Eka Rahmawati

  • Beranda
  • Profil
  • Makan
  • Sehat
  • Cantik
  • Jalan
  • Buku&Film
  • Belajar
Sumber foto: YouTube.com


Halo apa kabar?

Semoga kamu dalam keadaan sehat ya. Gimana kegiatan selama di rumah aja? Apakah ada yang punya kebiasaan baru? atau lagi asyik meneruskan hobi lama? 

Kalau ditanya kegiatan apa yang dilakukan selama di rumah aja, selain work from home, saya juga lagi suka masak nih hehehe. Kapan-kapan saya share ya menu apa saja yang berhasil saya buat di blog ini. 

Selain memasak, saya juga punya kebiasaan baru nih, yaitu nonton Netflix. Saya memang sudah lama langganan Netflix, tapi nontonnya jarang karena biasanya udah capek duluan sama kerjaan kantor. Terus pas weekend, kalau lagi inget aja nontonnya :(

Nah, daripada pusing lihat pemberitaan soal PSBB dan corona,nih saya kasih rekomendasi pilihan tayangan Netflix yang bisa nemenin hari-hari kamu selama di rumah aja.. 

Atypical 

Sumber foto: https://www.tribunnewswiki.com/

Saya tahu series ini dari melihat ig story-nya Fellexandro Rubi (tahu dong koko ganteng ini siapa?) yang share soal tayangan-tayangan Netflix favorit dia. Saya tertarik karena tema dari cerita ini mengangkat cerita soal anak remaja yang mengalami autisme sedang berusaha mencari pacar. 

Tema yang sangat menarik bukan? Atypical sendiri ada 4 season, 3 season sudah ada di Netflix dan season terakhir akan tayang tahun 2021. Saya baru menonton season 1 yang terdiri dari 8 episode. 

Kenapa menurut saya ini series yang bagus? Di film ini saya merasa penonton diajak untuk memahami spektrum autisme dan apa saja dampaknya bagi orang di sekitarnya. Kisahnya juga ringan dengan fokus kehidupan sehari-hari. Ditiap episode selalu ada hal-hal yang bisa kita ambil pelajaran.  

Salah satu pesan yang saya suka dari serial ini adalah orang tua dan adik Sam selalu berusaha ada untuk Sam, meski ayahnya Sam, Dough sempat meninggalkan keluarganya selama beberapa bulan. Terus cara orang tuanya Sam mendidik Casey (adik Sam) untuk menerima dan melindungi kakaknya dan tidak egois dengan dirinya sendiri yang memang normal. 

Lalu bagaimana orang tua Sam saling dukung satu sama lain. Ini bisa terlihat di salah satu episodenya di mana ibu Sam, Elsa merasa khawatir dengan anak laki-lakinya yang berniat mencari pacar. Elsa takut Sam akan sedih, patah hati, kecewa, dan lain-lain. Sementara sang Ayah, Dough justru memberikan beberapa tips bagi Sam untuk mendekati lawan jenis.  

Satu dialog yang saya ingat di serial season 1 Atypical, saat Sam berkata
"Orang berpikir orang dengan autis tak punya empati. Tapi itu tak benar. Terkadang aku tak tahu apa orang marah. Tapi setelah tahu, aku sangat berempati".
Memang benar, karakter Sam digambarkan sangat to the point dan jujur menyampaikan sesuatu yang ada dalam kepalanya. Makanya untuk orang normal, sifat dari Sam itu dianggap mengganggu bahkan menyakiti perasaan orang di sekitar Sam.

Setidaknya dengan menonton Atypical, muncul rasa empati karena kita sedikit lebih tahu karakter dari orang dengan autisme. 

Breakfast, Lunch & Dinner

Sumber foto: Netflix.com

Kalau suka tayangan yang menceritakan soal makanan sambil jalan-jalan mengenal budaya suatu kota, mungkin Breakfast, Lunch & Dinner bisa kamu tonton. Ini merupakan series dari David Chang, koki international yang cukup terkenal dan pendiri Momofuku Noodle Bar. 

Serial ini baru ada satu season yang terdiri dari 4 episode. Masing-masing episode Chef David Chang ditemenin sama selebriti untuk mencicipi makanan lokal saat sarapan, makan siang, dan makan malam di 4 kota besar sambil membahas berbagai topik. Di tiap episode juga David dan para bintang tamu ngobrol sama orang lokal untuk bahas makanan, budaya, sejarah, dan lain-lain.

Episode pertama, Vancouver with Seth Rogen, episode kedua Marrakesh with Chrissy Teigen, episode ketiga Los Angeles with Lena Waithe, dan Phnom Penh with Kate McKinnon. Nah, 4 kota yang dipilih itu ternyata hasil rekomendasi dari 4 selebriti di atas lho. Jadi pasti pemilihannya cukup personal.

Kayak misalnya alasan Kate McKinnon milih Phnom Penh (Kamboja) karena dia suka negara yang tidak ada konsepsi Amerika. Sedangkan Chrissy Teigen memilih Marrakesh (Maroko) karena dia telah empat kali ke sana dan merasa memiliki pengalaman istimewa saat berkunjung ke Marrakesh.

Masing-masing episode berdurasi 43-44 menit. Ada dua episode yang paling saya suka, yakni episode Marrakesh dan Phnom Penh. Pertama, selain makanan yang dikenalkan adalah makanan halal, kedua cerita budaya di dua kota (Marrakesh dan Phnom Penh) lebih kental.

Di episode Marrakesh, sang pemandu mengatakan jika orang Marrakesh jarang makan di restoran. Jika makan di restoran mereka lebih suka yang lokasinya dekat dan harganya murah.

Terus saya suka episode ini karena David dan Chrissy berkunjung ke rumah salah satu orang lokal. David dan Chrissy dihidangkan makanan khas Marrakesh, yakni Tagine ayam. dan couscous. Tagine sendiri adalah tungku yang digunakan untuk menghangatkan makanan). Diajarkan juga budaya orang Marrakesh makan tagine, yakni biasanya di piring besar dan orang-orang mengelilinginnya untuk menyantapnya. Pokoknya di episode bersama Chrissy Teigen, rasa lokalnya dapat banget!

Kalau episode di Phnom Penh, Kamboja saya suka karena lebih banyak membahas sejarah negara tersebut dan makanannya. Disebutkan juga kalau makanan Kamboja banyak dipengaruhi oleh bumbu-bumbu India, sayur dan ikan dari China, dan makanan barat dari Perancis.

Dan yang paling seru lagi, Kate dan David sempat juga makan di atas tuk tuk (kendaraan sejenis bajaj), makan di tengah padatnya pasar, dan makan malam di atas perahu. Menarik, kan?

Selain itu saya suka dengan cara Chrissy Teigen dan Kate McKinnon di serial ini karena mereka berani mencoba berbagai makanan unik. Seakan mereka pasrah dengan rasa yang bakal mereka dapatkan saat mencicipi makanan baru tersebut. Yang ada di pikiran saya "ya ini lah yang saya tunggu!"

Contohnya, Kate McKinnon yang seorang vegetarian pertama kali mencoba Durian, dalam bentuk Durian Fruit Ice Cream. Kate bilang rasanya seperti susu atau tahu basi. Tapi dia menghabiskan ice  cream tersebut.

Saya membaca beberapa artikel luar negeri untuk mencari tahu pendapat tentang series ini. Kebanyakan berpendapat jika Breakfast, Lunch & Dinner tidak sebagus Ugly Delicious yang juga dibawakan David Chang. Ada yang berpendapat jika series Breakfast, Lunch & Dinner tidak sedalam Ugly Delicious dalam membahas makanan. 

Jujur saja saya belum menonton Ugly Delicious. Mungkin ada dari kamu yang sudah menontonnya? Kalau sudah coba sampaikan di kolom komentar ya.

Becoming

Sumber foto: Netflix.com

Membaca judulnya mungkin kamu sudah tahu tayangan ini akan mengisahkan apa? yup film dokumenter berdurasi satu jam 29 menit ini akan bercerita soal kehidupan setelah tidak menyandang status ibu negara dan perjalanan Michelle Obama melakukan tur ke 34 kota pada 2019 untuk mempromosikan bukunya yang berjudul  sama dengan film dokumenternya.

Pada film ini Michelle juga menemui dan membagi berbagai pesan-pesan inspiratif pada anak muda dan komunitas. Tak lupa disampaikan kisah perjuangannya sebagai kaum minoritas, bagaimana ia bisa menonjol di lingkungan yang kurang menerimanya, dan peran kedua orang tuanya dalam membentuk pribadi Michelle hingga bisa seperti sekarang.

Ada beberapa bagian di mana Michelle menceritakan kisah masa kecilnya di Chicago, remaja, bertemu Barack, dan sampai akhirnya dia bisa menjadi FLOTUS.

