Eka Rahmawati

  • Beranda
  • Profil
  • Makan
  • Sehat
  • Cantik
  • Jalan
  • Buku&Film
  • Belajar
Source: Pinterest.com /  creativemarket.com

Liburan natal dan tahun baru 2020 yang baru saja dilewati saya habiskan dengan  lebih banyak berkumpul bersama keluarga. Dan senangnya lagi, tidak ada deadline dari kantor. YEAAAYYYY! Saya jadi lebih tenang hehehehe. 

Sebelum liburan panjang kemarin, saya memang sudah membuat jadwal apa saja yang akan saya lakukan selama 10 hari tersebut. 

Beberapa di antaranya adalah menyelesaikan serial Netflix, menyelesaikan tulisan yang ada di blog, dan membaca beberapa buku serta blog dari beberapa orang untuk mencari inspirasi. 

Di hari-hari awal masuk kerja seperti saat ini, saya yakin ada sebagian dari kamu yang belum aktif bekerja atau bahkan memperpanjang waktu libur dengan mengambil cuti. 

Untuk menyiapkan jiwa, raga, dan juga otak untuk mulai bekerja di hari senin besok, 4 buku di bawah ini bisa kamu nikmati sambil leye-leye di kasur atau sofa, check it out!

Kelana - Famega Syavira Putri 


Buku ini saya rekomendasikan untuk kamu baca di weekend yang masih santai ini karena bisa dengan cepat menyelesaikannya. Ukuran bukunya tidak terlalu panjang dan tidak terlalu tebal karena hanya 264 halaman saja. Bahkan bisa kamu baca diperjalanan jika weekend ini berencana untuk keluar. 

Kaum hawa yang punya mimpi untuk bisa berkeliling dunia, tapi masih ragu untuk melakukannya, saran saya coba baca buku ini terlebih dulu. 

Secara ringkasnya, buku bersampul warna ungu dan putih ini bercerita soal Famega Syavira Putri yang melakukan perjalanan solo lebih dari 4 bulan dari Indonesia menuju Afrika dengan berkunjung ke 18 negara dan 44 kota menggunakan moda transportasi darat dan laut, lho. 

Perjalanan mba Famega dimulai dari Dumai menuju Malaka, kemudian ke Malaysia, lalu ke Thailand menuju Laos, kemudian lanjut ke Vietnam, lalu Cina, menuju Mongolia, Rusia dan masuk kawasan Eropa. Selain itu, yang membuat saya suka dengan buku ini adalah bagi para perempuan bisa muncul semangat untuk bisa berpergian seorang diri melalang buana ke luar negeri yang sangat jauh dari Indonesia. 

Kamu juga bisa belajar bagaimana survive dan belajar dari pengalaman Mba Famega yang pastinya seru dan challenging. Dalam buku ini seperti diingatkan ketika sang penulis sedang dalam kesulitan di beberapa negara yang ia singgahi, selalu ada bantuan yang datang dari mana saja. 

Dengan cara bercerita yang sangat baik, pembaca pun bisa sekaligus mengambil tips dan trik  berpergian jauh dari Mba Famega, seperti hitchhiking (nebeng) yang aman khususnya bagi perempuan. 

Mengapa Aku Harus Membaca? - Abinaya Ghina Jamela


Meskipun judulnya terlihat simpel tapi jangan remehkan isi bukunya. Ini buku rekomendasi dari Ardan, teman kantor saya. Kata dia menariknya dari buku ini karena yang menulis adalah anak kelas empat SD berumur 9 tahun dan ini bisa menjadi buku parenting yang bagus. Alasannya, serasa disentil oleh tulisan adik Naya ini yang kebanyakan merupakan protes terhadap orang dewasa. 

Salah satu potongan yang menyentil menurut saya, yakni "Katanya membaca itu bikin pintar? Tapi ketika anak-anak menjadi lebih pintar karena membaca, tidak diterima. Mereka (orang dewasa) seperti tidak mau tersaingi oleh anak-anak. Seakan anak-anak yang suka membaca, banyak bertanya, dan menjadi cerewet itu seperti zombie yang akan menggigit mereka. Kan lucu! Tidak semua orang tua, sih! Tapi hampir semua," halaman 5. Membaca buku 116 halaman ini, kamu akan menemukan kejutan-kejutan lain yang ngena di hati orang dewasa. 

Sepeda Merah - Kim Dong Hwa


Buku ini dan Relish (akan dijelaksan setelah ini) direkomendsikan oleh teman saya yang lain bernama Kak Grace. Sepeda Merah karya Kim Dong Hwa merupakan novel grafis yang berasal dari Korea Selatan. Buku ini berisi kisah-kisah pendek tentang kehidupan di sebuah desa Yahwari, dengan tokoh utama tukang pos yang begitu mencintai pekerjaannya dalam berkeliling mengantarkan surat menggunakan sepeda berwarna merah. 

Di desa Yahwari kebanyakan penduduknya adalah orang tua. Sementara anak muda di desa tersebut bekerja merantau ke kota. Menurut Kak Grace meskipun ini cerita sehari-hari dan terkesan sederhana tapi cukup berarti. Lewat buku bercover putih dan merah ini akan ada banyak pesan yang  disampaikan seperti mengajarkan untuk membantu sesama,  menyayangi orang tua, menyantuni para lansia, dan mencintai alam.

 Relish - Lucy Knisley


Relish juga novel grafis dari Amerika Serikat.  Fokus dari buku ini adalah memoar atau cerita hidup Lucy Knisley yang merupakan kartunis yang memiliki kecintaan pada makanan. Buku ini bercerita bagaimana ia sedari kecil, lingkungan keluarga, rumah, dan pola asuh keluarganya hingga dia memliki ketetarikan yang cukup tinggi terhadap makanan. Menariknya, setiap bab disertai dengan resep bergambar. Jujur saja, saya jadi penasaran dengan buku ini hehehe.

Semua buku di atas, menurut saya, Ardan, dan Kak Grace bisa kamu baca di dua hari weekend ini. Buku-buku tersebut sangat ringan dan menarik untuk dibaca. Semoga kamu bisa mendapat inspirasi setelah membacanya ya.  Saran saya, siapkan kudapan lezat atau secangkir teh atau kopi untuk 'melahap' buku-buku tersebut.

Happy reading and happy weekend!

Baca juga:
Enggak Ada Alasan Buat Malas Baca Buku. Karena Ada 6 Cara
  • 0 Comments

Saya sudah lama sekali tidak menulis review buku yang saya baca. Memang sepertinya harus mulai nulis lagi hehehe. Nah kebetulan sahabat saya yang bernama Ines Pratiwi beberapa waktu lalu sempat minta saya untuk me-review buku terbarunya yang berjudul Step Forward to Hijrah.

Dari judulnya saja kamu pasti sudah tahu kan buku tentang apa yang ditulis oleh Ines? :)

Setelah saya baca buku Ines yang berisi 307 halaman dan saya baca kurang lebih dua minggu (maaf saya bacanya pas di jalan kantor dan pulang kantor, hehe). Dalam buku yang ditulis Ines karena terinspirasi dari pengalaman pribadinya maupun kisah-kisah dari teman-temannya ini menambah pengetahuan akan Islam.

Ines berusaha menyampaikan sudut pandangnya terkait apa itu hijrah dan bagaimana ia mengalami proses Hijrah itu sendiri.

Beberapa bagian yang menggugah hati saya ketika membaca buku Ines ada beberapa bagian:

