Ketika Anak Tunggal Melihat Kehidupan Rumah Tangga

Sumber @Lifestylememory on Freepik

Menulis ini perlu pertimbangan panjang karena tidak bermaksud menyakiti siapapun. Namun, cuma mau jujur dengan diri sendiri dan menuliskan apa saja keresahan yang gue simpan sendiri selama ini. 

Disclaimer dulu lewat tulisan ini gue cuma mau menyampaikan perspektif aja dari apa yang gue lihat sehari-hari di rumah tangga orang tua gue, mendengar curhatan saudara dan teman-teman soal rumah tangga mereka. 

Tulisan ini juga akan menjadi catatan yang mungkin akan terus di-update supaya gue (khususnya) dan siapapun yang membaca tulisan ini bisa sama-sama belajar. 

Rumah tangga di mata gue itu ada dua. Pertama menyiksa dan kedua melengkapi. Menyiksa karena mahligai pernikahan tidak seindah cerita dongeng yang happily ever after. Bahkan yang udah nikah puluhan tahun dan bertahan hingga kini nggak pernah ada yang bilang nikah itu mudah untuk dijalani.

Harus ada kesabaran yang begitu luas untuk saling berkompromi, mengerti, mengalah, mengakui kesalahan, dan memaafkan pasangan. Semua perasaan itu kan nyiksa ya?

Suami istri perlu saling melengkapi satu sama lain. Yang satu diem dan pasif tapi solutif, yang satu adalah orang yang biasa jadi garda terdepan untuk action menghadapi masalah yang ada. 

Inilah beberapa hal yang gue coba pelajari dan pahami terkait rumah tangga:

Istri atau Ibu Harus Punya Penghasilan

Penghasilan yang gue maksud di sini nggak harus selalu kerja kantoran ya. Sekarang kan banyak peluang cari cuan. Misanya jadi affiliate, content creator, virtual assistant, dan lainnya. Ada banyak perempuan di circle gue yang memutuskan untuk tetap kerja atau punya penghasian sendiri. 

Manfaatnya ada banyak menurut mereka, salah satunya nggak bergantung kalau tiba-tiba mau jajan atau beli skincare. Nggak usah nunggu uang bulanan turun dulu. 

Bukan cuma itu. Namanya urusan kesehatan kita nggak ada yang tahu. Bisa jadi hari ini pasangan kita sehat, eh nggak tahunya besok sakit, bahkan amit-amit meninggal mendadak. 

Nah, kalau itu sampe terjadi pas istri punya penghasilan jadinya dia nggak terlalu bingung banget gitu, apalagi kalau udah punya anak. 

Dari yang gue baca dan tonton juga soal pernikahan, diawal menjalin hubungan, sebelum nikah salah satu hal yang juga harus dibicarakan ke pasangan adalah topik ini. Si calon istri yang emang mau tetap kerja, harus bilang di awal, mau tetap punya penghasilan sendiri gimana pun caranya. 

Kayaknya sekarang banyak suami yang ngizinin istrinya kerja juga dan bahkan merasa terbantu karena nggak cuma ngandelin mereka aja. 

Orang Tua Tidak Seharusnya Adu Argumen di Depan Anak

Ada nggak sih anak yang nggak pernah lihat atau mendengar orang tuanya berantem atau adu argumen? Kalau ada, bolehlah dibagiin tipsnya. Hehehe. Buat gue sendiri, setiap dengar orang tua lagi adu argumen kayak males, takut, dan ada imajinasi di kepala gue, kalau gue mau 'kabur' sejenak biar nggak dengerin mereka. Pulang kalau mereka udah baikkan aja. 

Yang nggak enaknya lagi sebagai anak tunggal saat di posisi ini, terkadang kita diminta memilih untuk belain siapa. Kalau gue belain nyokap, bokap protes, begitu sebaliknya. 

Terkadang gue pun juga nggak bisa menengahi, karena jujur menurut gue masalah mereka sepele sebenarnya. Contoh karena pulang terlambat nggak ngasih kabar, terus jadi dipermasalahkan dan lain-lain. Menurut gue itu biasa, tapi menurut nyokap gue itu nggak.

Orang Tua Tanpa Sadar Memunculkan Trauma pada Anak

Nggak bisa bohong, kalau orang tua lagi berantem secara nggak langsung memunculkan trauma bagi gue. Gue orangnya nggak bisa dibentak dan nggak bisa juga denger orang lain ngebentak orang lain. Terngiang-ngiang soalnya. 