Ada beberapa pesan yang saya sukai, di antaranya, ketika ada seorang perempuan muda berkulit hitam bertanya pada Michelle

"Bagaimana caramu sebagai perempuan kulit hitam bertahan dengan situasi yang sering tidak dianggap oleh lingkungan sekitar?"
Jawaban Michelle adalah
"Aku tak pernah merasa tak dianggap. Karena orang tuaku membuatku selalu merasa dianggap. Ibuku membolehkan aku dan kakakku bertanya apapun saat di meja makan. Kita tak bisa menunggu dunia menerima kesetaraan untuk merasa dianggap. Tak akan terjadi dengan satu presiden satu suara. Kau harus cari alat dalam dirimu untuk merasa dianggap dan didengar serta menyuarakannya."
Ada lagi, saat Michelle menghadiri forum diskusi, salah satu perempuan muda bertanya bagaimana kau menghindari stigma bahwa seseorang dikatakan pintar jika ipknya sekian-sekian, berasal dari universitas mana, dan sebagainya (Melihat sesuatu hanya dari angka atau statistik). Michelle menjawab:

"Hal yang membuatmu lebih sekadar dari statistik yaitu saat kau melihat dirimu lebih dari sekadar statistik dan mulai berpikir siapa dirimu? apa yang kau pedulikan? apa yang membuatmu gembira? lihatlah kekuatan dari kisah hidupmu"

Alasan lain mengapa film dokumenter Becoming ini bagus, tidak hanya fokus menceritakan perjalanan hidup Michelle Obama, tapi juga diceritakan beberapa anak muda yang terinspirasi setelah membaca buku Becoming dan mereka jadi lebih termotivasi untuk menata masa depan meski mereka termasuk kaum minoritas di Amerika Serikat.

Saran saya, baiknya film dokumenter ini jangan dihapus di My List kamu meski sudah menontonnya. Percayalah, film ini tidak membosankan untuk dinikmati berkali-kali (saya sendiri sudah menontonnya dua kali). Jika kamu sedang butuh motivasi, saya rasa film ini bisa membuatmu bangkit dan lebih kuat lagi. Cobain, deh :)

Baca juga: 5 Buku untuk Perempuan Rayakan International Women's Day!

Unorthodox

Sumber foto: https://fashioncommentator.com/

Sebelum akhirnya saya menyaksikan miniseri ini, beberapa teman saya sudah menonton dan memamerkannya di Insta Story mereka hehehe. Jujur, pas baca judulnya, saya pikir ini film yang agak seram dan membahas kefanatikan suatu agama. Yang kedua benar sih, tapi ngga seseram yang saya bayangkan.

Singkatnya, miniseri yang terdiri dari 4 episode ini mengangkat kisah seorang perempuan pemberani (Esther Saphiro atau yang dipanggil Esty) usianya 19 tahun yang tidak mau terkungkung dengan segala tradisi dan aturan yang ada dalam keluarganya maupun keluarga suaminya yang menganut agama Yahudi fanatik.

Yang saya suka, film ini setidaknya menyampaikan pesan bagi penontonnya, khususnya kaum perempuan untuk berhak menentukan pilihan dalam hidupnya.

Ada satu adegan dalam episode ketiga di mana ibu mertua Esty datang ke rumahnya dan memberikan sebuah benda yang bisa digunakan untuk mempermudah Esty berhubungan badan dengan suaminya. Di film diceritakan Esty mengalami vaginismus.

Ibu mertuanya bilang jika Esty harus melayani anaknya di atas ranjang, (suaminya Esty bernama Yanky Saphiro)  dengan sebaik mungkin layaknya seorang raja. "Kau harus mengatasi ini sebelum anak itu hilang percaya diri. Kau harus membuatnya merasa seperti raja."

Nah, yang saya suka Esty bilang kalau suaminya adalah raja, berarti dia juga ratu. Di mana maksudnya Esty juga berhak diperlakukan sama dengan Yanki Menurut saya ini dialog yang mencerminkan kesetaraan  dalam pernikahan.

Belum lagi pesan-pesan tersirat di mana Esty menjadi sosok perempuan kuat dan nekat untuk pergi meninggalkan suami, nenek, bibi, dan ayahnya yang tergabung dalam komunitas Satmar Hasidic (Komunitas  cabang Yahudi Ortodoks di Williamsburg, Brooklyn, Amerika Serikat). Esty memilih tinggal di Jerman demi melihat tempat berbeda dan berusaha mengejar kecintaannya terhadap musik.

Menurut saya Shira Haas sangat bagus memerankan peran Esty yang digambarkan sebagai perempuan kaku, polos, kuat, berani mendobrak nilai-nilai yang dipercayai dan mencoba hal-hal baru serta mempertanyakan banyak hal. Sangat bertolak belakang dengan suaminya Yanky Saphiro yang pasrah, penakut, sangat patuh pada orang tua, dan agama Yahudi yang dipercayai.

Unorthodox bakalan mengaduk-ngaduk emosi penontonnya sih. Kalau saya, geregetan melihat  Yanky, yang manut-manut aja sebagai laki-laki yang punya akal dan perasaan :(

Maaf kalau saya ngga menyampaikan jalan cerita dari ke empat tayangan Netflix di atas. Karena sesungguhnya sinopsis bisa kamu cari di Google, ya. Selamat menonton dan kalau ada rekomendasi tayangan Netflix yang seru selain horor dan thriller, kasih tahu saya ya di kolom komentar :)


  • 24 Comments

Hari ini 8 Maret menjadi hari yang sangat spesial untuk para perempuan di seluruh dunia. Ya, sesuai judul tulisannya, hari ini merupakan Hari Perempuan International. Kalau kamu mau tahu sebenarnya apa sih Hari Perempuan International itu? Well, kamu bisa dengan mudah kok mencarinya di internet. 

Di tulisan ini saya tidak akan menjelaskan hari penting bagi perempuan ini. Tapi saya akan fokus memberikan rekomendasi 5 bacaan untuk perempuan di Women's International Day di tahun 2020. 

Saya paham, memang minat baca orang Indonesia masih kurang, jadi mungkin tulisan ini hanya akan di klik oleh orang-orang yang suka membaca saja, orang yang aware dengan pentingnya kesetaraan perempuan, atau orang yang suka dengan buku yang saya akan sampaikan nanti. Apapun alasannnya, semoga kamu bisa mendapatkan inspirasi dan tergerak untuk membaca utuh buku-bukunya. Lima
 buku ini merupakan versi terjemahan bahasa Indonesia ya. 

Oh iya, buku ini tidak dimaksudkan bahwa buku yang nomor satu adalah yang paling saya sukai. Jadi tidak ada makna tertentu dari urutan buku yang ada di dalam tulisan, karena kelima buku di atas, memiliki makna tersendiri bagi saya. 

IAM Malala- Malala Yousafzai dan Christina Lamb
Source:  Cnbc.com

Buku yang judul lengkapnya adalah I am Malala Menantang Maut di Perbatasan Pakistan - Afganistan ini sebenarnya belum selesai saya baca. Tapi saya merasa perlu dimasukkan ke dalam list bacaan untuk perempuan di Women's International Day kali ini, karena Malala bisa kita jadikan contoh perempuan inspiratif. 

Malala lahir di Pakistan, tentu tidak akan menyangka jika diumurnya yang ke 15 ia tertembak di kepala oleh salah satu pemuda yang tergabung dengan Taliban. 

Malala ditembak, karena dia berani menentang Taliban yang melarang anak-anak perempuan untuk sekolah. 

Setelah kejadian itu, bukan membuatnya takut, Malala  terus menyuarakan semangatnya dan nilai-nilai perjuangannya terkait pendidikan bagi perempuan baik di Pakistan maupun di seluruh dunia. 

Di usia 17 tahun, ia sudah  meraih “Nobel Peace Prize”. Belum lagi ia juga mendirikan Organisasi Non-Profit-Malala Fund untuk membela pendidikan khususnya bagi anak perempuan.  

Keberanian Malala untuk berbicara di depan banyak orang melawan ketidakadilan dibidang pendidikan, tidak terlepas dari peran sang ayah yang sangat peduli dengan pendidikan untuk anak perempuan dan juga laki-laki. 

Saya ketika membaca bab demi bab buku ini menjadi seperti diingatkan harus lebih banyak bersyukur bahwa saya bisa dengan mudah mendapatkan akses pendidikan tanpa ada rasa takut dan bisa bersekolah di tempat yang baik.   

Becoming Michelle - Michelle Obama

Source: https://abc7chicago.com/

Buku yang ditulis sendiri oleh istri Barack Obama ini terbagi dalam 3 bagian. Pertama Becoming Me, yang menceritakan tentang kehidupan masa kecil hingga Michelle muda. 

Dibagian ini, terlihat jelas jika orang tua Michelle sangat berperan membentuk karakter kedua anaknya, Craig (kakak laki-laki Michelle) dan Michelle sendiri. Orang tuanya mengajarkan keduanya  untuk belajar bertanggung jawab terhadap apa yang mereka pilih. 

Selalu mengajak berdialog akan banyak hal. Orang tua mereka tidak pernah melarang anak-anaknya untuk bertanya akan hal-hal apapun. 