  1. Pada bagian prolog halaman 13. Dikatakan jika Allah SWT memberikan dua janji kepada orang-orang yang berhijrah. Pertama Allah menjanjikan tempat hijrah yang luas. Namun bisa yang dimaksud tempat yang luas ini bukan makna sesungguhnya. Tapi bisa berupa hijrah untuk pindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya dan ia mendapatkan rezeki yang lebih baik.  Janji kedua mendapatkan rezeki, namun yang dimkasud rezeki di sini bukan materi atau harta.  Tapi bisa jadi kenikmatan Allah yang lain.
  2. Ines juga membantu saya (pembaca) dalam memahami apa itu perbedaan jilbab, hijab, dan kerudung. Mungkin ada dari kamu yang masih menganggap jika jilbab, hijab, dan kerudung adalah sama. Saya pun sebelum membaca buku ini menganggap 'mereka' adalah sama. Jilbab merupakan kata yang diambil dari bahasa Arab yang artinya pakaian yang panjang dan    longgar serta menutup semua aurat wanita kecuali wajah dan telapak tangan. Sementara hijab    lebih kepada bagaimana cara berpakaian yang baik dan benar menurut syariat Islam. Dalam      Al-Quran juga disebutkan jika arti dari hijab merupakan penutup seperti kelambu, tirai, dinding, papan, dan penutup lainnya. Bagaimana dengan kerudung? Kata ini berasal dari Bahasa Indonesia yang memiliki arti sama dengan Khimar yang memiliki arti penutup bagian kepala, leher sampai dada. Sudah paham perbedaan ketiganya, bukan? 
  3. Ines pada bukunya halaman 19-25 juga menyampaikan bagaimana ya memakai jilbab sesuai      syariat Islam (jilbab syar'i) yang ia ketahui dari Al-Quran dan Hadist.a. Menutup seluruh anggota badan kecuali telapak tangan dan wajah. b. Tidak difungsikan sebagai perhiasan c. Bahannya Tebal, tidak transparan, dan tidak ketat. d. Pemakaiannya ditujukan bukan untuk mencari popularitas atau sebagai ajang gengsi
  4. Ines juga menyampaikan beberapa pandangan dari orang-orang di sekitarnya seperti teman-temannya yang menganggap saat ia memakai hijab tampilannya jadi lebih tua atau lebih dewasa, enggak pantas, menjadi kurang cantik dan lain sebagainya.Belum lagi cibiran orang-orang pada Ines yang menganggapnya sama dengan perempuan-perempuan lain yang suka lepas pakai hijab. Tapi Ines selalu berusaha istiqomah dan tetap teguh pada pendiriannya jika ia  mantap berhijab Syar'i. Yang utama dalam hijrah menurut Ines adalah proses dan istiqomah. 
  5. Ines juga membuktikan orang-orang yang tidak suka dengan dirinya lewat prestasi.Terbukti Ines menjadi juara di beberapa kompetisi maupun kelas yang ia ikuti serta telah          mengeluakan banyak karya seperti juara terbaik Fashion Show Pinky Hijab, sempat menjadi    host  acara Oase Pagi Kompas TV. Sementara karya yang Ines telah buat seperti menulis            beberapa  buku dengan judul Mutiara Langit yang berisi kumpulan puisi dan renungan bagi Muslimah. Ada pula buku Natural Beauty, Travel in Style Belitung Island, dan Willy Anak Desa. 
Saya setuju dengan Ines, kita tak perlu lah membalas cibiran orang maupun perbuatan jahat seseorang pada kita. Tunjukkan saja prestasi agar orang-orang negatif tersebut tidak lagi menganggap kita remeh. 

Saya juga suka salah satu kutipan yang ada di buku ini: 
          Hijrah itu mudah, yang sulit istiqomah setelah berhijrah- Unknown (Hal. 156)
Terima kasih saya ucapkan pada Ines yang sudah mempercayakan saya untuk mengulas karya terbarunya Step Forward to Hijrah. Saya doakan semoga tujuan dari terbitnya buku ini, yakni untuk memberikan inspirasi bagi pembacanya bisa terlaksana. Dan pembaca yang lain bisa menyerap ilmu dan pesan sebanyak-banyaknya dari buku sahabat saya, Ines. 

Bagi kamu yang mau membeli buku Ines bisa di Instagramnya di @inescollection.id. Kalau kamu juga masih penasaran dengan review buku Ines Step Forward to Hijrah bisa tonton dulu ya video Youtubenya dan jangan lupa subscribe channel Youtube Ines ya. Pesan ku, terus berkarya ya Ines dan tetaplah menyebarkan inspirasi bagi muslimah lainnya. Good luck :D

Buku "Step Forward to Hijrah"
Jenis buku : Novel Inspiratif
Based on True Story
Author : Ines Pratiwi
Publisher : Diandra Creative



  • 0 Comments


Ayo siapa di antara kamu yang masih suka membaca koran sampai sekarang? Kalau ada, sama dong kayak saya. Kamu mungkin bertanya, kenapa sih saya masih suka membaca koran dan tidak memanfaatkan gawai saya saja untuk mendapatkan informasi yang up to date? 

Alasannya sebenarnya sederhana saja. Saya kadang merasa kasihan sama mata saya yang harus dipakai buat melihat terus menerus smartphone dan laptop. Kamu pasti tahukan kalau didua benda itu di dalamnya ada yang namanya sinar biru? 

Kalau belum tahu, coba saya jelaskan. Berdasarkan penjelasan dari situs kesehatan Hello Sehat sinar biru atau blue light adalah sinar tampak dengan panjang gelombang pendek, sekitar 415 hingga 455 nm, dan tingkat energi yang tinggi.  Sinar ini mempunyai energi yang masih cukup kuat dan bisa merusak retina bila mata kita terkena secara terus menerus dalam waktu lama.Sumber alami dari sinar biru berasal dari matahari. Selain matahari, sinar biru juga berasal dari berbagai layar digital, seperti layar komputer, laptop, televisi, maupun smartphone dan peralatan elektronik lainnya untuk meningkatkan keterangan dan kejelasan layar.

Apa saja sih bahaya dari sinar biru? Setidaknya ada 3 nih efek negatifnya.

Menyebabkan kelelahan pada mata

Terlalu banyak melihat laptop/komputer, smartphone, dan televisi lama kelamaan bisa membuat mata menjadi lelah yang ditandai dengan mata iritasi dan kering, sakit kepala, leher, hingga punggung, pandangan yang kabur, dan susah fokus. Apa kamu merasakan tanda-tanda tersebut? Kalau iya, itu tandanya mata kamu lelah karena efek dari paparan sinar biru.

Merusak siklus tidur alami

Dampak dari sinar biru juga bisa memengaruhi siklus tidur kita lho. Hal ini dikarenakan sinar biru bisa mengganggu produksi melatonin--hormon yang membantu mengatur siklus tidur. Otak seseorang mulai memproduksi melatonin ketika tubuh siap tidur dan sinar biru dari smartphone bisa nih mengganggu proses produksi tersebut. Bila siklus tidur terganggu, bakal memengaruhi kesehatan mulai dari gangguan memori, obesitas, maupun gangguan genetik.

Kerusakan retina

Bila mata terpapar sinar biru terlalu sering menyebabkan retina menjadi rusak. Retina yang rusak disebabkan sinar biru, akan memicu hilangnya penglihatan sentral, yakni kemampuan untuk melihat apa yang ada di depan mata kamu.

Nah, sekarang udah tahukan soal sinar biru. Balik lagi ke topik utama dari tulisan saya ini. Kira-kira kenapa sih saya masih suka ‘menikmati’ koran dibandingkan media lain?

Lebih ‘ramah’ mata

Koran menjadi media informasi yang cukup ‘ramah’ mata. Indera penglihatan kita enggak dituntut untuk bekerja keras buat menghadapi sinar biru. Saya bekerja sebagai content writer sangat bergantung pada laptop. Kerja kurang lebih 8 jam di depan laptop dan diselingi sama main henpon pas jam istirahat, sore hari, dan malam hari. Enggak kebayang dong, banyak banget nih paparan sinar biru ke mata tiap hari. Makanya biar mata saya istirahat dari sinar biru, saya alihkan dengan salah satunya baca koran atau buku fisik. 

Lebih lengkap dan jelas

Kadang di pagi hari orang tua saya nonton TV sambil sarapan pagi. Nah, kadang saya juga ikutan ‘nimbrung’ nonton kalau tertarik sama berita yang lagi disampaikan. Dari situ kan saya jadi tahu berita terbaru. Sayangnya kalau di TV enggak bisa selengkap di koran, karena dibatasi sama yang namanya durasi. Dengan baca koran kita bisa tahu lebih jelas dan detil soal sebuah informasi. Karena biasanya berita di koran itu enggak cuma bersumber dari 1 narasumber saja, tapi bisa dua atau tiga narasumber yang makin melengkapi si berita yang ditulis oleh wartawan koran. Di aplikasi portal berita juga bisa sih dicari, tapi mereka cenderung enggak lengkap karena emang media online itu sebisa mungkin tulisan jangan terlalu panjang, karena bisa bikin pembacanya bosan dan matanya jadi cepat lelah. 

Menambah referensi kosakata

Kalau enggak salah, saya tahu ada kata ‘gawai’ itu gara-gara saya sering baca koran langganan kampus. (2015-2016 saya sempat kerja di kampus saya sendiri, yakni Universitas Mercu Buana sebagai staf humas). Nah, saat itu sesekali saya juga mengerjakan kegiatan media monitoring untuk memantau publikasi apa saja yang dimuat oleh media tentang Mercu Buana. Biasanya, saya melakukan media monitoring sehari setelah kampus menyelenggarakan acara besar. Dari situlah, saya sering baca koran. Dulu pas masih kerja di Mercu Buana, saya suka bawa buku kecil, buat mencatat istilah-istilah kata yang saya enggak tahu dan mencari artinya. Apalagi kalau baca bagian Politik dan Hukum, banyak istilah yang saya enggak paham.

