Semilir Ecoprint Angkat Sustainability, Women Empowerment, dan Warisan Budaya di Produknya

Sumber: https://cerdasbelanja.grid.id/

Saya terkagum-kagum saat membaca profil singkat dari Alfira Oktaviani. Gimana tidak, seorang ibu dan lulusan apoteker Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta ini menggagas UMKM bernama Semilir Ecoprint di Yogyakarta dengan mengangkat berbagai manfaat bukan hanya untuk bisnis tapi juga lingkungan, pemberdayaan perempuan, dan mengharumkan warisan budaya. 

Sebelum membahas lebih jauh, mungkin ada yang belum familiar dengan apa itu ecoprint. Jadi arti dari kata ecoprint terbagi dalam dua kata. Eco atau ekosistem yang memiliki makna lingkungan hayati maupun alam. Sedangkan print artinya cetak. 

Mekanisme dari sistem ecoprint adalah menjiplak dedaunan, bunga, dan tumbuhan lain lalu merebusnya demi mendapatkan warna dan pola alami pada tekstil.

Ecoprint sendiri teknik yang berasal dari Australia. Di negara kangguru, kebanyakan tanaman yang tumbuh di sana adalah eucaliptus yang biasanya bisa menghasilkan warna hijau, kuning hingga hitam. Sedangkan ecoprint di Indonesia bisa menghasilkan banyak warna dan bentuk pola, karena negara kita adalah negara tropis yang memiliki banyak tanaman beragam. 

Selain itu, media yang digunakan bukan hanya kanvas tapi ecoprint bisa diterapkan pada karung goni dan kain lantung. 

Data Soal Masalah Limbah Pewarnaan

Sebenarnya sudah banyak pengusaha tekstil yang mengetahui akan bahayanya limbah tekstil khususnya pewarnaaan.  Namun, sayangnya, masih sangat sedikit yang mau beralih ke pewarna alami. Data Kementerian Perindustrian dari 300 perusahaan tekstil hanya 10%-nya saja yang menggunakan bahan baku alami.

Selain itu, banyak perusahaan membuang sisa pewarnanya ke sungai seperti Citarum. Dari data Indonesia Country Water Assessment tahun 2016, salah satu alasan sungai di Jawa Barat banyak yang tercemar disebabkan dari industri tekstil di Jawa Barat. Diperkirakan ada 68% industri tekstil  di hulu Citarum. 

Memangnya seberapa bahaya limbah pewarna tekstil konvensional? Zat ini mengandung senyawa AZO yang tergolong sulit terurai dan mengandung logam berat. Jadi, jika dibuang ke sungai akan banyak membahayakan ekosistem makhluk hidup lain. 

Beberapa contohnya bisa menyebabkan perubahan DNA sel (mutagenik), bayi terlahir cacat yang disebabkan kelainan perkembangan janin (teratogenik), tumor, iritasi, kanker, dan kematian.

Nah, melihat beragamnya bahaya yang ditimbulkan, maka penerapan dari ecoprint ini bisa menjadi jalan keluar untuk mengurangi penggunaan kimia berbahaya dan pewarna sintetis dalam proses produksi kain. 

Kenalan dengan Semilir Ecoprint 

Brand eco fashion saat ini sudah mulai banyak yang bermunculan. Hal ini karena sudah bertambah luas orang yang mengerti bahwa dalam sepotong pakaian ada berapa banyak sumber daya yang dikorbankan. 

Alfira Oktaviani atau yang akrab disapa Fira membuat Semilir Ecoprint pada 2018. Tujuan dari Fira membentuk Semilir Ecoprint selain sebagai wadah untuknya menuangkan minatnya pada dunia seni dan fashion ia juga ingin sekali berkontribusi membuat brand fashion yang ramah lingkungan dan sustainable di tengah brand fast fashion yang ada di Indonesia. Teknik yang digunakan juga tidak biasa yaitu ecoprint dan pewarna alam. 