Kadang sampe mikir, kok bisa ya yang katanya saling mencintai, mau hidup semati, pas ada masalah bisa sampe segitunya ngebentak orang. 

Percaya pada Insting dan Pendapat Orang Lain Bukan Zodiak 

Gue punya teman yang sangat percaya zodiak. Saking percayanya, kalau dia cerita ke gue soal cowoknya selalu bilang "gue sama dia tuh cocok banget. Cancer sama Pisces cocok dari berbagai hal." Padahal gue, teman-teman lain, plus keluarganya sendiri udah kasih tahu kalo ini cowok ada banyak red flagnya.  

Eh singkat cerita, setelah 8 tahun nikah, temen gue ini akhirnya memutuskan cerai. Ya emang sih jangan salahain zodiaknya. Tapi kalau terlalu percaya sama zodiak ya nggak baik juga. 

Gue pun punya saudara kalau dilihat dari zodiak si harusnya cocok, gemini-aquarius. Eh, tapi kalau main ke rumah curhat muluk lagi berantem sama lakinya dan sebenarnya udah nggak kuat sama pasangannya. Cuma mau cerai juga banyak pertimbangannya, salah satunya karena dia nggak punya penghasilan. 

Pasangan Perlu Menerapkan Me Time untuk Masing-masing

Pernah dengar salah satu isi podcast yang bintang tamunya Ridwan Kamil. Saat ditanya sama hostnya apa sih rahasia pernikahan bisa bertahan hingga sekarang? Nah jawaban dari Ridwan Kamil ini menurut gue boleh juga diterapin. 

Beliau bilang, dia sama istrinya punya kesepakatan untuk menyediakan me time untuk diri mereka sendiri. Bebas mau ngapain aja. Misalnya 2-3 jam ketemu teman tanpa ajak pasangan, melakukan hobi, nonton film sendiri, dan lain-lain. 

Kata beliau sih itu bisa ngilangin rasa jenuh sama pasangan dan membangun rasa percaya. Ngasih me time bukan berarti nggak mau sama pasangan, tapi terkadang sebagai manusia pasti lagi pengen sama dirinya sendiri, entah untuk merenung atau sekadar rehat aja sejenak dari segala tanggung jawab di rumah. 

Perempuan Itu Makhluk yang Tidak Bisa Dibohongi

Ngebangun rasa percaya setelah dibohongi tuh masya Allah, susah bener dah. Bahkan sekalipun pasangan kita udah sumpah-sumpah tetep aja ada yang ngeganjel. Bener nggak sih? 

Yang sebelum dibohongi paling cuma nanya A-C, setelah dibohongi dan mencoba percaya lagi ke doi, eh sekarang kalau nanya dari A-J. Banyak bener. 

Sifat jeleknya laki-laki tuh nggak suka dibawel-in tapi dia sendiri yang memunculkan rasa tidak percaya ke istrinya dengan berbohong. Katanya karena nggak mau ribut atau urusan jadi panjang. Cuma kan perempuan punya 1001 cara untuk bisa menemukan kebenaran apakah suaminya berbohong atau nggak.

Khususnya kalau si suami emang tukang bohong, ya udahlah terima aja si istri sekarang punya trust issue sama dia. 

Perempuan Itu Makhluk Paling Cerewet Sedunia

Banyak yang mikir orang yang pasti cerewet itu ya cuma orang ekstrovert aja. Padahal, se-pendiam-pendiamnya perempuan, pasti kalau udah sama orang terdekat termasuk sama pasangan, orang pendiam ini bakal jadi orang paling cerewet di rumah. Laki-laki wajib paham, karena ini udah dari sononya begitu. 

Tapi kadang gue juga sebel sih sama sikap perempuan ini. Misalnya nyokap gue, kalau lagi adu argumen masalah A, eh masalah b, c, d, e dibahas juga. Jadinya lama perdebatannya dan bikin capek sendiri. 

Saling Mendengar, Bukan Cuma Mau Didengarkan

Gue paling benci sama orang yang punya kebiasaan suka motong pembicaraan orang lain, apalagi kalau lagi ngejelasin sesuatu yang sifatnya penting. Semua orang mau didengar, tapi jarang orang yang mau murni mendengarkan baik-baik apa yang disampaikan lawan bicaranya. Padahal, dengan mendengarkan kita bisa tahu alasan lengkapnya kenapa nih orang bisa ngelakuin itu ke gue?