Membangun kebiasaan membaca

Kebiasaan membaca bukan berarti kita harus baca buku saja. Tapi, bisa juga dengan membiasakan diri membaca koran. setelah saya resign dari kampus, saya sempat berhenti membaca koran dan beralih ke aplikasi berita. Saya sempat men-download beberapa aplikasi media online seperti Detik, Kompascom, CNN Indonesia, dan VOA Indonesia. Tapi saya pikir kalau banyak banget yang di-download menuh-menuhin memori henpon saya saja. 

Baca juga: Enggak Ada Alasan Buat Malas Baca Buku. Karena Ada 6 Cara Atur Waktu yang Bisa Kamu Pilih

Udah gitu, saya sendiri enggak mungkin baca satu-satu kan berita dari aplikasi yang satu dan yang lainnnya. Pastinya itu buang waktu banget. Pernah sih, saya mengakalinya dengan menggunakan dua aplikasi saja, yakni Detik sama Kompascom. Tapi ujung-ujungnya saya cuma baca rubrik-rubrik entertainment. Misalnya, nih kalau di Detik, saya paling suka buka rubrik Wollipop, di mana rubrik tersebut rubrik khusus wanita dan entertainment.

Saya orangnya enggak gila gosip kok, tapi saya itu demen banget ngikutin update-nya Royal Family alias Prince Willam-Kate Middleton dan Prince Harry-Meghan Markle. Hahahah. Keluarga mereka itu memang punya daya tarik banget buat diulas dan bikin banyak orang penasaran sama kehidupan mereka sebagai sosok yang dipuja-puja di seluruh dunia.

Tapi lama kelamaan saya sadar, enggak ada faedahnya saya update info tentang mereka. Toh saya juga enggak bisa seperti mereka. Infonya juga enggak berguna apa-apa buat saya di dunia kerja atau lagi ngumpul sama teman-teman saya. Karena teman-teman saya biasa aja tuh sama Royal Family, saya saja kayaknya yang terlalu ‘fanatik’ sama mereka. Hahahaha.

Untuk waktu baca koran sendiri saya biasanya luangin waktu 30-45 menit setelah selesai dandan di kantor. Jadi sebelum mulai kerja, saya baca koran dulu. Ada beberapa teman-teman saya yang nanya ke saya, kenapa masih suka baca koran. Saya biasanya akan jawab begini “gue kasian sama mata gue karena harus terus lihat laptop sama smartphone tiap hari. Lagian, gue enggak pantes kalau pake kacamata (yang alasan kedua ini becanda J).”

Itu dia alasan kenapa saya masih suka baca koran. Kalau kamu sendiri gimana, apa kamu masih suka membaca koran juga?
  • 84 Comments
Sumber: Pexels.com

Saya tertarik nulis soal waktu untuk membaca buku, karena ini berasal dari pengalaman pribadi. Hehehe.
  • 52 Comments


Kamu ada yang sudah mengenal Podcast? Atau mungkin ada dari kamu yang lebih suka mendengarkan podcast daripada radio? Media suara ini memang belum se-terkenal Blog atau Vlog di Indonesia.  Peminatnya juga belum sebanyak negara asalnya, yakni Amerika. Di negara Paman Sam, podcast sama terkenalnya dengan Youtube. Kebanyakan mayarakat di Amerika mendengarkan informasi di sela-sela waktu dengan mendengarkan podcast. Memang podcast sendiri diproduksi oleh Apple.

Podcast sendiri adalah sebuah platform siaran suara yang sekilas mirip dengan radio, tapi bedanya bisa di-download dari internet dan bisa didengarkan kapan aja yang kamu mau. Podcast atau iPod Broadcast ini juga diartikan sebagai sebuah blog bersuara (atau audio blog). Saat ini podcast bukan hanya terbatas pada suara aja, tapi sekarang video juga bisa, tapi yang lebih popular adalah untuk suara.

Adanya podcast, sebenarnya sangat memudahkan kamu mendengarkan informasi audio yang sesuai dengan kebutuhan. Di podcast juga banyak tersedia jenis kategori yang bisa dipilih untuk bisa didengarkan, misalnya tentang dunia hiburan, olahraga, lifestyle, bahkan bisnis juga ada. Kalau berbicara soal platform untuk podcast, ada banyak yang bisa digunakan baik gratis maupun berbayar. Selain Apple Podcast bawaan aplikasi dari iphone, salah satu platform yang banyak digunakan juga  oleh para podcaster adalah Soundcloud. 

Mungkin kamu udah familiar, sama yang satu ini ya? Saya juga udah tahu soundcloud dari kuliah, buat dengerin cover-an lagu. Ya, dulu Soundcloud memang menjadi salah satu media yang digunakan banyak orang sebagai ajang media sosial buat orang yang suka nyanyi tapi hanya ingin didengar suaranya aja. Hahahaha.

Saya sendiri udah punya podcast dari beberapa tahun lalu sejak kuliah. Tapi enggak pernah diurus hahaha. Buka cuma buat dengerin cover-an lagu yang dinyanyiin sama cowok yang saya suka di kampus. Hahaha. Terus di tahun 2018 ini saya kepikiran buat coba mulai ‘isi’ Soundcloud saya dengan podcast yang ngebahas tentang buku (rencananya sih gitu), tapi enggak tahu kalau sore. *Lah hehehe. 

Jadi, untuk podcast pertama saya ini, saya mencoba membahas novel yang berjudul Resign karangan Almira Bastari. Sekilas tentang buku ini, bercerita tentang satu geng yang terdiri dari 4 orang yang menyebut diri mereka cungpret, alias kacung kampret yang ada di sebuah kantor konsultan di Jakarta yang berlomba-lomba untuk resign duluan dari kantor gara-gara bos mereka yang super nyebelin dan selalu bisa mengendus niatan karyawannya yang mau resign. Kata resign tentu jadi agak sedikit menggelitik karena di luaran sana ada banyak karyawan yang mau resign dari tempat kerjaannya, salah satu alasannya karena bos! hehehe. Soundcloud saya sendiri bernama Eka Rahmawati. Buat kamu yang mau mendengar Soundcloud saya tentang buku Resign, bisa klik di sini.

Jadi, tujuan saya bikin podcast sebenarnya buat memotivasi saya baca buku biar enggak malas. Hehehe. Saya punya kebiasaan kalau abis beli buku baru, enggak langsung dibaca. Jadi, buku baru pada numpuk tuh di lemari. Dengan adanya podcast sebenarnya kayak membuat saya memiliki kewajiban aja buat bikin konten baru. Heheheh. Mudah-mudahan bisa terus konsisten buat bikin podcast baru. Aamiin 😊. 

Untuk membuat podcast yang bagus, memang memerlukan beberapa persiapan yang seharusnya dilakukan, salah satunya adalah membuat script atau naskah. Ya, naskah bukan cuma buat acting aja lho ya, tapi bikin podcast pun juga harus bikin, biar ngomongnya terarah gitu. Di podcast saya yang pertama ini jujur saya enggak pakai script. Saya cuma nulis poin-poin mau ngomong apa, dengan maksud biar terarah kalau ngomong.

Eh tapi pas udah mulai nge-record suara pakai hape, malah enggak sesuai sama yang ada di poin-poin. Hahaha. Tapi saya pikir ya udah enggak apa-apa, namanya juga masih belajar. Saya buat bikin 1 podcast aja ngerekam sampai 4 kali hahaha. Kalau menuntut kesempurnaan di awal, kayaknya karya enggak bakal jadi-jadi. Iya, enggak? Bener apa bener? 😊



  • 9 Comments


Pertama kali lihat buku ini di rak buku Gramedia Bintaro, saya langsung memfokuskan perhatian sama buku yang satu ini.  Kenapa? Karena dari judulnya saja ada embel-embel USA. Iya saya suka banget baca buku yang ada kaitannya sama Amerika, karena saya punya impian, suatu saat saya harus bisa ke Amerika. Aamiin🙂

Setelah saya membaca bukunya sampai tuntas, saya bisa katakan saya enggak menyesal sama sekali telah membeli buku ini. Buku ini benar-benar ‘asupan’ yang sangat bermanfaat bagi jiwa tiap orang yang punya mimpi. Lost In The USA mengajarkan kepada para pembacanya untuk memiliki tekad yang kuat serta bekerja keras meraih impian, bersyukur dengan apa yang sudah didapatkan selama ini dan tak lupa untuk selalu berbakti pada kedua orang tua dan tidak pernah melupakan kehadiran Tuhan di manapun dan kapanpun.


Setting waktu di novel ini tahun 1980an. Berawal dari Fathi Bawazier selaku tokoh utama sekaligus penulis novel ini yang ingin menjadi manusia berilmu dan memiliki nilai jual tinggi di tengah-tengah persaingan jutaan manusia yang berusaha memperoleh kehidupan yang layak dan mapan untuk masa depan, maka menurutnya hanya ada dua pilihan yang harus ia tentukan, yakni kuliah di Universitas negeri atau kuliah di Universitas luar negeri.