Salah satu nilai didikan yang diterapkan ibunya, Marian Robinson termasuk orang yang tidak cepat berprasangka dan ikut campur terhadap masalah yang dialami Michelle dan Craig. Ibunya lebih mengamati suasana hati anak-anaknya dan memberikan solusi jika dirasa perlu. 

Jika anak-anaknya melakukan sesuatu yang hebat, ibunya tidak segan memberikan pujian yang cukup agar anak-anaknya tahu bahwa ibunya senang akan perbuatan mereka, tapi tidak pernah memanjakannya. 

Kehidupan masa kecil Michelle, membuatnya sadar bahwa ia harus menjadi murid yang unggul demi masa depan yang lebih cerah, karena kondisi sosial ekonomi yang sangat mengintimidasi orang berkulit hitam, seperti dirinya. Mungkin ada yang belum tahu, kalau Michelle mendapatkan dua gelar dari universitas Ivy League!

Dibagian kedua, Becoming Us yang fokus menceritakan hubungan Michelle dengan Barack sampai akhirnya mereka menikah dan punya dua anak perempuan, Malia dan Sasha. 

Dibagian ini yang paling menarik bagi saya adalah bagaimana perjuangan Michelle dan Barack untuk sama-sama saling menjaga hubungan yang harmonis dikala keduanya sangat sibuk mengejar karier masing-masing, Barack yang fokus pada karier politiknya dan jarang bisa bertemu dengan keluarganya. Sementara Michelle berada diposisi yang cukup baik di Universitas Chicago tapi juga harus membagi waktu untuk mengasuh kedua anaknya. 

Di bagian Ketiga, Becoming More. Ini lebih fokus ke kehidupan setelah Barack Obama terpilih menjadi POTUS (President of The United States). 

Bagaimana Michelle harus bisa beradaptasi terhadap peran barunya sebagai FLOTUS (First Lady of The United States) dan masa transisinya menuju kehidupan sebagai rakyat biasa setelah masa suaminya selesai. 

Kalau diperhatikan di bukunya ini, jelas Michelle sangat berhasil mencuri perhatian publik di seluruh dunia, bukan hanya karena ia sebagai first lady dan berkulit hitam tapi, ia dikenal sebagai fashion icon, supermom, dan feminist yang sangat menginspirasi. 

Kelana - Famega Syavira Putri

Source: mediaindonesia.com

Apa yang ada di benak kamu kalau ada seorang perempuan yang melakukan solo traveling menuju beberapa negara selama selama 4,5 bulan melewati 18 negara dan 44 kota  dengan tujuan akhir Afrika, dan yang paling hebatnya ini dilakukan dengan mostly perjalanan darat dan laut!

Kagum banget pasti sama Mba Famega Syavira Putri. Kalau kebanyakan perempuan (nggak semua lho ya) paling males panas-panasan, jalan kaki berkilo-kilo, males desek-desekkan sama penumpang lain, tapi kalo Mba Famega beda, sis!

Kalau menurut saya, buku 264 halaman ini bukan cuma menceritakan ciri khas masing-masing daerah yang dia singgahi, tapi diceritakan juga bagaimana ia berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Pembaca juga ngga cuma terhanyut dalam kisah perjalanannya aja, tapi kita juga bisa ngambil nih tips-tips penting jika mau traveling sendirian, khususnya buat kaum hawa.

Kayak misalnya, Mba Famega melakukan hitchiking (menebeng mobil orang) untuk menghemat uang, bagaimana cara mengandalkan aplikasi Couchsurfing untuk menginap di daerah yang dia kunjungi, jangan asal kasih tahu tempat menginap pada orang asing, dan lain-lain bagi perempuan. 

Enaknya lagi, buku ini ngga tebal kok. Bisa kamu baca sehari dua hari karena cerita yang disampaikan pendek-pendek, tapi kita tetap bisa menikmati.

Menurut saya, buku ini mengajarkan pembacanya jika melakukan solo traveling tidaklah semenakutkan itu, asalkan kita bisa dengan cermat melakukan riset terhadap daerah yang ingin dituju, selalu waspada, jangan pernah malu untuk bertanya, mempersiapkan segala kebutuhan dengan matang, dan yang tidak kalah penting adalah harus siap mengalami berbagai kejutan selama di perjalanan. 

Baca juga: Weekend Reading List

A Feminist Manifesto: Kita Semua Harus Menjadi Feminis-Chimamanda Ngozi Adichie


Source:  https://www.chimamanda.com/

Judulnya sangat to the point. Buku ini sangat membantu bagi siapa saja yang ingin paham sekilas tentang feminis. Seperti yang kita tahu di seluruh dunia termasuk negara maju pun masih ada yang namanya ketidaksetaraan gender di berbagai bidang.  

Buat saya yang sampai saat ini masih belajar untuk memahami konsep feminis, buku ini sangat apik memberkan contoh konkret penerapan feminis di kehidupan sehari-hari. 

Misalnya, dalam membesarkan anak, bukan hanya diberatkan pada ibu saja, tapi ayah juga perlu berperan sama besarnya seperti ibu, kecuali ketika menyusui.

Kemudian, misalnya keahlian memasak, bukan hanya kemampuan yang harus dimiliki perempuan saja, tetapi laki-laki pun harus bisa melakukannya, karena memasak adalah skill bertahan hidup. 

Ada 15 poin yang bakal kita peroleh di buku ini untuk mengajarkan anak-anak kita menjadi feminis. 

Meghan A Hollywood Princess- Andrew Morton

Source: https://www.elle.com/

Buku ini ditulis oleh penulis buku Biografi Princess Diana, Andrew Morton. Ada 14 bab yang diceritakan di dalamnya. Mulai dari asal-usul orang tua Meghan Markle, Meghan kecil, remaja, dewasa, perjalanan karier Meghan, asal mula blog-nya (this part it's my favorit), pernikahan pertamanya, pertemuannya dengan Harry hingga ia menjadi Duchess of Sussex. 

Yang saya kagumi dari sosok Meghan Markle, selain karena memang dia sangat peduli dengan isu-isu gender, menerapkan gaya hidup sehat, pernah punya blog, ia juga sosok pekerja keras!.

Kalau kamu baca bukunya, kita bakal tahu betapa sulitnya dia bisa menjadi aktris yang dikenal banyak orang. Ditolak banyak audisi, diremehkan banyak orang, bahkan ia juga sempat mengalami krisis kepercayaan diri terkait asal usul keluarganya yang african-american.

Ibunya, Doria Rogland, sangat berperan besar menerapkan nilai-nilai hidup bagi Meghan. Di usia dua tahun dia harus menerima kenyataan jika orang tuanya harus bercerai.

Tapi Meghan selalu diingatkan oleh ibunya, untuk terus menjadi drinya sendiri, tetaplah bangga dengan asal usulnya, dan jangan mudah menyerah untuk menggapai apa yang diinginkannya. 

Jujur saja, setelah selesai membaca buku ini, saya jadi merasa bahwa Meghan menang pantas menjadi pendamping Pangeran Harry. Bukan hanya cantik dan elegan, tapi ia juga cerdas, pandai memosisikan diri dibanyak situasi, dan cukup memperhatikan isu-isu sosial. 

Kelima buku untuk Perempuan di Women's International Day di atas, bisa kamu beli di Gramedia online atau di tokonya. Tapi untuk buku A Feminist Manifesto: Kita Semua Harus Menjadi Feminis sepertinya sudah tidak ada di toko buku. Saya beli buku tersebut di Shopee. 

Selamat membaca!


  • 1 Comments
Source: Pinterest.com /  creativemarket.com

Liburan natal dan tahun baru 2020 yang baru saja dilewati saya habiskan dengan  lebih banyak berkumpul bersama keluarga. Dan senangnya lagi, tidak ada deadline dari kantor. YEAAAYYYY! Saya jadi lebih tenang hehehehe. 

Sebelum liburan panjang kemarin, saya memang sudah membuat jadwal apa saja yang akan saya lakukan selama 10 hari tersebut. 

Beberapa di antaranya adalah menyelesaikan serial Netflix, menyelesaikan tulisan yang ada di blog, dan membaca beberapa buku serta blog dari beberapa orang untuk mencari inspirasi. 

Di hari-hari awal masuk kerja seperti saat ini, saya yakin ada sebagian dari kamu yang belum aktif bekerja atau bahkan memperpanjang waktu libur dengan mengambil cuti. 

Untuk menyiapkan jiwa, raga, dan juga otak untuk mulai bekerja di hari senin besok, 4 buku di bawah ini bisa kamu nikmati sambil leye-leye di kasur atau sofa, check it out!

Kelana - Famega Syavira Putri 


Buku ini saya rekomendasikan untuk kamu baca di weekend yang masih santai ini karena bisa dengan cepat menyelesaikannya. Ukuran bukunya tidak terlalu panjang dan tidak terlalu tebal karena hanya 264 halaman saja. Bahkan bisa kamu baca diperjalanan jika weekend ini berencana untuk keluar. 

Kaum hawa yang punya mimpi untuk bisa berkeliling dunia, tapi masih ragu untuk melakukannya, saran saya coba baca buku ini terlebih dulu. 

