alasannya, serasa disentil oleh tulisan adik Naya ini yang kebanyakan merupakan protes terhadap orang dewasa. 

Salah satu potongan yang menyentil menurut saya, yakni "Katanya membaca itu bikin pintar? Tapi ketika anak-anak menjadi lebih pintar karena membaca, tidak diterima. Mereka (orang dewasa) seperti tidak mau tersaingi oleh anak-anak. Seakan anak-anak yang suka membaca, banyak bertanya, dan menjadi cerewet itu seperti zombie yang akan menggigit mereka. Kan lucu! Tidak semua orang tua, sih! Tapi hampir semua," halaman 5. Membaca buku 116 halaman ini, kamu akan menemukan kejutan-kejutan lain yang ngena di hati orang dewasa. 

Sepeda Merah - Kim Dong Hwa


Buku ini dan Relish (akan dijelaksan setelah ini) direkomendsikan oleh teman saya yang lain bernama Kak Grace. Sepeda Merah karya Kim Dong Hwa merupakan novel grafis yang berasal dari Korea Selatan. Buku ini berisi kisah-kisah pendek tentang kehidupan di sebuah desa Yahwari, dengan tokoh utama tukang pos yang begitu mencintai pekerjaannya dalam berkeliling mengantarkan surat menggunakan sepeda berwarna merah. 

Di desa Yahwari kebanyakan penduduknya adalah orang tua. Sementara anak muda di desa tersebut bekerja merantau ke kota. Menurut Kak Grace meskipun ini cerita sehari-hari dan terkesan sederhana tapi cukup berarti. Lewat buku bercover putih dan merah ini akan ada banyak pesan yang  disampaikan seperti mengajarkan untuk membantu sesama,  menyayangi orang tua, menyantuni para lansia, dan mencintai alam.

 Relish - Lucy Knisley


Relish juga novel grafis dari Amerika Serikat.  Fokus dari buku ini adalah memoar atau cerita hidup Lucy Knisley yang merupakan kartunis yang memiliki kecintaan pada makanan. Buku ini bercerita bagaimana ia sedari kecil, lingkungan keluarga, rumah, dan pola asuh keluarganya hingga dia memliki ketetarikan yang cukup tinggi terhadap makanan. Menariknya, setiap bab disertai dengan resep bergambar. Jujur saja, saya jadi penasaran dengan buku ini hehehe.

Semua buku di atas, menurut saya, Ardan, dan Kak Grace bisa kamu baca di dua hari weekend ini. Buku-buku tersebut sangat ringan dan menarik untuk dibaca. Semoga kamu bisa mendapat inspirasi setelah membacanya ya.  Saran saya, siapkan kudapan lezat atau secangkir teh atau kopi untuk 'melahap' buku-buku tersebut.

Happy reading and happy weekend!

Baca juga:
Enggak Ada Alasan Buat Malas Baca Buku. Karena Ada 6 Cara
  • 0 Comments

Saya sudah lama sekali tidak menulis review buku yang saya baca. Memang sepertinya harus mulai nulis lagi hehehe. Nah kebetulan sahabat saya yang bernama Ines Pratiwi beberapa waktu lalu sempat minta saya untuk me-review buku terbarunya yang berjudul Step Forward to Hijrah.

Dari judulnya saja kamu pasti sudah tahu kan buku tentang apa yang ditulis oleh Ines? :)

Setelah saya baca buku Ines yang berisi 307 halaman dan saya baca kurang lebih dua minggu (maaf saya bacanya pas di jalan kantor dan pulang kantor, hehe). Dalam buku yang ditulis Ines karena terinspirasi dari pengalaman pribadinya maupun kisah-kisah dari teman-temannya ini menambah pengetahuan akan Islam.

Ines berusaha menyampaikan sudut pandangnya terkait apa itu hijrah dan bagaimana ia mengalami proses Hijrah itu sendiri.

Beberapa bagian yang menggugah hati saya ketika membaca buku Ines ada beberapa bagian:

  1. Pada bagian prolog halaman 13. Dikatakan jika Allah SWT memberikan dua janji kepada orang-orang yang berhijrah. Pertama Allah menjanjikan tempat hijrah yang luas. Namun bisa yang dimaksud tempat yang luas ini bukan makna sesungguhnya. Tapi bisa berupa hijrah untuk pindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya dan ia mendapatkan rezeki yang lebih baik.  Janji kedua mendapatkan rezeki, namun yang dimkasud rezeki di sini bukan materi atau harta.  Tapi bisa jadi kenikmatan Allah yang lain.
  2. Ines juga membantu saya (pembaca) dalam memahami apa itu perbedaan jilbab, hijab, dan kerudung. Mungkin ada dari kamu yang masih menganggap jika jilbab, hijab, dan kerudung adalah sama. Saya pun sebelum membaca buku ini menganggap 'mereka' adalah sama. Jilbab merupakan kata yang diambil dari bahasa Arab yang artinya pakaian yang panjang dan    longgar serta menutup semua aurat wanita kecuali wajah dan telapak tangan. Sementara hijab    lebih kepada bagaimana cara berpakaian yang baik dan benar menurut syariat Islam. Dalam      Al-Quran juga disebutkan jika arti dari hijab merupakan penutup seperti kelambu, tirai, dinding, papan, dan penutup lainnya. Bagaimana dengan kerudung? Kata ini berasal dari Bahasa Indonesia yang memiliki arti sama dengan Khimar yang memiliki arti penutup bagian kepala, leher sampai dada. Sudah paham perbedaan ketiganya, bukan? 
  3. Ines pada bukunya halaman 19-25 juga menyampaikan bagaimana ya memakai jilbab sesuai      syariat Islam (jilbab syar'i) yang ia ketahui dari Al-Quran dan Hadist.a. Menutup seluruh anggota badan kecuali telapak tangan dan wajah. b. Tidak difungsikan sebagai perhiasan c. Bahannya Tebal, tidak transparan, dan tidak ketat. d. Pemakaiannya ditujukan bukan untuk mencari popularitas atau sebagai ajang gengsi
  4. Ines juga menyampaikan beberapa pandangan dari orang-orang di sekitarnya seperti teman-temannya yang menganggap saat ia memakai hijab tampilannya jadi lebih tua atau lebih dewasa, enggak pantas, menjadi kurang cantik dan lain sebagainya.Belum lagi cibiran orang-orang pada Ines yang menganggapnya sama dengan perempuan-perempuan lain yang suka lepas pakai hijab. Tapi Ines selalu berusaha istiqomah dan tetap teguh pada pendiriannya jika ia  mantap berhijab Syar'i. Yang utama dalam hijrah menurut Ines adalah proses dan istiqomah. 
  5. Ines juga membuktikan orang-orang yang tidak suka dengan dirinya lewat prestasi.Terbukti Ines menjadi juara di beberapa kompetisi maupun kelas yang ia ikuti serta telah          mengeluakan banyak karya seperti juara terbaik Fashion Show Pinky Hijab, sempat menjadi    host  acara Oase Pagi Kompas TV. Sementara karya yang Ines telah buat seperti menulis            beberapa  buku dengan judul Mutiara Langit yang berisi kumpulan puisi dan renungan bagi Muslimah. Ada pula buku Natural Beauty, Travel in Style Belitung Island, dan Willy Anak Desa. 
Saya setuju dengan Ines, kita tak perlu lah membalas cibiran orang maupun perbuatan jahat seseorang pada kita. Tunjukkan saja prestasi agar orang-orang negatif tersebut tidak lagi menganggap kita remeh. 

Saya juga suka salah satu kutipan yang ada di buku ini: 
          Hijrah itu mudah, yang sulit istiqomah setelah berhijrah- Unknown (Hal. 156)
Terima kasih saya ucapkan pada Ines yang sudah mempercayakan saya untuk mengulas karya terbarunya Step Forward to Hijrah. Saya doakan semoga tujuan dari terbitnya buku ini, yakni untuk memberikan inspirasi bagi pembacanya bisa terlaksana. Dan pembaca yang lain bisa menyerap ilmu dan pesan sebanyak-banyaknya dari buku sahabat saya, Ines. 

Bagi kamu yang mau membeli buku Ines bisa di Instagramnya di @inescollection.id. Kalau kamu juga masih penasaran dengan review buku Ines Step Forward to Hijrah bisa tonton dulu ya video Youtubenya dan jangan lupa subscribe channel Youtube Ines ya. Pesan ku, terus berkarya ya Ines dan tetaplah menyebarkan inspirasi bagi muslimah lainnya. Good luck :D

Buku "Step Forward to Hijrah"
Jenis buku : Novel Inspiratif
Based on True Story
Author : Ines Pratiwi
Publisher : Diandra Creative



  • 1 Comments


Ayo siapa di antara kamu yang masih suka membaca koran sampai sekarang? Kalau ada, sama dong kayak saya. Kamu mungkin bertanya, kenapa sih saya masih suka membaca koran dan tidak memanfaatkan gawai saya saja untuk mendapatkan informasi yang up to date? 