Saat SMA Fathi mendapat julukan sebagai ‘anak garpu’, karena ia memiliki rambut kribo dan ia menggunakan garpu makan sebagai sisir untuk merapikan rambutnya. Dalam novelnya Fathi bercerita jika ia termasuk anak yang badung disekolahnya. Saat SMA ia menggunakan jeans belel, jaket warna hijau tentara, sepatu kets belel, bahkan jika ia sedang malas memakai sepatu kadang memakai bakiak dan tidur dikelas. Ia  tak pernah membawa tas, hanya satu buku tulis yang memuat semua mata pelajaran dan disematkan di saku belakang celana.

Sempat saya berpikir, kenapa orang-orang sukses atau public figure yang banyak menginspirasi orang itu masa lalunya sempat jadi anak badung atau anak nakal. Sebut saja Bill Gates yang sering bolos kuliah dan akhirnya di DO dari kampusnya. Sekarang dia jadi pemilik microsoft. Ya walaupun tidak semua orang sukses seperti itu sih. Hehe. Ini membuktikan kalau tidak semua anak badung, masa depannya akan jelek atau berantakan.

Tidak berhasil masuk Universitas negeri impiannya yakni ITB sampai UI, akhirnya Fathi memilih pilihan kedua yakni kuliah di Universitas Luar negeri. Keinginan tersebut tidak bisa tercapai dengan mudah, Ayah Fathi yang biasa dipanggil Abah saat itu bekerja sebagai makelar bahan bangunan tidak bisa membiayai kuliah Fathi di luar negeri. Tetapi mengijinkan anaknya merantau ke luar negeri. Saya sangat salut dengan orang tua Fathi yang mengijinkan anaknya untuk meraih impiannnya sekolah di luar negeri. Mamah dan Abah sangat mendukung apapun keinginan anaknya dan tidak pernah sekalipun menciutkan mimpi anaknya. Mereka sangat percaya dengan anaknya.

Sebenarnya Fathi ingin sekali merantau ke Australia, namun sayang, tahun 1980an untuk mendapatkan visa ke Australia sangat susah. Saat Fathi berusia 19 tahun, ia pernah berusaha untuk mendapatkan visa turis Australia. Setelah mengalami tiga kali penolakan pengajuan visa tourist Australia, akhirnya Fathi bisa mendapatkannya walaupun hanya mendapat izin 14 hari. Di Australia Fathi tinggal selama 3.5 bulan, harus  pulang ke Indonesia dengan cara dipulangkan oleh petugas imigrasi, karena statusnya sebagai imigran gelap. Saya sebagai pembaca merasa kagum akan kegigihan Fathi. Mungkin buat orang lain kegagalan mencapai tiga kali, sudah membuat orang gampang menyerah. Dan terbukti dengan kegigihan, keinginan untuk bisa ke Australia bisa terwujud ya walaupun berakhir dengan tragis.

Kegagalannya meniti karir dan sekolah di negeri orang tidak mengurungkan niat Fathi untuk merantau ke luar negeri lagi. 2. Agustus 1987  saat ia berusia 23 tahun dan bersama Thoriq (19)  sepupunya pergi ke Amerika, tepatnya Los Angeles. Disini saya sekali lagi dibuat kagum oleh keberanian Fathi, yang tak takut untuk mengambil risiko. Pergi ke Amerika tanpa ada sanak saudara di sana, tidak mengurungkan niatnya untuk bisa menjadi manusia yang berilmu dan memiliki nilai jual tinggi. Novel yang bisa dibilang termasuk novel religi ini banyak menyiratkan pesan-pesan islami yang sangat menyentuh. Fathi sempat bekerja sebagai pengantar Piza yang mengandung daging tak halal . Ia bimbang dan meminta pendapat seorang Uztad yang akhirnya menyarankan ia untuk keluar dari tempat kerjanya dan yakin akan ada pekerjaan lain untuknya.

Fathi bekerja di station Operator Inc, subsidiary dari Mobil Oil Corp perusahaan perminyakan kelas dunia sebagai kasir.  Di dalam bukunya Fathi banyak bercerita tentang pertolongan Allah SWT. Salah satunya adalah ketika Fathi diharuskan menjadi saksi dalam kasus yang menimpa teman kerja barunya bernama David yang ternyata seorang Psycho Maniac. Disatu sisi jika ia memberatkan David ia takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi padanya, sementara jika ia tidak memberikan kesaksian ia akan di kenai hukuman pasal penghinaan terhadap lembaga peradilan yang sanksinya kurungan penjara dan denda. Sebelum persidangan tersebut dilakukan ia solat tahajud meminta perlindungan dari Allah SWT   dan akhirnya ia batal menjadi saksi yang otomatis menyelamatkan hidupnya.  Yang saya suka dari buku ini adalah banyak menyisipkan ayat maupun hadist islami yang menambah pengetahuan saya akan kebesaran Allah SWT. Salah satunya yakni, ‘Dalam surat Al-Baqarah, ayat 216  mengatakan “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahai ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui’ ( hal 165).

Inti dari novel ini kita diajarkan untuk tidak pernah lelah untuk mengejar mimpi. Terbukti dengan kegigihannya Fathi bekerja di Amerika ia berhasil kuliah di Pierce College sebuah community college atau setara dengan D2 jurusan computer science. Dan berhasil mencapai posisi  manager menggantikan  bosnya di perusahaan yang masih sama yakni Mobil Oil Corp. Dan saya mengambil pelajaran juga bahwa perbanyaklah berteman dengan siapa saja yang bisa membawa kita kepada kesuksesan, karena kita tidak akan tahu rejeki bisa datang dari orang-orang yang kita baru kenal. Dalam novelnya Fathi banyak berkenalan dengan teman-teman baru yang mengantarkannya pada mimpinya.

Saya juga mendapatkan beberapa gambaran tentang kehidupan di Amerika, misalnya di halaman 24 ternyata walaupun Los Angeles bisa dibilang sebagai negara bagian yang kita kenal sebagai salah satu surganya film di Amerika, tapi di sana juga banyak gembel-gembel atau homeless dan banyak tindakan kejahatan dilakukan di sana, walaupun settingnya tahun 1980an. Di halaman  8, Fathi menjelaskan cara menaiki bus, yakni pintu terbuka otomatis, penumpang naik, lalu memasukkan uang ke kotak besi di sebelah sopir. Ternyata kotak besi tersebut bisa secara otomatis dapat menghitung uang yang dimasukkan penumpang. Saya berpikir di tahun 1980an saja Amerika sudah memiliki transportasi yang memiliki teknologi praktis dalam hal transaksi. Di Bab 13, saya juga baru tahu ternyata di Amerika ada mata kuliah yang mengsyaratkan untuk pesertanya mengikuti tes bahasa inggris. Ada 10 level kelas bahasa inggris yang harus dilalui mahasiswa agar mendapat gelar setara D-2.  Wow mau mendapatkan suatu gelar saja harus melalui ujian bahasa inggris yang begitu banyak. Untung di Indonesia, bahasa Indonesia tidak ada tingkatan atau levelnya hahahaha.

Dan satu lagi yang bisa saya ambil dari membaca novel inspiratif ini adalah Fathi sangat menyayangi orang tuanya dan ia meyakini bahwa kesuksesan yang ia raih tak terlepas dari doa Mamah dan Abah nya. Sejauh apapun kita, sesibuk apapun kita dan bagaimana pun keadaan kita jangan sampai kita melupakan orang tua kita. Saya sangat merekomendasikan buku ini buat kita anak-anak muda yang masih punya semangat buat meraih impiannya🙂
  • 0 Comments

prelo.co.id


Cerita yang Mencerahkan Dan Berarti



Hallo,,, lohaaaaa
Kali ini gue bakal meresensi novel (lagi), kayanya udah lama gue enggak ngeposting tulisan soal resensi buku. Gue bakal bayar utang kali ini. Utang nulis resensi novel 23 Episentrum. Mau tahu seperti apa? Ayo kita mulai 😀

Gue bakal mengawali resensi buku 23 Episentrum dengan memperkenalkan lebih dulu tentang rupa dan detail mengenai Buku 23 Episentrum. Man-teman, kalian perlu tahu lho, kalo buku 23 Episentrum itu terdiri dari dua buku. Satu buku yang berisi novel bercerita tentang tiga tokoh utama yang bernama (Matari Anas, Awan Angkasa dan Prama Putra Sastrosubroto yang memiliki kisah saling terkait antar ketiganya. Dan dipostingan resensi gue kali ini, gue bakal membahas tentang cerita dari ketiga tokoh tersebut. Buku ini bersampul merah kemerah jambuan). Satu lagi adalah buku yang berwarna biru, berisi cerita tentang 23 orang yang telah sukses dengan cara mereka sendiri, tokoh-tokoh yang ada dalam buku bercover biru ini bercerita tentang pengalaman mereka dalam meraih mimpi mereka yang disertai dengan urusan kecintaannya pada pekerjaan yang mereka kerjakan.) salah satu tokoh yang membagi pengalaman kariernya adalah Mochamad Achir seorang jurnalis TV dan juga news anchor.