Secara ringkasnya, buku bersampul warna ungu dan putih ini bercerita soal Famega Syavira Putri yang melakukan perjalanan solo lebih dari 4 bulan dari Indonesia menuju Afrika dengan berkunjung ke 18 negara dan 44 kota menggunakan moda transportasi darat dan laut, lho. 

Perjalanan mba Famega dimulai dari Dumai menuju Malaka, kemudian ke Malaysia, lalu ke Thailand menuju Laos, kemudian lanjut ke Vietnam, lalu Cina, menuju Mongolia, Rusia dan masuk kawasan Eropa. Selain itu, yang membuat saya suka dengan buku ini adalah bagi para perempuan bisa muncul semangat untuk bisa berpergian seorang diri melalang buana ke luar negeri yang sangat jauh dari Indonesia. 

Kamu juga bisa belajar bagaimana survive dan belajar dari pengalaman Mba Famega yang pastinya seru dan challenging. Dalam buku ini seperti diingatkan ketika sang penulis sedang dalam kesulitan di beberapa negara yang ia singgahi, selalu ada bantuan yang datang dari mana saja. 

Dengan cara bercerita yang sangat baik, pembaca pun bisa sekaligus mengambil tips dan trik  berpergian jauh dari Mba Famega, seperti hitchhiking (nebeng) yang aman khususnya bagi perempuan. 

Mengapa Aku Harus Membaca? - Abinaya Ghina Jamela


Meskipun judulnya terlihat simpel tapi jangan remehkan isi bukunya. Ini buku rekomendasi dari Ardan, teman kantor saya. Kata dia menariknya dari buku ini karena yang menulis adalah anak kelas empat SD berumur 9 tahun dan ini bisa menjadi buku parenting yang bagus. Alasannya, serasa disentil oleh tulisan adik Naya ini yang kebanyakan merupakan protes terhadap orang dewasa. 

Salah satu potongan yang menyentil menurut saya, yakni "Katanya membaca itu bikin pintar? Tapi ketika anak-anak menjadi lebih pintar karena membaca, tidak diterima. Mereka (orang dewasa) seperti tidak mau tersaingi oleh anak-anak. Seakan anak-anak yang suka membaca, banyak bertanya, dan menjadi cerewet itu seperti zombie yang akan menggigit mereka. Kan lucu! Tidak semua orang tua, sih! Tapi hampir semua," halaman 5. Membaca buku 116 halaman ini, kamu akan menemukan kejutan-kejutan lain yang ngena di hati orang dewasa. 

Sepeda Merah - Kim Dong Hwa


Buku ini dan Relish (akan dijelaksan setelah ini) direkomendsikan oleh teman saya yang lain bernama Kak Grace. Sepeda Merah karya Kim Dong Hwa merupakan novel grafis yang berasal dari Korea Selatan. Buku ini berisi kisah-kisah pendek tentang kehidupan di sebuah desa Yahwari, dengan tokoh utama tukang pos yang begitu mencintai pekerjaannya dalam berkeliling mengantarkan surat menggunakan sepeda berwarna merah. 

Di desa Yahwari kebanyakan penduduknya adalah orang tua. Sementara anak muda di desa tersebut bekerja merantau ke kota. Menurut Kak Grace meskipun ini cerita sehari-hari dan terkesan sederhana tapi cukup berarti. Lewat buku bercover putih dan merah ini akan ada banyak pesan yang  disampaikan seperti mengajarkan untuk membantu sesama,  menyayangi orang tua, menyantuni para lansia, dan mencintai alam.

 Relish - Lucy Knisley


Relish juga novel grafis dari Amerika Serikat.  Fokus dari buku ini adalah memoar atau cerita hidup Lucy Knisley yang merupakan kartunis yang memiliki kecintaan pada makanan. Buku ini bercerita bagaimana ia sedari kecil, lingkungan keluarga, rumah, dan pola asuh keluarganya hingga dia memliki ketetarikan yang cukup tinggi terhadap makanan. Menariknya, setiap bab disertai dengan resep bergambar. Jujur saja, saya jadi penasaran dengan buku ini hehehe.

Semua buku di atas, menurut saya, Ardan, dan Kak Grace bisa kamu baca di dua hari weekend ini. Buku-buku tersebut sangat ringan dan menarik untuk dibaca. Semoga kamu bisa mendapat inspirasi setelah membacanya ya.  Saran saya, siapkan kudapan lezat atau secangkir teh atau kopi untuk 'melahap' buku-buku tersebut.

Happy reading and happy weekend!

Baca juga:
Enggak Ada Alasan Buat Malas Baca Buku. Karena Ada 6 Cara
  • 0 Comments

Saya sudah lama sekali tidak menulis review buku yang saya baca. Memang sepertinya harus mulai nulis lagi hehehe. Nah kebetulan sahabat saya yang bernama Ines Pratiwi beberapa waktu lalu sempat minta saya untuk me-review buku terbarunya yang berjudul Step Forward to Hijrah.

Dari judulnya saja kamu pasti sudah tahu kan buku tentang apa yang ditulis oleh Ines? :)

Setelah saya baca buku Ines yang berisi 307 halaman dan saya baca kurang lebih dua minggu (maaf saya bacanya pas di jalan kantor dan pulang kantor, hehe). Dalam buku yang ditulis Ines karena terinspirasi dari pengalaman pribadinya maupun kisah-kisah dari teman-temannya ini menambah pengetahuan akan Islam.

Ines berusaha menyampaikan sudut pandangnya terkait apa itu hijrah dan bagaimana ia mengalami proses Hijrah itu sendiri.

Beberapa bagian yang menggugah hati saya ketika membaca buku Ines ada beberapa bagian:

  1. Pada bagian prolog halaman 13. Dikatakan jika Allah SWT memberikan dua janji kepada orang-orang yang berhijrah. Pertama Allah menjanjikan tempat hijrah yang luas. Namun bisa yang dimaksud tempat yang luas ini bukan makna sesungguhnya. Tapi bisa berupa hijrah untuk pindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya dan ia mendapatkan rezeki yang lebih baik.  Janji kedua mendapatkan rezeki, namun yang dimkasud rezeki di sini bukan materi atau harta.  Tapi bisa jadi kenikmatan Allah yang lain.
  2. Ines juga membantu saya (pembaca) dalam memahami apa itu perbedaan jilbab, hijab, dan kerudung. Mungkin ada dari kamu yang masih menganggap jika jilbab, hijab, dan kerudung adalah sama. Saya pun sebelum membaca buku ini menganggap 'mereka' adalah sama. Jilbab merupakan kata yang diambil dari bahasa Arab yang artinya pakaian yang panjang dan    longgar serta menutup semua aurat wanita kecuali wajah dan telapak tangan. Sementara hijab    lebih kepada bagaimana cara berpakaian yang baik dan benar menurut syariat Islam. Dalam      Al-Quran juga disebutkan jika arti dari hijab merupakan penutup seperti kelambu, tirai, dinding, papan, dan penutup lainnya. Bagaimana dengan kerudung? Kata ini berasal dari Bahasa Indonesia yang memiliki arti sama dengan Khimar yang memiliki arti penutup bagian kepala, leher sampai dada. Sudah paham perbedaan ketiganya, bukan? 
  3. Ines pada bukunya halaman 19-25 juga menyampaikan bagaimana ya memakai jilbab sesuai      syariat Islam (jilbab syar'i) yang ia ketahui dari Al-Quran dan Hadist.a. Menutup seluruh anggota badan kecuali telapak tangan dan wajah. b. Tidak difungsikan sebagai perhiasan c. Bahannya Tebal, tidak transparan, dan tidak ketat. d. Pemakaiannya ditujukan bukan untuk mencari popularitas atau sebagai ajang gengsi
  4. Ines juga menyampaikan beberapa pandangan dari orang-orang di sekitarnya seperti teman-temannya yang menganggap saat ia memakai hijab tampilannya jadi lebih tua atau lebih dewasa, enggak pantas, menjadi kurang cantik dan lain sebagainya.Belum lagi cibiran orang-orang pada Ines yang menganggapnya sama dengan perempuan-perempuan lain yang suka lepas pakai hijab. Tapi Ines selalu berusaha istiqomah dan tetap teguh pada pendiriannya jika ia  mantap berhijab Syar'i. Yang utama dalam hijrah menurut Ines adalah proses dan istiqomah. 
  5. Ines juga membuktikan orang-orang yang tidak suka dengan dirinya lewat prestasi.Terbukti Ines menjadi juara di beberapa kompetisi maupun kelas yang ia ikuti serta telah          mengeluakan banyak karya seperti juara terbaik Fashion Show Pinky Hijab, sempat menjadi    host  acara Oase Pagi Kompas TV. Sementara karya yang Ines telah buat seperti menulis            beberapa  buku dengan judul Mutiara Langit yang berisi kumpulan puisi dan renungan bagi Muslimah. Ada pula buku Natural Beauty, Travel in Style Belitung Island, dan Willy Anak Desa. 
Saya setuju dengan Ines, kita tak perlu lah membalas cibiran orang maupun perbuatan jahat seseorang pada kita. Tunjukkan saja prestasi agar orang-orang negatif tersebut tidak lagi menganggap kita remeh. 