Bermodalkan Rp500 ribu dan skill yang dimiliki, Fira bertekad untuk memulai bisnis fashion ecoprint ini. Apalagi penerapan bisnis ini tidak menghilangkan sama sekali ilmu apoteker yang dimilikinya. Berkat mata kuliah morfologi tumbuhan, teknik kimia, dan manajemen bisnis yang dipelajari saat kuliah ternyata sangat berguna dalam memulai usaha dan mengembangkan bisnis Semilir Ecoprint ini.

Sumber image: https://rejogja.republika.co.id/

Apa saja yang diproduksi oleh Semilir Ecoprint? Saat ini tersedia tas wanita, pouch, passport case, book cover, baju, syal, dompet maupun homedécor yang diperuntukkan bagi wanita perkotaan usia di atas 25 tahun dan memiliki kelas ekonomi A serta menjalani gaya hidup ramah lingkungan serta menyukai produk handmade dan lokal.


Apa sih yang membuat produk Semilir Ecoprint begitu spesial? Salah satunya karena hasil Semilir Ecoprint memiliki motif dengan warna khas seperti earthy-pastel yang jelas. Motifnya dibuat dari cetakan asli dari warna daun atau tumbuhan yang digunakan, kemudian harus melalui proses pemanasan, kemudian kukus selama dua jam. 

Warna yang dihasilkan juga beragam. Mungkin yang kita tahu mostly daun akan mengeluarkan warna hijau dan kuning. Namun, lewat ecoprint bisa memunculkan warna yang lebih variatif seperti ungu, merah, dan lain-lain. 

Dengan teknik ecoprint maka karya yang dihasilkan tidak pasaran karena tidak bisa ditiru sama persis dengan aslinya. Menariknya lagi Semilir Ecoprint mengangkat warisan budaya Indonesia pada salah satu produknya yaitu menggunakan media kulit kayu lantung dari Bengkulu. Jadi, yang tadinya motif dibuat dalam selembar kain, tapi ini dilakukan di kulit kayu lantung.

Kelebihan lainnya ada budaya, cerita, dan bentuk yang berbeda dari tiap jenis dedaunan, musim, dan faktor lingkungan lainnya. Dengan begitu  pola dan warna yang dihasilkan punya cerita, budaya, dan bentuknya sendiri.

Mengenal Kulit Kain Lantung 

Sekilas soal kulit kain lantung. Ini sudah menjadi bagian dari masyarakat Bengkulu. Singkatnya kain atau kayu lantung digunakan untuk pakaian  atau pelindung di zaman perjuangan melawan penjajah Jepang.  Alasannya karena kulit kayu lantung memiliki permukaan yang kuat dan tidak mudah rusak  layaknya kain kebanyakan.

Di masa kemerdekaan, peran dari kain lantung bukan lagi manfaatkan sebagai pakaian, tetapi dikreasikan sebagai kerajinan tangan dengan nilai historis yang tinggi dan legendaris, 

Pohon yang dipilih untuk dijadikan kain lantung adalah pohon yang bergetah dan berusia minimal 10 tahun agar tidak mudah rusak. Agar kulit pohon mudah dijadikan pakaian, bagian yang diambil adalah bagian kulit kedua yang lebih halus dan harus melalui proses pelunakan dan dipukul-pukul dengan tanduk kerbau agar kulit kayu jadi rata, lebar, lembut, dan tipis. Satu pohon bisa menghasilkan 2-3 lembar kain lantung ukuran 1x1 meter.

Karena memiliki nilai sejarah yang kuat, di tahun 2015 kulit kayu lantung dinobatkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia. Melihat hal itu Semilir Ecoprint berinisiatif melakukan inovasi mengubah kayu lantung biasa menjadi produk yang lebih punya nilai jual dan seni tinggi.