Judul Buku : 23 Episeentrum
Penulis : Adenita
Penerbit : Grasindo
Tebal : 504 Halaman (gabungan dengan Suplemen 23 Episentrum)
Tahun Terbit: 2012
Harga: Rp 70,000 (gabungan dengan Suplemen 23 Episentrum)

Udah selesai baca detail bukunya?
Yuk, sekarang kita mulai membedah isi bukunya (lebih tepatnya novel 23 Episentrum).
Mari gue perkenalkan dengan ketiga tokoh utama dari novel 23 Episentrum, check it out right here

Matari Anas
Seorang Sarjana Komunikasi Universitas Panaitan, bercita-cita menjadi news anchor. Ia berusia 26 tahun. Diterima sebagai reporter di TvB (Tv Berita), bukan news anchor sebagaimana yang dinginkannya. Sebelum ia bekerja di TvB, selama masa kuliahnya ia pernah menjadi reporter dan penyiar radio paruh waktu di kampus. Dua minggu setelah wisuda, ia memasuki dunia kerja yang sesungguhnya di Jakarta. Ia bekerja Bukan semata ia rajin, tapi karena butuh; butuh menghasilkan uang secepatnya agar bisa segera menghidupi dirinya dan juga membayar biaya utang kuliahnya yang berjumlah 70 juta, sisa 55 juta karena di cicil kerja saat kuliah).

Awan Angkasa.
Seorang penyuka Liverpool yang bekerja sebagai Treasury Finance di Bank Madani dengan prestasi kerja tidak terlalu membanggakan. Tujuan dirinya bekerja di Bank hanya ingin mewujudkan keingian ibunya agar bisa seperti almarhum ayahnya Hanafi Angkasa. sebagai seorang bankir. Dan juga Awan, ingin menggugurkan kewajibannya sebagai seorang lulusan perguruan tinggi ternama yang harus cepat bekerja. Awan menyesal telah menuruti kehendak ibunya begitu saja tanpa mampu berargumen. Menjalani hari dengan tidak semangat., ia menyimpan sebuat hobi yang selalu membuatnya semangat yakni tukang cerita.

Prama Putra Sastrosubroto.
seorang sarjana teknik perminyakan yang lulus tepat waktu dan langsung dilamar oleh perusahaan minyak Perancis, T & T,sebagai reservoir engineering dan berstatus international mobile employee.status yang membuatnya harus siap berkelana ke berbagai belahan benua sesuai dengan proyek pengeboran ladang minyak. Tapi semua pencapaian itu tidak serta-merta membuatnya bahagia. Tidak ada lagi tantangan kerja selain kemampuannya yang makin tumpul dan tidak bergairah. Refleksi kariernya memang tidak pada uang, tapi pada ketenangan serta kebahagiaan hati. Sudah tiga tahun kebahagiaan itu belum datang dalam wujud yang diinginkan.

Novel 23 Episentrum berkisah tentang perjalanan cerita tiga orang dalam mencapai mimpi dan harapan mereka masing-masing (tokoh utamanya sudah gue jabarkan). Disetiap perjalanan meraih mimpi itu, setiap dari tiga tokoh itu diharuskan berhadapan dengan dilema dan hambatan. Tujuan hidup Matari dalam bekerja bukan hanya untuk mencapai cita-citanya sebagai news anchor, tetapi ada tujuan lain, ia bekerja keras agar segera memperoleh uang untuk membayar kembali hutang yang sudah membuatnya menjadi seorang sarjana. Hari-hari Tari tak lepas dari perjuangan hidup untuk memperbaiki status ekonomi keluarganya. Selepas ayahnya di PHK, ayahnya tak mampu lagi memenuhi kebutuhan sekolah Tari (kuliahnya).

Dalam benak Tari, ia harus kuliah untuk bisa memperbaiki kehidupannya. Dengan modal nekat akhirnya Tari memutuskan untuk melanjutkan kuliah dengan cara berutang pada 23 orang temannya dan pastinya dengan jumlah uang yang tidak sedikit. Dicerita lainnya kita akan disuguhkan juga perjuangan hidup dari Awan Angkasa yang merupakan seorang Bankir, namun sangat tidak menikmati pekerjaannya tersebut. Disela hari-hari yang tidak menyenangkan selama di Bank Madani (tempat Awan bekerja) hanya satu yang selalu membuat ia bisa melupakan keluh-kesahnya di kantor, yakni film. Ia sangat menyukai film.

Sepertinya bukan keahlian menjadi Bankir yang diturunkan oleh sang Ayah ke dalam diri Awan, justru Ayahnya mewarisi sifat suka bercerita kepada Awan tanpa disadari. Pertentangan juga tak hanya berasal dari hati Awan yang tidak menyukai pekerjaannya, tapi juga pertentangan dengan ibunya yang tidak merestui Awan menekuni dunia film, dunia yang anaknya sukai.

Kisah berlanjut pada seorang Prama Putra Sastrosubroto, yang hidupnya selalu dipenuhi target dan ia berhasil memenuhi target tersebut dengan baik. Bisa dibilang jalan hidup dari seorang Prama adalah hidup yang diimpikan oleh semua orang di dunia ini. Umur 26 tahun berhasil lulus S-2 di Prancis, 27 tahun hidup mapan dengan segala kenikmatan pekerjaan yang luar biasa mewah, karena ia sering bolak-balik keluar negeri untuk pekerjaannya tersebut. Tapi dibalik itu semua, Prama baru menyadari bahwa kehidupannya selama ini hanya membahagiakannya dari sisi luarnya saja, tapi hatinya ternyata masih kurang bahagia.

Bukan Prama tidak menyukai pekerjaannya, ia justru sangat mencintai pekerjaannya. Tapi ia merasa hidupnya ada yang kurang, namun ia tak tahu apa yang kurang dari dirinya. Dalam kisahnya Prama melakukan perjalanan hati yang membuat ia menemukan jawaban atas semua pertanyaannya. Saat ia melakukan perjalanan hati ke Medan menemui gurunya yakni Pak Muktar, yang membuat Prama menemukan jawaban dari semua pertanyaannya. Ternyata Prama merasa selama ia hidup sampai saat ini, merasa masih kurang berbagi dengan orang lain. Bukan berarti Prama itu pelit, ia selalu membagi setiap rizekinya pada orang yang membutuhkan, tapi ia tak pernah tahu siapa orang yang ia sumbang itu. Biasanya ia hanya menyuruh orang lain untuk membantu menyumbangkan rezekinya. Dan tidak hanya itu, ia juga merasa hatinya pun kurang, kurang kasih sayang dari seseorang yang bernama wanita.

Gue menangkap dari semua cerita yang barusan gue jelaskan dari masing-masing tokoh, ada benang merah dari semuanya. Benang merahnya adalah bahwa kebahagiaan itu enggak hanya dari materi, tapi juga kebahagiaan hati, itu lah yang paling penting. Tari, walaupun ia harus banting tulang bekerja demi melunasi utang kuliahnya ia merasa bahagia dengan pekerjaannya menjadi seorang reporter. Ia merasa ini merupakan langkah awal bagi cita-citanya menjadi seorang news anchor.

Awan dengan semua kegundahan hatinya akan pekerjaannya sebagai seorang Bankir,tapi ia tak pernah kenal kata menyerah untuk terus mengerjakan pekerjaan yang ia inginkan yakni sebagai penulis sKenario. Prama walaupun sudah berkecukupan di bidang financial ia tak juga menemukan kebahagiaannya, dan belakangan ia tahu bahwa tidak hanya financial yang ia butuhkan tapi juga harus memenuhi kebutuhan hatinya untuk saling berbagi (tidak hanya dalam bentuk uang tapi juga ilmu, semangat dll) dan juga kasih sayang.

Dalam novel ini dijelaskan, makna dari 23 Episentrum adalah 23 berasal dari 23 tangan manusia (teman-teman Tari yang membantu/merelakan uang mereka dipinjam oelh Tari untuk mebayar biaya kuliah saat itu). Episentrum itu adalah epi.sen.trum / épisentrum / n titik pada permukaan bumi yang terletak tegak lurus di atas pusat gempa yang ada di dalam bumi. Maksudnya adalah dalam mengejar impian pekerjaan yang Awan inginkan yakni menjadi penulis skenario, selama ia menjadi Bankir, Awan tak pernah berhenti menulis cerita dan ada sebuah folder yang berisikan hobi dari Awan yakni kumpulan cerita yang sudah Awan buat sejak kuliah dan folder tersebut diberi nama Episentrum. Ada saatnya Awan merasa folder itu seperti bergerak, mengguncang seperti gempa yang ingin keluar dari persembunyiannya, dan rasa itu terjadi saat Awan telah bulat untuk beralih profesi sebagai penulis skenario.