Saya juga suka salah satu kutipan yang ada di buku ini: 
          Hijrah itu mudah, yang sulit istiqomah setelah berhijrah- Unknown (Hal. 156)
Terima kasih saya ucapkan pada Ines yang sudah mempercayakan saya untuk mengulas karya terbarunya Step Forward to Hijrah. Saya doakan semoga tujuan dari terbitnya buku ini, yakni untuk memberikan inspirasi bagi pembacanya bisa terlaksana. Dan pembaca yang lain bisa menyerap ilmu dan pesan sebanyak-banyaknya dari buku sahabat saya, Ines. 

Bagi kamu yang mau membeli buku Ines bisa di Instagramnya di @inescollection.id. Kalau kamu juga masih penasaran dengan review buku Ines Step Forward to Hijrah bisa tonton dulu ya video Youtubenya dan jangan lupa subscribe channel Youtube Ines ya. Pesan ku, terus berkarya ya Ines dan tetaplah menyebarkan inspirasi bagi muslimah lainnya. Good luck :D

Buku "Step Forward to Hijrah"
Jenis buku : Novel Inspiratif
Based on True Story
Author : Ines Pratiwi
Publisher : Diandra Creative



  • 0 Comments


Ayo siapa di antara kamu yang masih suka membaca koran sampai sekarang? Kalau ada, sama dong kayak saya. Kamu mungkin bertanya, kenapa sih saya masih suka membaca koran dan tidak memanfaatkan gawai saya saja untuk mendapatkan informasi yang up to date? 

Alasannya sebenarnya sederhana saja. Saya kadang merasa kasihan sama mata saya yang harus dipakai buat melihat terus menerus smartphone dan laptop. Kamu pasti tahukan kalau didua benda itu di dalamnya ada yang namanya sinar biru? 

Kalau belum tahu, coba saya jelaskan. Berdasarkan penjelasan dari situs kesehatan Hello Sehat sinar biru atau blue light adalah sinar tampak dengan panjang gelombang pendek, sekitar 415 hingga 455 nm, dan tingkat energi yang tinggi.  Sinar ini mempunyai energi yang masih cukup kuat dan bisa merusak retina bila mata kita terkena secara terus menerus dalam waktu lama.Sumber alami dari sinar biru berasal dari matahari. Selain matahari, sinar biru juga berasal dari berbagai layar digital, seperti layar komputer, laptop, televisi, maupun smartphone dan peralatan elektronik lainnya untuk meningkatkan keterangan dan kejelasan layar.

Apa saja sih bahaya dari sinar biru? Setidaknya ada 3 nih efek negatifnya.

Menyebabkan kelelahan pada mata

Terlalu banyak melihat laptop/komputer, smartphone, dan televisi lama kelamaan bisa membuat mata menjadi lelah yang ditandai dengan mata iritasi dan kering, sakit kepala, leher, hingga punggung, pandangan yang kabur, dan susah fokus. Apa kamu merasakan tanda-tanda tersebut? Kalau iya, itu tandanya mata kamu lelah karena efek dari paparan sinar biru.

Merusak siklus tidur alami

Dampak dari sinar biru juga bisa memengaruhi siklus tidur kita lho. Hal ini dikarenakan sinar biru bisa mengganggu produksi melatonin--hormon yang membantu mengatur siklus tidur. Otak seseorang mulai memproduksi melatonin ketika tubuh siap tidur dan sinar biru dari smartphone bisa nih mengganggu proses produksi tersebut. Bila siklus tidur terganggu, bakal memengaruhi kesehatan mulai dari gangguan memori, obesitas, maupun gangguan genetik.

Kerusakan retina

Bila mata terpapar sinar biru terlalu sering menyebabkan retina menjadi rusak. Retina yang rusak disebabkan sinar biru, akan memicu hilangnya penglihatan sentral, yakni kemampuan untuk melihat apa yang ada di depan mata kamu.

Nah, sekarang udah tahukan soal sinar biru. Balik lagi ke topik utama dari tulisan saya ini. Kira-kira kenapa sih saya masih suka ‘menikmati’ koran dibandingkan media lain?

Lebih ‘ramah’ mata

Koran menjadi media informasi yang cukup ‘ramah’ mata. Indera penglihatan kita enggak dituntut untuk bekerja keras buat menghadapi sinar biru. Saya bekerja sebagai content writer sangat bergantung pada laptop. Kerja kurang lebih 8 jam di depan laptop dan diselingi sama main henpon pas jam istirahat, sore hari, dan malam hari. Enggak kebayang dong, banyak banget nih paparan sinar biru ke mata tiap hari. Makanya biar mata saya istirahat dari sinar biru, saya alihkan dengan salah satunya baca koran atau buku fisik. 

Lebih lengkap dan jelas

Kadang di pagi hari orang tua saya nonton TV sambil sarapan pagi. Nah, kadang saya juga ikutan ‘nimbrung’ nonton kalau tertarik sama berita yang lagi disampaikan. Dari situ kan saya jadi tahu berita terbaru. Sayangnya kalau di TV enggak bisa selengkap di koran, karena dibatasi sama yang namanya durasi. Dengan baca koran kita bisa tahu lebih jelas dan detil soal sebuah informasi. Karena biasanya berita di koran itu enggak cuma bersumber dari 1 narasumber saja, tapi bisa dua atau tiga narasumber yang makin melengkapi si berita yang ditulis oleh wartawan koran. Di aplikasi portal berita juga bisa sih dicari, tapi mereka cenderung enggak lengkap karena emang media online itu sebisa mungkin tulisan jangan terlalu panjang, karena bisa bikin pembacanya bosan dan matanya jadi cepat lelah. 

Menambah referensi kosakata

Kalau enggak salah, saya tahu ada kata ‘gawai’ itu gara-gara saya sering baca koran langganan kampus. (2015-2016 saya sempat kerja di kampus saya sendiri, yakni Universitas Mercu Buana sebagai staf humas). Nah, saat itu sesekali saya juga mengerjakan kegiatan media monitoring untuk memantau publikasi apa saja yang dimuat oleh media tentang Mercu Buana. Biasanya, saya melakukan media monitoring sehari setelah kampus menyelenggarakan acara besar. Dari situlah, saya sering baca koran. Dulu pas masih kerja di Mercu Buana, saya suka bawa buku kecil, buat mencatat istilah-istilah kata yang saya enggak tahu dan mencari artinya. Apalagi kalau baca bagian Politik dan Hukum, banyak istilah yang saya enggak paham.

Membangun kebiasaan membaca

Kebiasaan membaca bukan berarti kita harus baca buku saja. Tapi, bisa juga dengan membiasakan diri membaca koran. setelah saya resign dari kampus, saya sempat berhenti membaca koran dan beralih ke aplikasi berita. Saya sempat men-download beberapa aplikasi media online seperti Detik, Kompascom, CNN Indonesia, dan VOA Indonesia. Tapi saya pikir kalau banyak banget yang di-download menuh-menuhin memori henpon saya saja. 

Baca juga: Enggak Ada Alasan Buat Malas Baca Buku. Karena Ada 6 Cara Atur Waktu yang Bisa Kamu Pilih

Udah gitu, saya sendiri enggak mungkin baca satu-satu kan berita dari aplikasi yang satu dan yang lainnnya. Pastinya itu buang waktu banget. Pernah sih, saya mengakalinya dengan menggunakan dua aplikasi saja, yakni Detik sama Kompascom. Tapi ujung-ujungnya saya cuma baca rubrik-rubrik entertainment. Misalnya, nih kalau di Detik, saya paling suka buka rubrik Wollipop, di mana rubrik tersebut rubrik khusus wanita dan entertainment.

Saya orangnya enggak gila gosip kok, tapi saya itu demen banget ngikutin update-nya Royal Family alias Prince Willam-Kate Middleton dan Prince Harry-Meghan Markle. Hahahah. Keluarga mereka itu memang punya daya tarik banget buat diulas dan bikin banyak orang penasaran sama kehidupan mereka sebagai sosok yang dipuja-puja di seluruh dunia.

Tapi lama kelamaan saya sadar, enggak ada faedahnya saya update info tentang mereka. Toh saya juga enggak bisa seperti mereka. Infonya juga enggak berguna apa-apa buat saya di dunia kerja atau lagi ngumpul sama teman-teman saya. Karena teman-teman saya biasa aja tuh sama Royal Family, saya saja kayaknya yang terlalu ‘fanatik’ sama mereka. Hahahaha.

Untuk waktu baca koran sendiri saya biasanya luangin waktu 30-45 menit setelah selesai dandan di kantor. Jadi sebelum mulai kerja, saya baca koran dulu. Ada beberapa teman-teman saya yang nanya ke saya, kenapa masih suka baca koran. Saya biasanya akan jawab begini “gue kasian sama mata gue karena harus terus lihat laptop sama smartphone tiap hari. Lagian, gue enggak pantes kalau pake kacamata (yang alasan kedua ini becanda J).”