Alasannya sebenarnya sederhana saja. Saya kadang merasa kasihan sama mata saya yang harus dipakai buat melihat terus menerus smartphone dan laptop. Kamu pasti tahukan kalau didua benda itu di dalamnya ada yang namanya sinar biru? 

Kalau belum tahu, coba saya jelaskan. Berdasarkan penjelasan dari situs kesehatan Hello Sehat sinar biru atau blue light adalah sinar tampak dengan panjang gelombang pendek, sekitar 415 hingga 455 nm, dan tingkat energi yang tinggi.  Sinar ini mempunyai energi yang masih cukup kuat dan bisa merusak retina bila mata kita terkena secara terus menerus dalam waktu lama.Sumber alami dari sinar biru berasal dari matahari. Selain matahari, sinar biru juga berasal dari berbagai layar digital, seperti layar komputer, laptop, televisi, maupun smartphone dan peralatan elektronik lainnya untuk meningkatkan keterangan dan kejelasan layar.

Apa saja sih bahaya dari sinar biru? Setidaknya ada 3 nih efek negatifnya.

Menyebabkan kelelahan pada mata

Terlalu banyak melihat laptop/komputer, smartphone, dan televisi lama kelamaan bisa membuat mata menjadi lelah yang ditandai dengan mata iritasi dan kering, sakit kepala, leher, hingga punggung, pandangan yang kabur, dan susah fokus. Apa kamu merasakan tanda-tanda tersebut? Kalau iya, itu tandanya mata kamu lelah karena efek dari paparan sinar biru.

Merusak siklus tidur alami

Dampak dari sinar biru juga bisa memengaruhi siklus tidur kita lho. Hal ini dikarenakan sinar biru bisa mengganggu produksi melatonin--hormon yang membantu mengatur siklus tidur. Otak seseorang mulai memproduksi melatonin ketika tubuh siap tidur dan sinar biru dari smartphone bisa nih mengganggu proses produksi tersebut. Bila siklus tidur terganggu, bakal memengaruhi kesehatan mulai dari gangguan memori, obesitas, maupun gangguan genetik.

Kerusakan retina

Bila mata terpapar sinar biru terlalu sering menyebabkan retina menjadi rusak. Retina yang rusak disebabkan sinar biru, akan memicu hilangnya penglihatan sentral, yakni kemampuan untuk melihat apa yang ada di depan mata kamu.

Nah, sekarang udah tahukan soal sinar biru. Balik lagi ke topik utama dari tulisan saya ini. Kira-kira kenapa sih saya masih suka ‘menikmati’ koran dibandingkan media lain?

Lebih ‘ramah’ mata

Koran menjadi media informasi yang cukup ‘ramah’ mata. Indera penglihatan kita enggak dituntut untuk bekerja keras buat menghadapi sinar biru. Saya bekerja sebagai content writer sangat bergantung pada laptop. Kerja kurang lebih 8 jam di depan laptop dan diselingi sama main henpon pas jam istirahat, sore hari, dan malam hari. Enggak kebayang dong, banyak banget nih paparan sinar biru ke mata tiap hari. Makanya biar mata saya istirahat dari sinar biru, saya alihkan dengan salah satunya baca koran atau buku fisik. 

Lebih lengkap dan jelas

Kadang di pagi hari orang tua saya nonton TV sambil sarapan pagi. Nah, kadang saya juga ikutan ‘nimbrung’ nonton kalau tertarik sama berita yang lagi disampaikan. Dari situ kan saya jadi tahu berita terbaru. Sayangnya kalau di TV enggak bisa selengkap di koran, karena dibatasi sama yang namanya durasi. Dengan baca koran kita bisa tahu lebih jelas dan detil soal sebuah informasi. Karena biasanya berita di koran itu enggak cuma bersumber dari 1 narasumber saja, tapi bisa dua atau tiga narasumber yang makin melengkapi si berita yang ditulis oleh wartawan koran. Di aplikasi portal berita juga bisa sih dicari, tapi mereka cenderung enggak lengkap karena emang media online itu sebisa mungkin tulisan jangan terlalu panjang, karena bisa bikin pembacanya bosan dan matanya jadi cepat lelah. 