Bab 23 : Modus Bonus
“Orang yang berjuang mempertahankan apa yang dicintainya akan mendapatkan ganjaran yang setimpal. Mungkin bukan sekarang, bukan besok… tapi nanti. Akan ada banyak jalan meraih apa yang kamu butuhkan tanpa perlu meninggalkan apa yang sudah kamu lakukan dan cintai. Melakukan sesuatu yang kita sukai itu mahal harganya.”

Bab 26 : Enam Bundle Uang
“Orang kecil modalnya cuma ilmu.dan jujur. Modal utama banget buat kita bisa jadi besar. Tuhan itu enggak tidur, Tuhan tahu, tapi Dia menunggu. Kalau enggak bisa jadi yang terbaik, lebih baik berhenti sekarang.”

Bab 27 : Cinta Itu Memberi
“Kalau mau punya pasangan yang baik, kita juga harus baik dulu. Hukum alam itu mendekatkan apa-apa yang serupa. Jika kita Cuma pengin dicintai berarti egois mentingin diri sendiri. Karena dicintai bisa bikin lupa diri. Aku dicintai karena aku mencintai.

Cukup ya resensi buku kali ini, kalo gue jabarin semua enggak enak dong. Mending kalian baca bukunya aja sendiri dan meresapi sendiri inspirasi yang bisa kalian dapetin dari buku ini. Gue sangat menyarankan buat kalian untuk membaca buku ini. Karena buku ini keren abis. Dalam buku ini pembaca bakal merasakan cerita tokoh yang dituliskan oleh penulis, karena memang cerita yang disuguhkan itu benar-benar terjadi di kehidupan saat ini.
  • 0 Comments
Source: Google Image


  

Detail Film
• Judul Film : Alangkah Lucunya Negeri Ini
• Produksi : Citra Sinema
• Rilis : 2010
• Durasi : 105 Menit
• Produser : Zairin Zain
• Penulis scenario : Musfar Yasin
• Sutradara : Deddy Mizwar
Pemain : Reza Rahadian, Deddy Mizwar, Slamet Rahardjo, Jaja Mihardja, Tio Pakusadewo, Asrul Dahlan, Ratu Tika Bravani, Rina Hasyim, Sakurta Ginting, Sonia, Teuku Edwin.

Kali ini gue pengen mencoba meresensi film yang sebenarnya udah lumayan lama juga, yakni Alangkah Lucunya Negeri Ini. Film yang dirilis tahun 2010 ini pasti udah enggak asing banget di telinga para pecinta film Indonesia. Agak telat memang gue mengulas film ini, maklum baru kemarin gue nonton nih film (kudet). Udah lama gue penasaran sama ini film. Dan baru kesampaian nonton filmnya kemarin berkat ngopy dari laptop temen gue hehehe.
Anyway kali ini gue bakal mengulas sedikit tentang film yang bergenre komedi ini. Kalau ada kesalahan dalam meresensi tolong dimaafkan yah, namanya juga belajar hehehehehe 

Film Alangkah Lucunya Negeri Ini mengangkat cerita tentang kehidupan anak jalan yang ada di Indonesia, khususnya di Jakarta. Dengan menonjolkan tema pendidikan, film ini bermaksud untuk menyentil masyarakat Indonesia agar sadar betapa pentingnya pendidikan untuk kemajuan suatu bangsa. Cerita bermula saat Muluk (Reza Rahadian) yang sejak lulus S1, hampir 2 tahun Muluk belum mendapatkan pekerjaan. Dengan keadaan demikian Muluk tak menyerah begitu saja. Pertemuan yang tak disengaja dengan pencopet bernama Komet tak disangka membuka peluang pekerjaan bagi Muluk. Melalui perkenalan itu Komet, mengajak Muluk untuk melihat markas besar yang menjadi tempat tinggal Komet bersama teman-temannya selama ini.
Saat datang ketempat markas tersebut Muluk dikagetkan oleh keadaan yang sangat memperihatinkan dari markas yang ditunjukkan Komet yakni berupa rumah tua yang sebenarnya tak layak huni. Muluk berpikir dan melihat peluang yang ia tawarkan kepada Jarot (Tio Pakusadewo).Muluk berusaha meyakinkan Jarot bahwa ia dapat mengelola keuangan mereka, dan meminta imbalan 10% dari hasil mencopet, termasuk biaya mendidik mereka. Usaha yang dikelola Muluk berbuah, namun di hati kecilnya tergerak niat untuk mengarahkan para pencopet agar mau mengubah profesi mereka. DIbantu dua rekannya yang juga sarjana,yakni Samsul (Asrul Dahlan), dan Pipit (Ratu Tika Bravani) yang juga pengangguran. Muluk membagi tugas mereka untuk mengajar agama, budi pekerti dan kewarganegaraan.

Muluk mengenalkan pendidikan kepada anak-anak pencopet ini bersama dua rekannya tadi, dalam proses mengubah kebiasaan pencopet yang masih berusia belia menjadi anak-anakyang berakhlak dan berpendidikan tidaklah mudah, Muluk, Pipit dan Samsul harus sabar mengajarkan kepada anak didik mereka tersebut tentang pentingnya pendidikan. Tidak hanya mengajarkan akhlak dan pendidikan, Muluk beserta dua rekannya juga menginginkan para pencopet tersebut merubah profesinya. Muluk ingin pencopet yang masih muda itu mencari penghasilan dengan cara yang halal yakni menjadi pedagang asongan.
Tantangan pun muncul, banyak para pencopet tersebut yang memberontak dan tidak ingin mengasong, mereka ingin tetap menjadi pencopet. Tidak hanya itu Orang tua Muluk yaitu Pak Makbul yang diperankan oleh Deddy Mizwar dan Orang Tua Pipit Haji Rahmat (Slamet Rahardjo) serta calon mertua Muluk Haji Sarbini (Jaja Mihardja) mengetahui jika anak-anak mereka ternyata tidak bekerja di kantor besar, tapi justru bekerja di tempat yang kumuh dan mengajar para pencopet pula. Para orang tua tersebut menganggap bahwa uang hasil kerja yang didapat oleh Muluk dan Pipit berasal dari uang haram.

Menurut gue dalam film ini bisa membuka mata kita bahwa masih banyak sekali anak-anak muda yang tak bisa mengakses pendidikan karena terhambat oleh biaya, belum lagi dalam film ini digambarkan pula tekanan sebagai seorang sarjana, gue jadi sadar walaupun kita punya title dibelakang nama kita dari berbagai disiplin ilmu, enggak menjamin kita bakal gampang diterima kerja. Bahkan sekarang banyak sarjana yang nganggur. Ini bisa terlihat dari kelakuan Pipit yang sebelum menjadi pengajar, ia sering mengikuti kuis di televisi dan undian berhadiah sebagai jalan pintas untuk mencari materi.

Ada yang menarik dari cuplikan akhir dari film ini, ada tulisan yang diambil dari bunyi pasal 34 UUD 1945 yang berbunyi “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara.” Ini sebagai kalimat penutup yang sangat menyentil bagi para masyarakat dan juga pemerintah. Ya menurut gue film ini bisa bikin sedikit kita melek lah sama keadaan bangsa ini, jangan terlalu egois mikirin diri sendiri, tapi kita juga perlu berempati kepada orang-orang yang tak seberuntung kita.

Sekian! 
  • 0 Comments

Source:Goodreads.com

Udah lama banget gue enggak posting resensi buku. Huffft. Tapi jangan khawatir, karena dipostingan gue ini gue bakal meresensi buku yang baru aja gue baca. Buku apa itu?
Kali ini gue bakal meresensi buku yang judulnya “Off The Record : Kisah-kisah Jurnalistik Dari Lapangan Dan Meja Redaksi Surat Kabar” yang ditulis oleh Zaenuddin HM. Buat yang belum tahu siapa itu Zaenuddin HM, gue bakal ulas sedikit tentang beliau.
Zaenuddin HM merupakan wartawan senior Rakyat Merdeka Group, memimpin Harian Umum NonStop yang lahir di Jakarta 1966 yang aktif menulis sejak masa kuliah tahun 1980-an. Tulisan beliau banyak tersebar di berbagai media, seperti Majalah Hai, Hikmah, Didaktika, Harian Terbit, Merdeka, Pelita Mutiara, Jayakarta, Rakyat Merdeka dan Bandung Pos.
Buat yang suka sama bidang kewartawanan pasti udah enggak asing lagi sama nama jurnalis senior yang udah sedikit gue ulas. Langsung aja gue resensi buku “Off The Record” Karya Zaenuddin HM.