Itu dia alasan kenapa saya masih suka baca koran. Kalau kamu sendiri gimana, apa kamu masih suka membaca koran juga?
  • 84 Comments
Sumber: Pexels.com

Saya tertarik nulis soal waktu untuk membaca buku, karena ini berasal dari pengalaman pribadi. Hehehe.
  • 52 Comments


Kamu ada yang sudah mengenal Podcast? Atau mungkin ada dari kamu yang lebih suka mendengarkan podcast daripada radio? Media suara ini memang belum se-terkenal Blog atau Vlog di Indonesia.  Peminatnya juga belum sebanyak negara asalnya, yakni Amerika. Di negara Paman Sam, podcast sama terkenalnya dengan Youtube. Kebanyakan mayarakat di Amerika mendengarkan informasi di sela-sela waktu dengan mendengarkan podcast. Memang podcast sendiri diproduksi oleh Apple.

Podcast sendiri adalah sebuah platform siaran suara yang sekilas mirip dengan radio, tapi bedanya bisa di-download dari internet dan bisa didengarkan kapan aja yang kamu mau. Podcast atau iPod Broadcast ini juga diartikan sebagai sebuah blog bersuara (atau audio blog). Saat ini podcast bukan hanya terbatas pada suara aja, tapi sekarang video juga bisa, tapi yang lebih popular adalah untuk suara.

Adanya podcast, sebenarnya sangat memudahkan kamu mendengarkan informasi audio yang sesuai dengan kebutuhan. Di podcast juga banyak tersedia jenis kategori yang bisa dipilih untuk bisa didengarkan, misalnya tentang dunia hiburan, olahraga, lifestyle, bahkan bisnis juga ada. Kalau berbicara soal platform untuk podcast, ada banyak yang bisa digunakan baik gratis maupun berbayar. Selain Apple Podcast bawaan aplikasi dari iphone, salah satu platform yang banyak digunakan juga  oleh para podcaster adalah Soundcloud. 

Mungkin kamu udah familiar, sama yang satu ini ya? Saya juga udah tahu soundcloud dari kuliah, buat dengerin cover-an lagu. Ya, dulu Soundcloud memang menjadi salah satu media yang digunakan banyak orang sebagai ajang media sosial buat orang yang suka nyanyi tapi hanya ingin didengar suaranya aja. Hahahaha.

Saya sendiri udah punya podcast dari beberapa tahun lalu sejak kuliah. Tapi enggak pernah diurus hahaha. Buka cuma buat dengerin cover-an lagu yang dinyanyiin sama cowok yang saya suka di kampus. Hahaha. Terus di tahun 2018 ini saya kepikiran buat coba mulai ‘isi’ Soundcloud saya dengan podcast yang ngebahas tentang buku (rencananya sih gitu), tapi enggak tahu kalau sore. *Lah hehehe. 

Jadi, untuk podcast pertama saya ini, saya mencoba membahas novel yang berjudul Resign karangan Almira Bastari. Sekilas tentang buku ini, bercerita tentang satu geng yang terdiri dari 4 orang yang menyebut diri mereka cungpret, alias kacung kampret yang ada di sebuah kantor konsultan di Jakarta yang berlomba-lomba untuk resign duluan dari kantor gara-gara bos mereka yang super nyebelin dan selalu bisa mengendus niatan karyawannya yang mau resign. Kata resign tentu jadi agak sedikit menggelitik karena di luaran sana ada banyak karyawan yang mau resign dari tempat kerjaannya, salah satu alasannya karena bos! hehehe. Soundcloud saya sendiri bernama Eka Rahmawati. Buat kamu yang mau mendengar Soundcloud saya tentang buku Resign, bisa klik di sini.

Jadi, tujuan saya bikin podcast sebenarnya buat memotivasi saya baca buku biar enggak malas. Hehehe. Saya punya kebiasaan kalau abis beli buku baru, enggak langsung dibaca. Jadi, buku baru pada numpuk tuh di lemari. Dengan adanya podcast sebenarnya kayak membuat saya memiliki kewajiban aja buat bikin konten baru. Heheheh. Mudah-mudahan bisa terus konsisten buat bikin podcast baru. Aamiin 😊. 

Untuk membuat podcast yang bagus, memang memerlukan beberapa persiapan yang seharusnya dilakukan, salah satunya adalah membuat script atau naskah. Ya, naskah bukan cuma buat acting aja lho ya, tapi bikin podcast pun juga harus bikin, biar ngomongnya terarah gitu. Di podcast saya yang pertama ini jujur saya enggak pakai script. Saya cuma nulis poin-poin mau ngomong apa, dengan maksud biar terarah kalau ngomong.

Eh tapi pas udah mulai nge-record suara pakai hape, malah enggak sesuai sama yang ada di poin-poin. Hahaha. Tapi saya pikir ya udah enggak apa-apa, namanya juga masih belajar. Saya buat bikin 1 podcast aja ngerekam sampai 4 kali hahaha. Kalau menuntut kesempurnaan di awal, kayaknya karya enggak bakal jadi-jadi. Iya, enggak? Bener apa bener? 😊



  • 9 Comments


Pertama kali lihat buku ini di rak buku Gramedia Bintaro, saya langsung memfokuskan perhatian sama buku yang satu ini.  Kenapa? Karena dari judulnya saja ada embel-embel USA. Iya saya suka banget baca buku yang ada kaitannya sama Amerika, karena saya punya impian, suatu saat saya harus bisa ke Amerika. Aamiin🙂

Setelah saya membaca bukunya sampai tuntas, saya bisa katakan saya enggak menyesal sama sekali telah membeli buku ini. Buku ini benar-benar ‘asupan’ yang sangat bermanfaat bagi jiwa tiap orang yang punya mimpi. Lost In The USA mengajarkan kepada para pembacanya untuk memiliki tekad yang kuat serta bekerja keras meraih impian, bersyukur dengan apa yang sudah didapatkan selama ini dan tak lupa untuk selalu berbakti pada kedua orang tua dan tidak pernah melupakan kehadiran Tuhan di manapun dan kapanpun.


Setting waktu di novel ini tahun 1980an. Berawal dari Fathi Bawazier selaku tokoh utama sekaligus penulis novel ini yang ingin menjadi manusia berilmu dan memiliki nilai jual tinggi di tengah-tengah persaingan jutaan manusia yang berusaha memperoleh kehidupan yang layak dan mapan untuk masa depan, maka menurutnya hanya ada dua pilihan yang harus ia tentukan, yakni kuliah di Universitas negeri atau kuliah di Universitas luar negeri.

Saat SMA Fathi mendapat julukan sebagai ‘anak garpu’, karena ia memiliki rambut kribo dan ia menggunakan garpu makan sebagai sisir untuk merapikan rambutnya. Dalam novelnya Fathi bercerita jika ia termasuk anak yang badung disekolahnya. Saat SMA ia menggunakan jeans belel, jaket warna hijau tentara, sepatu kets belel, bahkan jika ia sedang malas memakai sepatu kadang memakai bakiak dan tidur dikelas. Ia  tak pernah membawa tas, hanya satu buku tulis yang memuat semua mata pelajaran dan disematkan di saku belakang celana.

Sempat saya berpikir, kenapa orang-orang sukses atau public figure yang banyak menginspirasi orang itu masa lalunya sempat jadi anak badung atau anak nakal. Sebut saja Bill Gates yang sering bolos kuliah dan akhirnya di DO dari kampusnya. Sekarang dia jadi pemilik microsoft. Ya walaupun tidak semua orang sukses seperti itu sih. Hehe. Ini membuktikan kalau tidak semua anak badung, masa depannya akan jelek atau berantakan.

Tidak berhasil masuk Universitas negeri impiannya yakni ITB sampai UI, akhirnya Fathi memilih pilihan kedua yakni kuliah di Universitas Luar negeri. Keinginan tersebut tidak bisa tercapai dengan mudah, Ayah Fathi yang biasa dipanggil Abah saat itu bekerja sebagai makelar bahan bangunan tidak bisa membiayai kuliah Fathi di luar negeri. Tetapi mengijinkan anaknya merantau ke luar negeri. Saya sangat salut dengan orang tua Fathi yang mengijinkan anaknya untuk meraih impiannnya sekolah di luar negeri. Mamah dan Abah sangat mendukung apapun keinginan anaknya dan tidak pernah sekalipun menciutkan mimpi anaknya. Mereka sangat percaya dengan anaknya.

Sebenarnya Fathi ingin sekali merantau ke Australia, namun sayang, tahun 1980an untuk mendapatkan visa ke Australia sangat susah. Saat Fathi berusia 19 tahun, ia pernah berusaha untuk mendapatkan visa turis Australia. Setelah mengalami tiga kali penolakan pengajuan visa tourist Australia, akhirnya Fathi bisa mendapatkannya walaupun hanya mendapat izin 14 hari. Di Australia Fathi tinggal selama 3.5 bulan, harus  pulang ke Indonesia dengan cara dipulangkan oleh petugas imigrasi, karena statusnya sebagai imigran gelap. Saya sebagai pembaca merasa kagum akan kegigihan Fathi. Mungkin buat orang lain kegagalan mencapai tiga kali, sudah membuat orang gampang menyerah. Dan terbukti dengan kegigihan, keinginan untuk bisa ke Australia bisa terwujud ya walaupun berakhir dengan tragis.