Menambah referensi kosakata

Kalau enggak salah, saya tahu ada kata ‘gawai’ itu gara-gara saya sering baca koran langganan kampus. (2015-2016 saya sempat kerja di kampus saya sendiri, yakni Universitas Mercu Buana sebagai staf humas). Nah, saat itu sesekali saya juga mengerjakan kegiatan media monitoring untuk memantau publikasi apa saja yang dimuat oleh media tentang Mercu Buana. Biasanya, saya melakukan media monitoring sehari setelah kampus menyelenggarakan acara besar. Dari situlah, saya sering baca koran. Dulu pas masih kerja di Mercu Buana, saya suka bawa buku kecil, buat mencatat istilah-istilah kata yang saya enggak tahu dan mencari artinya. Apalagi kalau baca bagian Politik dan Hukum, banyak istilah yang saya enggak paham.

Membangun kebiasaan membaca

Kebiasaan membaca bukan berarti kita harus baca buku saja. Tapi, bisa juga dengan membiasakan diri membaca koran. setelah saya resign dari kampus, saya sempat berhenti membaca koran dan beralih ke aplikasi berita. Saya sempat men-download beberapa aplikasi media online seperti Detik, Kompascom, CNN Indonesia, dan VOA Indonesia. Tapi saya pikir kalau banyak banget yang di-download menuh-menuhin memori henpon saya saja. 

Baca juga: Enggak Ada Alasan Buat Malas Baca Buku. Karena Ada 6 Cara Atur Waktu yang Bisa Kamu Pilih

Udah gitu, saya sendiri enggak mungkin baca satu-satu kan berita dari aplikasi yang satu dan yang lainnnya. Pastinya itu buang waktu banget. Pernah sih, saya mengakalinya dengan menggunakan dua aplikasi saja, yakni Detik sama Kompascom. Tapi ujung-ujungnya saya cuma baca rubrik-rubrik entertainment. Misalnya, nih kalau di Detik, saya paling suka buka rubrik Wollipop, di mana rubrik tersebut rubrik khusus wanita dan entertainment.

Saya orangnya enggak gila gosip kok, tapi saya itu demen banget ngikutin update-nya Royal Family alias Prince Willam-Kate Middleton dan Prince Harry-Meghan Markle. Hahahah. Keluarga mereka itu memang punya daya tarik banget buat diulas dan bikin banyak orang penasaran sama kehidupan mereka sebagai sosok yang dipuja-puja di seluruh dunia.

Tapi lama kelamaan saya sadar, enggak ada faedahnya saya update info tentang mereka. Toh saya juga enggak bisa seperti mereka. Infonya juga enggak berguna apa-apa buat saya di dunia kerja atau lagi ngumpul sama teman-teman saya. Karena teman-teman saya biasa aja tuh sama Royal Family, saya saja kayaknya yang terlalu ‘fanatik’ sama mereka. Hahahaha.

Untuk waktu baca koran sendiri saya biasanya luangin waktu 30-45 menit setelah selesai dandan di kantor. Jadi sebelum mulai kerja, saya baca koran dulu. Ada beberapa teman-teman saya yang nanya ke saya, kenapa masih suka baca koran. Saya biasanya akan jawab begini “gue kasian sama mata gue karena harus terus lihat laptop sama smartphone tiap hari. Lagian, gue enggak pantes kalau pake kacamata (yang alasan kedua ini becanda J).”

Itu dia alasan kenapa saya masih suka baca koran. Kalau kamu sendiri gimana, apa kamu masih suka membaca koran juga?
  • 84 Comments
Sumber: Pexels.com

Saya tertarik nulis soal waktu untuk membaca buku, karena ini berasal dari pengalaman pribadi. Hehehe.
  • 52 Comments


Kamu ada yang sudah mengenal Podcast? Atau mungkin ada dari kamu yang lebih suka mendengarkan podcast daripada radio? Media suara ini memang belum se-terkenal Blog atau Vlog di Indonesia.  Peminatnya juga belum sebanyak negara asalnya, yakni Amerika. Di negara Paman Sam, podcast sama terkenalnya dengan Youtube. Kebanyakan mayarakat di Amerika mendengarkan informasi di sela-sela waktu dengan mendengarkan podcast. Memang podcast sendiri diproduksi oleh Apple.

Podcast sendiri adalah sebuah platform siaran suara yang sekilas mirip dengan radio, tapi bedanya bisa di-download dari internet dan bisa didengarkan kapan aja yang kamu mau. Podcast atau iPod Broadcast ini juga diartikan sebagai sebuah blog bersuara (atau audio blog). Saat ini podcast bukan hanya terbatas pada suara aja, tapi sekarang video juga bisa, tapi yang lebih popular adalah untuk suara.