Judul : Off The Record : Kisah-kisah Jurnalistik Dari Lapangan Dan Meja Redaksi Surat Kabar
Penulis : Zaenuddin HM
Tahun Terbit : Juni 2007
Tebal Buku : 246 Halaman
Penerbit : Prestasi Pustaka
Tempat Terbit : Jakarta


Buku ini gue pinjam dari teman gue yang emang tertarik sama bidang kewartawanan. Iseng-iseng gue pinjam aja bukunya. Lumayan buat nambah-nambah pengetahuan dan suku kata karena kebetulan gue juga suka nulis. Buku yang bercerita tentang dunia kewartawanan ini, menurut gue asyik banget dibaca, kenapa? Karena buku ini secara tidak langsung memberikan gambaran bagi para pembaca khususnya yang ingin terjun di dunia kewartawanan di bidang media cetak. Buku yang dicetak pada Juni 2007 ini berisi cerita tentang pengalaman Zaenuddin HM yang mengawali karir sebagai jurnalis di tahun 1980-an hingga 2000-an.

Salah satu isi bukunya yang bisa gue share adalah di bab “Wartawan Anjing”. Apa maksudnya? Jadi di buku Off The Record itu menjelaskan kalo yang dimaksud dengan wartawan anjing adalah ini ada hubungannya dengan dengan fungsi pers yang sering diistilahkan dan digambarkan sebagai “Watch dog” atau “anjing penjaga”. Maksudnya adalah. Pers dan tentu saja kerja wartawan adalah sebagai kontrol sosial, menegor pemerintah atau penguasa agar tidak salah dalam mengeluarkan kebijakan, sehingga rakyat yang dirugikan.

Di dalam bukunya tersebut Zaenuddin juga menceritakan kalo wartawan itu bisa saja disuap oleh oknum-oknum tertentu. Dalam dunia kewartawanan dinamakan wartawan amplop. Terkadang ada saja wartawan yang diming-imingi uang oleh sumber berita agar berita yang dipublikasikan tidak berisi hal-hal negative yang dapat membuat nama baik maupun citra sumber berita menjadi buruk. Sebenarnya itu tergantung dari wartawannya sendiri, jika ia komitmen dengan tugasnya yakni harus berpihak pada kebenaran dan rakyat kecil wartawan yang diiming-imingi itu tidak akan tergoda.

Wartawan juga rentan terseret ke polisi. Dalam bukunya penulis mengisahkan yang saat itu beliau menjadi redaktur di Rakyat Merdeka harus ke kantor polisi menjadi saksi akibat berita yang dimuat oleh Rakyat Merdeka mengenai kerusuhan 27 juli 1996 (penyerbuan kantor DPP PDI Megawati di Jl Diponegoro Jakarta Pusat) yang saat itu Koran Merdeka menurunkan Headline “Ini Dia Tersangka Kasus 27 Juli” dan memasang foto-foto dari para tersangka yang salah satunya adalah pejabat polisi. Penulis diwawancarai mengenai bagaimana proses berita itu bisa turun hingga masuk ke surat kabar dan seterusnya.

Yang gue tangkap setelah membaca buku ini adalah menjadi seorang wartawan itu tidak mudah, selain kita harus akurat dalam memberitakan berita suatu kasus, kita juga harus memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan dari berita yang kita muat dikoran. Dan tidak bisa dipungkiri kalo wartawan juga ada enaknya yaitu kita bisa ketemu banyak orang, berkunjung ketempat baru bahkan bisa keluar negeri gratis. Buku ini bagus banget jadi panduan buat lo yang pengen jadi wartawan cetak!.
  • 0 Comments


Hallo, manteman!
udah lamaaaaaaaaa banget gue enggak posting tulisan di blog kesayangan gue ini. kali ini gue pengen kasih tahu sebuah kabar gembira. kabar gembira buat siapa? yang pasti buat gue (yaiyalah). jadi singkat cerita gue sudah menerbitkan sebuah buku. (Apa sebuah buku? backsound “jeng-jeng-jenggggggg”)
Iya, gue menerbitkan sebuah buku hasil pikiran dan jerih bpayah gue sendiri (tsaaaahhhh!) Judul bukunya adalah “Cinta Melulu dan Cerita Cinta Lainnya” Buku ini isinya kumpulan cerita pendek alias cerpen. iya cerpen, karena gue belum mmpu buat novel, jadi ya dari yang kecil-kecil dulu yaudah akhirnya gue buat deh cerpen. Dalam buku gue itu terdiri dari 238 hal dan lima cerita pendek yang kelima-limanya terinspirasi dari pengalaman-pengalaman temen-temen gue (loh kok bukan pengalaman gue?), jadi temen-temen gue itu sering curhat ke gue tentang masalah pengalaman cinta mereka, nah sebagai teman yang baik, gue pasti mendengarkan cerita mereka dari awal, tengah hingga akhir dan sebagai pendengar sekaligus temen yang baik gue pasti memberi solusi yang baik buat masalah cinta mereka (serasa dewi cinta gue huehuehue). Dan setelah gue mendengarkan curhatan temen-temen gue itu gue jadi kepikiran kenapa gue enggak jadiin cerita aja tuh curhatan, kan lumayan nambah-nambahin tulisan gue, saat itu gue masih SMA dan gue udah suka sama yang namanya nulis, cuma kendala di M aja, iya M MALESSS!!!



Dengan segenap tenaga dan berusaha mengingat cerita apa saja yang udh disampein temen-temen gue, gue karang lah cerita pendek itu dan yang pasti nama mereka gue samarkan. Setelah gue tulis dan selesai beberapa tahun gue sempet mendem tuh cerpen di komputer dan buku harian gue. karena faktor M tadi dan gue juga enggak tahu mau nerbitin tuh cerpen gue di mana. Tapi cahaya terang menunjukkan jalan buat gue (yeillah bahasa gue) salah satu temen kuliah gue yang namanya Netya, ngasih gue inspirasi buat menerbitkan tulisan gue ke dalam sebuah buku.

Akhirnya dari liat-liat bukunya Netya yang juga menerbitkan buku, gue mengikuti jejaknya. Ada sebuah wadah bagi penulis pemula seperti gue yang ingin bukunya diterbitin bisa langsung akses di wwww.nulisbuku.com (kok yang bagian ini gue kaya promosi ya? Bodoamat!)
Setelah semua materi gue terkumpul akhirnya gue meng-upload naskah buku gue di situs tersebut. butuh waktu 14 hari untuk proses membuat buku tersebut.
Buat yang penasaran sama buku gue, Nih gue kasih link buku gue http://nulisbuku.com/books/view_book/4786/cinta-melulu-dan-cerita-cinta-lainnya
Jangan dibuka doang linknya, tapi dibuka juga bukunya (nyuruh kalian beli hehehehe). ini bukan buku yang ada di toko buku di mall-mall tapi ini buku indie, jadi kita sebagai penulis harus berperan aktif mempromosikan buku kita sendiri. Gue posting tulisan ini juga sebagai media gue untuk mempromosikan buku gue. jadi kalo manteman ada yang mau pesen buku gue bisa langsung pesen di nulisbuku.com dan mengirim email pastinya.
  • 0 Comments



Kamis, (20/6) gue nonton film yang keren abis. Film apakah itu? Pernah denger nama tokoh “Soe Hok Gie”? atau biasa dikenal dengan nama “Gie”? enggak kenal yah? Atau belum pernah denger namanya sama sekali? Nah buat lo yang belum pernah denger dan enggak tahu tentang film “Gie” ini kali ini gue mau ngasih tahu sedikit tentang sosok Soe Hok Gie hasil gue searching di mbah Google hehehehe. Soe Hok Gie atau Gie ini adalah aktivis muda Indonesia yang lahir di Jakarta 17 Desember 1942. Ia merupakan mahasiswa fakultas sastra jurusan  sejarah Universitas Indonesia 1962–1969. Ia adalah seorang anak muda yang berpendirian yang teguh dalam memegang prinsipnya dan rajin mendokumentasikan perjalanan hidupnya dalam buku harian. Gie meninggal 16 Desember 1969 di gunung Semeru tahun 1969 tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 akibat menghirup asap beracun di gunung tersebut. Dia meninggal bersama temannya, Idhan Dhanvantari Lubis.


Buat lo yang suka sama film yang berbau sejarah, NAH! Film Gie ini cocok banget nih buat lo. Kenapa gue bisa bilang kaya gitu? Soalnya film ini memang menceritakan tentang sejarah perjuangan Gie yang berani menyuarakan pendapatnya di jaman Revolusi (halah bahasa gue berat bener yeeee. Bodoamat!).