Jangan Menghindari Masalah

Setelah nonton film Noktah Merah Perkawinan si Oka Antara sama Marsha Timothi gue jadi keinget sama curhatan nyokap gue yang sering bilang, kalo bokap tuh suka banget menghindari permasalahan. Persis kayak si tokohnya Gilang. Jadi kalau membahas permasalahan tuh nggak tuntas gitu. 

Tiap kali gue tanya ke bokap gue kenapa menghindar, alasannya karena nggak mau ribut. Padahal ya justru itu yang bikin masalah numpuk dan nggak kelar-kelarkan? 

Salut Sama Orang yang Berani Keluar dari Hubungan Toxic, Misalnya dengan Cerai

Gue bukannya mendukung seseorang buat cerai ya. Cuma kalau nggak ada yang bisa dipertahankan lagi dan kedua belah pihak justru saling menyakiti buat apa terus dijalanin? Lalu, kalau salah satu di antara pasangan mau menang sendiri dan tidak menganggap pasangannya itu ada. 

Banyak kok contoh orang yang akhirnya cerai dan memutuskan menjadi teman atau partner ngurus anak, mereka tetep happy.

Salah satu isi tausiyah dari Ustad Felix yang gue setuju banget, jadi perempuan di Indonesia tuh susah. Kalau perempuan ini jadi janda....

Usia Pernikahan yang Lama Nggak Menentukan Kamu Sudah Mengerti Pasanganmu

Ada banyak kan kisah rumah tangga di mana orang yang udah berpuluh-puluh tahun nikah, eh di masa tua bukannya adem ayem, malah memutuskan cerai. Jujur di pandangan gue yang belum nikah ini, kok bisa ya hidup bareng udah puluhan tahun tapi masih nggak bisa memahami dan nggak tahu pasangan sukanya apa atau nggak sukanya apa? Kayak dari tahun-tahun sebelumnya lu kemana aja? Apa pas ada masalah kalian ngga mencoba intropeksi diri dan mencari sumber masalahnya?

Maaf ya kalau pertanyaan-pertanyaan gue terlalu naif. Ya, namanya juga belum punya pengalaman nikah. Jadi, maklum aja ya :)

Tetaplah Bertumbuh agar Kamu Nggak Diremehkan Pasanganmu

Beberapa minggu lalu gue lagi ada di Transjakarta arah balik ke rumah. Gue kebetulan berdiri di samping perempuan yang sedang telponan dengan suaminya. Kebetulan suara suaminya lumayan kenceng atau mungkin si istri menggedekan volumenya. Entahlah. Intinya gue bisa dengar percakapan mereka. 

Salah satunya yang bikin gue mikir sampe sekarang, ketika si suami ngomong gini ke istrinya, "kamu tuh bisa apa sih? apa aja nggak bisa."

Deg! Seketika gue langsung iba sama si perempuan di samping gue. 

Yang gue tangkep, si suami tuh minta istrinya masakin menu apa gitu lupa, terus si istri bilang dia nggak tahu cara buatnya gimana. Terus yaudah itu deh yang keluar dari mulut si suami. 

Menurut gue ya, mungkin seharusnya si istri jangan langsung nyerah gitu aja kalau ada permintaan dari suaminya selama itu wajar. Kalau misalnya belum bisa, mungkin coba dijawab dengan "aku belum pernah buat sih mas, tapi aku mau coba deh belajar buatnya, cuma aku nggak janji bakal enak ya." Mungkin dengan adanya effort gitu, suami bisa lebih appreciate si istri. 

Nah, dari sisi suami juga jangan cuma lihat kekurangan dan langsung nge-judge istri nggak bisa apa-apa. Siapa tahu nih si istri jago banget ngurusin anak. masa' iya itu nggak dilihat? Nggak mungkinlah seorang manusia nggak punya kelebihannya. Mustahil!

Makanya salut gue sama ibu-ibu yang mau terus belajar, misalnya masih mau ambil kelas di sela-sela kesibukan, ikut webinar, bikin karya, dan lainnya. Seenggaknya si istri punya ruang buat aktualisasi diri. 

Kalau kata Pandji, istri yang dikasih ruang buat ngejar mimpi atau menyibukkan diri untuk melakukan hal-hal yang dia suka, bisa bikin si istri awet muda, lho. Pasti pak bapak mau kan istrinya awet muda terus? Mungkin bukan dari fisik yang signifikan ya, tapi dari jiwanya yang terus happy. Pastikan ngaruh juga ke mentalnya.

Kenapa Ada Suami yang Susah Banget Ngabarin Istrinya Kalau Pulang Malam?