Adanya podcast, sebenarnya sangat memudahkan kamu mendengarkan informasi audio yang sesuai dengan kebutuhan. Di podcast juga banyak tersedia jenis kategori yang bisa dipilih untuk bisa didengarkan, misalnya tentang dunia hiburan, olahraga, lifestyle, bahkan bisnis juga ada. Kalau berbicara soal platform untuk podcast, ada banyak yang bisa digunakan baik gratis maupun berbayar. Selain Apple Podcast bawaan aplikasi dari iphone, salah satu platform yang banyak digunakan juga  oleh para podcaster adalah Soundcloud. 

Mungkin kamu udah familiar, sama yang satu ini ya? Saya juga udah tahu soundcloud dari kuliah, buat dengerin cover-an lagu. Ya, dulu Soundcloud memang menjadi salah satu media yang digunakan banyak orang sebagai ajang media sosial buat orang yang suka nyanyi tapi hanya ingin didengar suaranya aja. Hahahaha.

Saya sendiri udah punya podcast dari beberapa tahun lalu sejak kuliah. Tapi enggak pernah diurus hahaha. Buka cuma buat dengerin cover-an lagu yang dinyanyiin sama cowok yang saya suka di kampus. Hahaha. Terus di tahun 2018 ini saya kepikiran buat coba mulai ‘isi’ Soundcloud saya dengan podcast yang ngebahas tentang buku (rencananya sih gitu), tapi enggak tahu kalau sore. *Lah hehehe. 

Jadi, untuk podcast pertama saya ini, saya mencoba membahas novel yang berjudul Resign karangan Almira Bastari. Sekilas tentang buku ini, bercerita tentang satu geng yang terdiri dari 4 orang yang menyebut diri mereka cungpret, alias kacung kampret yang ada di sebuah kantor konsultan di Jakarta yang berlomba-lomba untuk resign duluan dari kantor gara-gara bos mereka yang super nyebelin dan selalu bisa mengendus niatan karyawannya yang mau resign. Kata resign tentu jadi agak sedikit menggelitik karena di luaran sana ada banyak karyawan yang mau resign dari tempat kerjaannya, salah satu alasannya karena bos! hehehe. Soundcloud saya sendiri bernama Eka Rahmawati. Buat kamu yang mau mendengar Soundcloud saya tentang buku Resign, bisa klik di sini.

Jadi, tujuan saya bikin podcast sebenarnya buat memotivasi saya baca buku biar enggak malas. Hehehe. Saya punya kebiasaan kalau abis beli buku baru, enggak langsung dibaca. Jadi, buku baru pada numpuk tuh di lemari. Dengan adanya podcast sebenarnya kayak membuat saya memiliki kewajiban aja buat bikin konten baru. Heheheh. Mudah-mudahan bisa terus konsisten buat bikin podcast baru. Aamiin 😊. 

Untuk membuat podcast yang bagus, memang memerlukan beberapa persiapan yang seharusnya dilakukan, salah satunya adalah membuat script atau naskah. Ya, naskah bukan cuma buat acting aja lho ya, tapi bikin podcast pun juga harus bikin, biar ngomongnya terarah gitu. Di podcast saya yang pertama ini jujur saya enggak pakai script. Saya cuma nulis poin-poin mau ngomong apa, dengan maksud biar terarah kalau ngomong.

Eh tapi pas udah mulai nge-record suara pakai hape, malah enggak sesuai sama yang ada di poin-poin. Hahaha. Tapi saya pikir ya udah enggak apa-apa, namanya juga masih belajar. Saya buat bikin 1 podcast aja ngerekam sampai 4 kali hahaha. Kalau menuntut kesempurnaan di awal, kayaknya karya enggak bakal jadi-jadi. Iya, enggak? Bener apa bener? 😊



  • 9 Comments
Postingan Lama Beranda

About me

Eka-Rahmawati


Eka Rahmawati

"Behind Every Successful Woman, It's Her Self — Unknown


Follow Us

  • instagram
  • Twitter
  • facebook
  • Linkedin
  • pinterest

Banner spot

Blogger Perempuan

recent posts

Labels

Belajar Bareng Buku & Film Cooking digital agency Healthy Kecantikan Kelas Penyiar Indonesia Lomba blog Makan Melancong Produk Lokal Review

Popular Posts

  • Kenalan dengan InShot, Aplikasi Edit Video untuk Pemula yang Mudah Digunakan
  • 7 Langkah Perawatan Wajah yang Wajib Dilakukan Perempuan
  • Senangnya Jadi Narablog di Era Digital

My Portfolio

  • SEO Content Writings
  • Other Writing

Arsip Blog

Eka Rahmawati. Diberdayakan oleh Blogger.

Pageviews

instagram

Created By ThemeXpose | Distributed By Blogger

Back to top