Namun, jika flashback sedikit, pemilihan kain lantung datang dari ayahanda Fira yang berasal dari Bengkulu dan memberikan ide untuk menggunakan bahan satu ini pada desain produk Semilir Ecoprint. Fira lalu mempelajari  kulit kayu lantung secara dalam termasuk menggali sejarah dan nilai budayanya.

Hingga kini kulit kayu lantung masih dijadikan suvenir khas Bengkulu dan diandalkan pada acara adat Tabot (tradisi tahunan masyarakat Bengkulu untuk menyambut Tahun Baru Islam).

Konsep Keberlanjutan yang Dijalankan oleh Semilir Ecoprint

Cerita yang tidak kalah menarik. Semilir Ecoprint juga berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat khususnya ibu rumah tangga agar bisa membantu perekonomian mereka agar lebih berdaya. Para ibu rumah tangga diajarkan untuk menggunakan bahan baku yang ditanam sendiri, proses produksi, bagaimana menangani limbah, dan membuat label serta kemasan produk yang ramah lingkungan. 

Khusus untuk limbah contohnya, bekas daun atau tanaman yang dipakai tidak langsung dibuang, tapi digunakan lagi untuk dibuat pupuk.

Kesuksesan Semilir Ecoprint

Sebelum pandemi,  omzet yang bisa diperoleh Semilir Ecoprint bisa mencapai Rp50 juta per bulan. Fira dan tim melakukan berbagai upaya untuk mengenalkan dan memasarkan produk dengan aktif  ikut dalam penyelenggaraan workshop ecoprint, ikut bergabung dalam pameran di seluruh Indonesia, terutama di kota-kota besar. 

Bahkan ada beberapa produk yang diekspor ke beberapa negara besar seperti Afrika Selatan, Amerika, Australia, Jepang, dan Eropa. 

Itu semua bukan hanya memberikan keuntungan finansial semata bagi tim Semilir Ecoprint tapi jauh lebih luas lagi juga berkontribusi dalam pemberian edukasi pada masyarakat terkait teknik ecoprint dan kulit kayu lantung. 

Struggle di Masa Pandemi

Selama pandemi, agar usaha tetap bisa berjalan, Fira sempat pivot untuk membuat produk lain, salah satunya dengan membuat masker, DIY kit supaya orang-orang bisa membuat ecoprint di rumah, dan membuka kesempatan bagi UMKM yang ingin membuat motif ecoprint untuk produknya. 

Pesan yang Disampaikan dalam Desain Ecoprint 

Semilir Ecoprint secara tidak langsung memberikan pesan untuk manusia agar ketika melakukan usaha atau kegiatan apapun mengutamakan keberlanjutan dan menghormati alam, menginspirasi manusia untuk memelihara bumi agar tidak merusaknya, dan menjaga serta menyebarluaskan warisan budaya yang berharga.

Semilir Ecoprint dan Satu Indonesia Award 2022

Dari upaya - upaya yang dilakukan Fira dan tim untuk mengangkat ecoprint dan budaya dari kayu lantung menjadikan benda satu ini memiliki daya tarik tersendiri yang lebih eye catching di mata masyarakat Indonesia sendiri maupun luar negeri

Ditambah adanya sistem keberlanjutan di dalam proses pembuatannya di mana memiliki efek bagi lingkungan dan memberdayakan juga ibu rumah tangga di sekitarnya, menjadikan Fira sebagai salah satu penerima penghargaan SATU Indonesia Awards 2022 di bidang kewirausahaan. 

SATU Indonesia Awards  diselenggarakan sebagai bentuk wujud penghargaan untuk lima pemuda yang telah berkomitmen dan kontribusi luar biasa untuk memberikan dampak dan perubahan positif bagi masyarakat dan lingkungan yang ada di Indonesia.

Jika melihat cerita di atas, tidak heran ya kalau Alfira Oktaviani layak mendapat penghargaan SATU Indonesia Awards 2022. Semoga menjadi inspirasi bagi pemilik usaha lainnya. 

Sumber: 

You Might Also Like

0 comments