Gue juga belajar, kalau pertengkaran di rumah tangga itu bisa dipicu dari hal sepele seperti nggak ngasih kabar istri kalau pulang telat kerja. Buat seorang istri, ini matters banget, khususnya untuk istri yang full di rumah. Apalagi kalau suami susah dihubungi. Gue nggak bilang semua suami modelannya begini ya. 

Bukan maksudnya posesif. Tapi, kata nyokap gue, mereka khawatir kalau si suami kenapa-kenapa di jalan. Sebenarnya wajar sih. Cuma kadang si suami nggak paham dan nyepelein. Mending kalau pas sampe rumah dan ditanya kenapa pulang malam jawaban suami enak, lah kalo ini ngejawab sambil marah-marah kayak " ya kerjalah, apalagi? pake nanya??" Kalau dijawab begini siapa istri yang nggak marah dan makin curiga ya?

Buat para istri juga jangan biasain kalau mau nanya atau negor suami pas banget dia baru pulang kerja. Siapapun bukan cuma suami, tapi semua orang kalau abis pulang kerja ditanya macem-macem kadang suka cepet emosi juga. 

Mungkin bisa dicoba kalau mau ajak ngobrol suami pas suasana dia lagi santai, misalnya pas selesai makan atau pas leha-leha di kasur. Nada bicara juga perlu dijaga jangan tinggi. Ribet yee?


Anak Tunggal Harus Jadi Hero Buat Ibunya

Mungkin karena sesama perempuan ya, gue ngerasa jadi anak tunggal dan perempuan itu harus bisa ngebelain ibunya. Nyokap gue apa-apa ceritanya ke gue. Wajar banget, ya karena anaknya cuma gue.  Namun, jujur nih kadang gue nggak ngerti sama masalah orang tua, karena mungkin belum ngerasain fasenya kali ya. Jadi, harus bisa nge-back up nyokap. Di satu sisi ilmunya pasti berguna, tapi di satu sisi beban juga. 

Anak Dianggap Sok Tahu 

Ada fase di mana sebagai anak tunggal gue dianggap sebagai anak kecil terus sama orang tua. Misalnya, gue kasih masukan apa gitu, eh mereka nanggepinnya dengan jawaban kayak "kamu tahu apa sih?" "Kamu ngerti apa sih?" Serba salah juga, padahal udah di atas 17 tahun tapi masih dianggap pendapat gue tuh nggak penting. 

Refleksi dari Dalam Diri Gue Melihat Lika Liku Pernikahan Orang Lain

Jujur di usia 30 tahun ini gue justru malah merasa sangat bersyukur belum menikah. Kenapa? Kayaknya kalau flashback di umur gue 20an di mana emosi gue masih meledak-ledak, nggak mikir panjang kalau bertindak sesuatu, dan mentalitas yang belum kuat kayak sekarang,  gue nggak yakin sih bisa ngurus anak dan suami dengan bener. 

Dulu ada masanya gue mikir, pengen jadi ibu rumah tangga aja. Karena gue nggak mau kerja lagi, biarin aja suami yang kerja. Nganggep kalau pekerjaan ibu rumah tangga tuh gampang dan happy karena bisa nemenin anak main dan lihat dia tumbuh sehat dan pintar. 

Eh, tapi kerjaan ibu rumah tangga nggak segampang dikira coy... Gue berkaca sama nyokap gue. Ibaratnya kerjaan nggak abis-abis. Meskipun gue juga apa2 sendiri ya, tapi kayak dia juga bukan yang leha-leha di rumah. Masak tiap hari buat gue dan bokap, ngurusin bayar ini bayar itu, dan lain-lain. 

Pandangan gue soal ibu rumah tangga berubah total, mungkin sejak usia 27 tahun kali ya. Menikah tidak seperti layaknya cerita dongeng seorang putri bertemu pangeran dan mereka akan bahagia selamanya tanpa ada berantem-berantem alot berhari-hari. 

Semakin bertambah usia juga tipe pasangan entah kenapa makin tinggi. Ada pengaruhnya juga dari melihat kehidupan rumah tangga orang lain dan sekarang makin ngadi-ngadi aja kasus rumah tangga. 

Sampe geleng-geleng kepala sama kasus selingkuh artis di aplikasi transportasi, belum lagi kasus KDRT yang makin banyak tiap tahun, dan ada lagi kasus perempuan nikah sama gay. Naudzubilah. Ya Allah, jauhin deh dari hal-hal seperti itu. Jadi, perlu hati-hati banget. 

You Might Also Like

0 comments