Kegagalannya meniti karir dan sekolah di negeri orang tidak mengurungkan niat Fathi untuk merantau ke luar negeri lagi. 2. Agustus 1987  saat ia berusia 23 tahun dan bersama Thoriq (19)  sepupunya pergi ke Amerika, tepatnya Los Angeles. Disini saya sekali lagi dibuat kagum oleh keberanian Fathi, yang tak takut untuk mengambil risiko. Pergi ke Amerika tanpa ada sanak saudara di sana, tidak mengurungkan niatnya untuk bisa menjadi manusia yang berilmu dan memiliki nilai jual tinggi. Novel yang bisa dibilang termasuk novel religi ini banyak menyiratkan pesan-pesan islami yang sangat menyentuh. Fathi sempat bekerja sebagai pengantar Piza yang mengandung daging tak halal . Ia bimbang dan meminta pendapat seorang Uztad yang akhirnya menyarankan ia untuk keluar dari tempat kerjanya dan yakin akan ada pekerjaan lain untuknya.

Fathi bekerja di station Operator Inc, subsidiary dari Mobil Oil Corp perusahaan perminyakan kelas dunia sebagai kasir.  Di dalam bukunya Fathi banyak bercerita tentang pertolongan Allah SWT. Salah satunya adalah ketika Fathi diharuskan menjadi saksi dalam kasus yang menimpa teman kerja barunya bernama David yang ternyata seorang Psycho Maniac. Disatu sisi jika ia memberatkan David ia takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi padanya, sementara jika ia tidak memberikan kesaksian ia akan di kenai hukuman pasal penghinaan terhadap lembaga peradilan yang sanksinya kurungan penjara dan denda. Sebelum persidangan tersebut dilakukan ia solat tahajud meminta perlindungan dari Allah SWT   dan akhirnya ia batal menjadi saksi yang otomatis menyelamatkan hidupnya.  Yang saya suka dari buku ini adalah banyak menyisipkan ayat maupun hadist islami yang menambah pengetahuan saya akan kebesaran Allah SWT. Salah satunya yakni, ‘Dalam surat Al-Baqarah, ayat 216  mengatakan “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahai ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui’ ( hal 165).

Inti dari novel ini kita diajarkan untuk tidak pernah lelah untuk mengejar mimpi. Terbukti dengan kegigihannya Fathi bekerja di Amerika ia berhasil kuliah di Pierce College sebuah community college atau setara dengan D2 jurusan computer science. Dan berhasil mencapai posisi  manager menggantikan  bosnya di perusahaan yang masih sama yakni Mobil Oil Corp. Dan saya mengambil pelajaran juga bahwa perbanyaklah berteman dengan siapa saja yang bisa membawa kita kepada kesuksesan, karena kita tidak akan tahu rejeki bisa datang dari orang-orang yang kita baru kenal. Dalam novelnya Fathi banyak berkenalan dengan teman-teman baru yang mengantarkannya pada mimpinya.

Saya juga mendapatkan beberapa gambaran tentang kehidupan di Amerika, misalnya di halaman 24 ternyata walaupun Los Angeles bisa dibilang sebagai negara bagian yang kita kenal sebagai salah satu surganya film di Amerika, tapi di sana juga banyak gembel-gembel atau homeless dan banyak tindakan kejahatan dilakukan di sana, walaupun settingnya tahun 1980an. Di halaman  8, Fathi menjelaskan cara menaiki bus, yakni pintu terbuka otomatis, penumpang naik, lalu memasukkan uang ke kotak besi di sebelah sopir. Ternyata kotak besi tersebut bisa secara otomatis dapat menghitung uang yang dimasukkan penumpang. Saya berpikir di tahun 1980an saja Amerika sudah memiliki transportasi yang memiliki teknologi praktis dalam hal transaksi. Di Bab 13, saya juga baru tahu ternyata di Amerika ada mata kuliah yang mengsyaratkan untuk pesertanya mengikuti tes bahasa inggris. Ada 10 level kelas bahasa inggris yang harus dilalui mahasiswa agar mendapat gelar setara D-2.  Wow mau mendapatkan suatu gelar saja harus melalui ujian bahasa inggris yang begitu banyak. Untung di Indonesia, bahasa Indonesia tidak ada tingkatan atau levelnya hahahaha.

Dan satu lagi yang bisa saya ambil dari membaca novel inspiratif ini adalah Fathi sangat menyayangi orang tuanya dan ia meyakini bahwa kesuksesan yang ia raih tak terlepas dari doa Mamah dan Abah nya. Sejauh apapun kita, sesibuk apapun kita dan bagaimana pun keadaan kita jangan sampai kita melupakan orang tua kita. Saya sangat merekomendasikan buku ini buat kita anak-anak muda yang masih punya semangat buat meraih impiannya🙂
  • 0 Comments

prelo.co.id


Cerita yang Mencerahkan Dan Berarti



Hallo,,, lohaaaaa
Kali ini gue bakal meresensi novel (lagi), kayanya udah lama gue enggak ngeposting tulisan soal resensi buku. Gue bakal bayar utang kali ini. Utang nulis resensi novel 23 Episentrum. Mau tahu seperti apa? Ayo kita mulai 😀

Gue bakal mengawali resensi buku 23 Episentrum dengan memperkenalkan lebih dulu tentang rupa dan detail mengenai Buku 23 Episentrum. Man-teman, kalian perlu tahu lho, kalo buku 23 Episentrum itu terdiri dari dua buku. Satu buku yang berisi novel bercerita tentang tiga tokoh utama yang bernama (Matari Anas, Awan Angkasa dan Prama Putra Sastrosubroto yang memiliki kisah saling terkait antar ketiganya. Dan dipostingan resensi gue kali ini, gue bakal membahas tentang cerita dari ketiga tokoh tersebut. Buku ini bersampul merah kemerah jambuan). Satu lagi adalah buku yang berwarna biru, berisi cerita tentang 23 orang yang telah sukses dengan cara mereka sendiri, tokoh-tokoh yang ada dalam buku bercover biru ini bercerita tentang pengalaman mereka dalam meraih mimpi mereka yang disertai dengan urusan kecintaannya pada pekerjaan yang mereka kerjakan.) salah satu tokoh yang membagi pengalaman kariernya adalah Mochamad Achir seorang jurnalis TV dan juga news anchor.

Judul Buku : 23 Episeentrum
Penulis : Adenita
Penerbit : Grasindo
Tebal : 504 Halaman (gabungan dengan Suplemen 23 Episentrum)
Tahun Terbit: 2012
Harga: Rp 70,000 (gabungan dengan Suplemen 23 Episentrum)

Udah selesai baca detail bukunya?
Yuk, sekarang kita mulai membedah isi bukunya (lebih tepatnya novel 23 Episentrum).
Mari gue perkenalkan dengan ketiga tokoh utama dari novel 23 Episentrum, check it out right here

Matari Anas
Seorang Sarjana Komunikasi Universitas Panaitan, bercita-cita menjadi news anchor. Ia berusia 26 tahun. Diterima sebagai reporter di TvB (Tv Berita), bukan news anchor sebagaimana yang dinginkannya. Sebelum ia bekerja di TvB, selama masa kuliahnya ia pernah menjadi reporter dan penyiar radio paruh waktu di kampus. Dua minggu setelah wisuda, ia memasuki dunia kerja yang sesungguhnya di Jakarta. Ia bekerja Bukan semata ia rajin, tapi karena butuh; butuh menghasilkan uang secepatnya agar bisa segera menghidupi dirinya dan juga membayar biaya utang kuliahnya yang berjumlah 70 juta, sisa 55 juta karena di cicil kerja saat kuliah).

Awan Angkasa.
Seorang penyuka Liverpool yang bekerja sebagai Treasury Finance di Bank Madani dengan prestasi kerja tidak terlalu membanggakan. Tujuan dirinya bekerja di Bank hanya ingin mewujudkan keingian ibunya agar bisa seperti almarhum ayahnya Hanafi Angkasa. sebagai seorang bankir. Dan juga Awan, ingin menggugurkan kewajibannya sebagai seorang lulusan perguruan tinggi ternama yang harus cepat bekerja. Awan menyesal telah menuruti kehendak ibunya begitu saja tanpa mampu berargumen. Menjalani hari dengan tidak semangat., ia menyimpan sebuat hobi yang selalu membuatnya semangat yakni tukang cerita.

Prama Putra Sastrosubroto.
seorang sarjana teknik perminyakan yang lulus tepat waktu dan langsung dilamar oleh perusahaan minyak Perancis, T & T,sebagai reservoir engineering dan berstatus international mobile employee.status yang membuatnya harus siap berkelana ke berbagai belahan benua sesuai dengan proyek pengeboran ladang minyak. Tapi semua pencapaian itu tidak serta-merta membuatnya bahagia. Tidak ada lagi tantangan kerja selain kemampuannya yang makin tumpul dan tidak bergairah. Refleksi kariernya memang tidak pada uang, tapi pada ketenangan serta kebahagiaan hati. Sudah tiga tahun kebahagiaan itu belum datang dalam wujud yang diinginkan.

Novel 23 Episentrum berkisah tentang perjalanan cerita tiga orang dalam mencapai mimpi dan harapan mereka masing-masing (tokoh utamanya sudah gue jabarkan). Disetiap perjalanan meraih mimpi itu, setiap dari tiga tokoh itu diharuskan berhadapan dengan dilema dan hambatan. Tujuan hidup Matari dalam bekerja bukan hanya untuk mencapai cita-citanya sebagai news anchor, tetapi ada tujuan lain, ia bekerja keras agar segera memperoleh uang untuk membayar kembali hutang yang sudah membuatnya menjadi seorang sarjana. Hari-hari Tari tak lepas dari perjuangan hidup untuk memperbaiki status ekonomi keluarganya. Selepas ayahnya di PHK, ayahnya tak mampu lagi memenuhi kebutuhan sekolah Tari (kuliahnya).

Dalam benak Tari, ia harus kuliah untuk bisa memperbaiki kehidupannya. Dengan modal nekat akhirnya Tari memutuskan untuk melanjutkan kuliah dengan cara berutang pada 23 orang temannya dan pastinya dengan jumlah uang yang tidak sedikit. Dicerita lainnya kita akan disuguhkan juga perjuangan hidup dari Awan Angkasa yang merupakan seorang Bankir, namun sangat tidak menikmati pekerjaannya tersebut. Disela hari-hari yang tidak menyenangkan selama di Bank Madani (tempat Awan bekerja) hanya satu yang selalu membuat ia bisa melupakan keluh-kesahnya di kantor, yakni film. Ia sangat menyukai film.

Sepertinya bukan keahlian menjadi Bankir yang diturunkan oleh sang Ayah ke dalam diri Awan, justru Ayahnya mewarisi sifat suka bercerita kepada Awan tanpa disadari. Pertentangan juga tak hanya berasal dari hati Awan yang tidak menyukai pekerjaannya, tapi juga pertentangan dengan ibunya yang tidak merestui Awan menekuni dunia film, dunia yang anaknya sukai.

Kisah berlanjut pada seorang Prama Putra Sastrosubroto, yang hidupnya selalu dipenuhi target dan ia berhasil memenuhi target tersebut dengan baik. Bisa dibilang jalan hidup dari seorang Prama adalah hidup yang diimpikan oleh semua orang di dunia ini. Umur 26 tahun berhasil lulus S-2 di Prancis, 27 tahun hidup mapan dengan segala kenikmatan pekerjaan yang luar biasa mewah, karena ia sering bolak-balik keluar negeri untuk pekerjaannya tersebut. Tapi dibalik itu semua, Prama baru menyadari bahwa kehidupannya selama ini hanya membahagiakannya dari sisi luarnya saja, tapi hatinya ternyata masih kurang bahagia.

Bukan Prama tidak menyukai pekerjaannya, ia justru sangat mencintai pekerjaannya. Tapi ia merasa hidupnya ada yang kurang, namun ia tak tahu apa yang kurang dari dirinya. Dalam kisahnya Prama melakukan perjalanan hati yang membuat ia menemukan jawaban atas semua pertanyaannya. Saat ia melakukan perjalanan hati ke Medan menemui gurunya yakni Pak Muktar, yang membuat Prama menemukan jawaban dari semua pertanyaannya. Ternyata Prama merasa selama ia hidup sampai saat ini, merasa masih kurang berbagi dengan orang lain. Bukan berarti Prama itu pelit, ia selalu membagi setiap rizekinya pada orang yang membutuhkan, tapi ia tak pernah tahu siapa orang yang ia sumbang itu. Biasanya ia hanya menyuruh orang lain untuk membantu menyumbangkan rezekinya. Dan tidak hanya itu, ia juga merasa hatinya pun kurang, kurang kasih sayang dari seseorang yang bernama wanita.

Gue menangkap dari semua cerita yang barusan gue jelaskan dari masing-masing tokoh, ada benang merah dari semuanya. Benang merahnya adalah bahwa kebahagiaan itu enggak hanya dari materi, tapi juga kebahagiaan hati, itu lah yang paling penting. Tari, walaupun ia harus banting tulang bekerja demi melunasi utang kuliahnya ia merasa bahagia dengan pekerjaannya menjadi seorang reporter. Ia merasa ini merupakan langkah awal bagi cita-citanya menjadi seorang news anchor.

Awan dengan semua kegundahan hatinya akan pekerjaannya sebagai seorang Bankir,tapi ia tak pernah kenal kata menyerah untuk terus mengerjakan pekerjaan yang ia inginkan yakni sebagai penulis sKenario. Prama walaupun sudah berkecukupan di bidang financial ia tak juga menemukan kebahagiaannya, dan belakangan ia tahu bahwa tidak hanya financial yang ia butuhkan tapi juga harus memenuhi kebutuhan hatinya untuk saling berbagi (tidak hanya dalam bentuk uang tapi juga ilmu, semangat dll) dan juga kasih sayang.

Dalam novel ini dijelaskan, makna dari 23 Episentrum adalah 23 berasal dari 23 tangan manusia (teman-teman Tari yang membantu/merelakan uang mereka dipinjam oelh Tari untuk mebayar biaya kuliah saat itu). Episentrum itu adalah epi.sen.trum / épisentrum / n titik pada permukaan bumi yang terletak tegak lurus di atas pusat gempa yang ada di dalam bumi. Maksudnya adalah dalam mengejar impian pekerjaan yang Awan inginkan yakni menjadi penulis skenario, selama ia menjadi Bankir, Awan tak pernah berhenti menulis cerita dan ada sebuah folder yang berisikan hobi dari Awan yakni kumpulan cerita yang sudah Awan buat sejak kuliah dan folder tersebut diberi nama Episentrum. Ada saatnya Awan merasa folder itu seperti bergerak, mengguncang seperti gempa yang ingin keluar dari persembunyiannya, dan rasa itu terjadi saat Awan telah bulat untuk beralih profesi sebagai penulis skenario.

Bab 23 : Modus Bonus
“Orang yang berjuang mempertahankan apa yang dicintainya akan mendapatkan ganjaran yang setimpal. Mungkin bukan sekarang, bukan besok… tapi nanti. Akan ada banyak jalan meraih apa yang kamu butuhkan tanpa perlu meninggalkan apa yang sudah kamu lakukan dan cintai. Melakukan sesuatu yang kita sukai itu mahal harganya.”

Bab 26 : Enam Bundle Uang
“Orang kecil modalnya cuma ilmu.dan jujur. Modal utama banget buat kita bisa jadi besar. Tuhan itu enggak tidur, Tuhan tahu, tapi Dia menunggu. Kalau enggak bisa jadi yang terbaik, lebih baik berhenti sekarang.”

Bab 27 : Cinta Itu Memberi
“Kalau mau punya pasangan yang baik, kita juga harus baik dulu. Hukum alam itu mendekatkan apa-apa yang serupa. Jika kita Cuma pengin dicintai berarti egois mentingin diri sendiri. Karena dicintai bisa bikin lupa diri. Aku dicintai karena aku mencintai.

Cukup ya resensi buku kali ini, kalo gue jabarin semua enggak enak dong. Mending kalian baca bukunya aja sendiri dan meresapi sendiri inspirasi yang bisa kalian dapetin dari buku ini. Gue sangat menyarankan buat kalian untuk membaca buku ini. Karena buku ini keren abis. Dalam buku ini pembaca bakal merasakan cerita tokoh yang dituliskan oleh penulis, karena memang cerita yang disuguhkan itu benar-benar terjadi di kehidupan saat ini.
  • 0 Comments
Newer Posts Older Posts Home
BloggerHub Indonesia

About me

Eka-Rahmawati


Eka Rahmawati

"Behind Every Successful Woman, It's Her Self — Unknown


Follow Us

  • instagram
  • Twitter
  • facebook
  • Linkedin
  • YouTube
  • Kompasiana

Banner spot

Blogger Perempuan

recent posts

Labels

Belajar Bareng Buku & Film Cooking digital agency Healthy Kecantikan Kelas Penyiar Indonesia Lomba blog Makan Melancong Produk Lokal Review

Popular Posts

  • Kenalan dengan InShot, Aplikasi Edit Video untuk Pemula yang Mudah Digunakan
  • Senangnya Jadi Narablog di Era Digital
  • 7 Langkah Perawatan Wajah yang Wajib Dilakukan Perempuan

My Portfolio

  • SEO Content Writing 1
  • SEO Content Writing 2

Blog Archive

Eka Rahmawati. Powered by Blogger.

Pageviews

instagram

Created By ThemeXpose | Distributed By Blogger

Back to top