Difilm yang release tahun 2005 diproduseri oleh Mira Lesmana dan disutradarai oleh Riri Riza ini  diilhami dari catatan harian “Soe Hok Gie” yang kemudian dibukukan, nama bukunya adalah Catatan Seorang Demonstran yang di terbitkan tahun (1983) (sejak gue nonton film “Gie” gue jadi tertarik pengen baca buku dan tulisan-tulisannya Gie, tapi sayang bukunya udah jarang banget di jual di pasaran L). Pemeran utama dari film ini adalah Nicholas Saputra yang memerankan Gie saat dewasa, ada juga Jonathan Mulia yang memerankan Gie saat masih remaja.

Gue percaya, setiap film yang diperanin sama si Nicholas Saputra pasti filmnya bagus-bagus, ya salah satunya film “Gie” ini yang emang bener-bener bagus. Film Gie ini sendiri bercerita tentang Soe Hok Gie dibesarkan di sebuah keluarga keturunan Tionghoa yang tidak begitu kaya dan tinggal di Jakarta. Sejak remaja, Gie sudah tertarik pada konsep-konsep idealis yang disampaikan oleh tokoh-tokoh kelas dunia. Semangat juangnya, setiakawan, dan hatinya yang peduli akan orang lain dan tanah airnya jadi satu di dalam diri Gie kecil dan tidak mengenal toleransi terhadap ketidakadilan dan mengimpikan Indonesia yang didasari oleh keadilan dan kebenaran yang murni. Semangat ini sering salah dimengerti orang lain. Bahkan sahabat-sahabat Gie, Tan Tjin Han dan Herman Lantang bertanya “Untuk apa semua perlawanan ini?”. Gie menjawab bahwa untuk memperoleh kemerdekaan sejati dan hak-hak yang dijunjung sebagaimana mestinya, ada harga yang harus dibayar, dan memberontaklah caranya. Ada semboyan Gie yang mengesankan berbunyi, “Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan.”

Masa remaja dan kuliah Gie dijalani di bawah rezim pelopor kemerdekaan Indonesia Bung Karno, yang ditandai dengan konflik antara militer dengan PKI (tahukan PKI, ihhh masa enggak tahu sih? Itu loh Partai Komunis Indonesia yang dulu heboh banget diomongin huehuehue) . Gie dan teman-temannya tidak memihak golongan manapun. Meskipun  Gie menghormati Sukarno sebagai founding father negara Indonesia,  Gie begitu membenci pemerintahan Sukarno yang diktator dan menyebabkan hak rakyat yang miskin terinjak-injak.  Gie tahu banyak tentang ketidakadilan sosial, penyalahgunaan kedaulatan, dan korupsi di bawah pemerintahan Sukarno, dan dengan tegas bersuara menulis kritikan-kritikan yang tajam di media. Gie sangat membenci bagaimana banyak mahasiswa berkedudukan senat janji-janji manisnya hanya omong kosong belaka yang mengedoki usaha mereka memperalat situasi politik untuk memperoleh keuntungan pribadi. Penentangan ini memenangkan banyak simpati bagi Gie, tetapi juga memprovokasikan banyak musuh. Banyak interest group berusaha melobi Gie untuk mendukung kampanyenya, sementara musuh-musuh Gie bersemangat menggunakan setiap kesempatan untuk mengintimidasi dirinya.

Tan Tjin Han, teman kecil Gie, sudah lama mengagumi keuletan dan keberanian Gie, namun dirinya sendiri tidak memiliki semangat pejuang yang sama. Dalam usia berkepala dua, kedua lelaki dipertemukan kembali meski hanya sebentar. Gie menemukan bahwa Tan telah terlibat PKI tetapi tidak tahu konsekuensi apa yang sebenarnya menantinya. Gie memaksa Tan untuk meninggalkan segala ikatan dengan PKI dan bersembunyi, tetapi Tan tidak menerima desakan tersebut (AHHH PAYAH ENGGAK NURUT SAMA GIE).

Gie dan teman-temannya menghabiskan waktu luang mereka naik gunung dan menikmati alam Indonesia yang asri dengan Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) UI. Selain itu, mereka juga gemar menonton dan menganalisa film, menikmati kesenian-kesenian tradisional, dan menghadiri pesta-pesta.

Film ini menggambarkan petualangan Soe Hok Gie mencapai tujuannya untuk menggulingkan rezim Sukarno, dan perubahan-perubahan dalam hidupnya setelah tujuan ini tercapai.

*Itu dia synopsis dari film “Gie” yang gue dapatkan dari hasil ngegoogling hehe, ada yang gue ubah dikit kata-katanya biar enggak keliatan copast banget gitu wkwkwkwk, tapi intinya sih tetap sama 😀

Film ini juga menang di beberapa kategori di  Piala Citra Festifal Film Indonesia (FFI 2005) diantaranya :

Piala Citra – Film Bioksop Terbaik
Piala Citra – Pemeran Utama Pria Terbaik (Nicholas Saputra)
Piala Citra – Pengarah Sinematografi Terbaik.

Nah menurut gue sendiri film “Gie” ini bagus banget, karena di film ini kita bisa belajar buat jangan takut buat ngeluarin pendapat yang menurut kita benar dan jangan takut buat menyuarakan ketidakadilan di negeri ini (ceiiilah bahasa gue tinggi banget yeee, bodoamat!!!) walaupun bakalan banyak banget yang akan menjadi musuh kita karena sikap keberanian kita, enggak masalah asal kita benar enggak usah dengerin apa kata orang yang benci sama kita. Gue saranin buat lo yang suka sama film sejarah dan ngaku pemuda berani mending lo nonton dulu deh film “Gie” ini, gue jamin lo bakalan bangga sama sosok Gie yang berani melawan ketidakadilan di negeri ini 😀
  • 1 Comments
Source: carousell.com


Judul buku                       : Madre Kumpulan Cerita

Judul Resensi Novel        : MADRE

Pengarang                        : Dewi Lestari “Dee”

Penerbit                           : Bentang Pustaka

Tahun Terbit                    : Februari 2013

Kota Terbit                       : Yogyakarta

Jumlah Halaman              : 160 Halaman


MADRE


Dewi Lestari atau yang biasa disebut sebagai Dee, menulis sebuah buku yang berjudul “Madre Kumpulan Cerita” . Dalam buku ini terdapat beberapa kisah yang terdiri dari 13 karya fiksi dan prosa pendek, yang merupakan karyanya selama lima tahun. Cuma gue lebih tertarik untuk meresensi sebagian dari buku Madre ini. Kenapa Cuma sebagian? Karena menurut gue yang menarik perhatian gue Cuma cerita itu. Hehe.

Oke, gue bakalan meresensi cerita yang menurut gue bagian paling menarik dari buku Madre ini. Apakah itu? Cerita tentang Madre sendiri lah yang menurut gue menarik. Bingung? Makanya baca nih resensi gue wkwkwkwk.

Cerita pertama yang disajikan oleh buku Madre adalah cerita mengenai Madre itu sendiri. Pasti kalian bertanya-tanya kan apasih Madre itu? Madre adalah sebutan untuk adonan biang roti yang sudah berumur puluhan tahun, yang terbuat dari tepung, air, fungi bernama Saccharomyses exiguus dan bakteri.

Cerita berawal dari laki-laki bernama Tansen Roy Wuisan seorang pemuda berambut gimbal dan berkulit gelap memiliki sedikit darah tionghoa dan india yang merupakan seorang surfing mengetahui asal-usul keluarganya yang ternyata mewarisi sebuah adonan biang roti yang bernama Madre yang sudah gue jelaskan di atas kepadanya. Kakek dan Nenek Tansen yang bernama Tan Sin Gie dan Laksmhie adalah pembuat roti terkenal pada masanya. Kakek Nenek Tansen membuka usaha toko Roti dengan nama “Tan de Bakker” yang berdiri tahun 1943 di Jakarta Kota. Seiring bermunculan bakery modern, toko roti Tan tenggelam pelan-pelan yang disebabkan tak ada untung.

Mendengar ia mendapat warisan “Madre” Tansen yang pada awalnya tinggal di Bali pergi ke Jakarta untuk menengok seperti apa warisan yang diberikan sang kakek padanya. Ketika mengetahui yang ia dapatkan hanya setoples adonan biang roti Tansen enggan untuk mengurus warsan tersebut, namun atas penjelasan Pak Hadi seorang mantan pembuat roti di toko roti Tan yang mengatakan kalo jika Madre hanya bisa diturunkan pada seseorang yang punya “hubungan langsung” yang ternyata adalah Tansen sendiri.

Selama tinggl di Tan de Bakker Pak Hadi mengajarkan bagaimana membuat roti dengan biang Madre. Semua pengalamannya selama tinggal di Jakarta atau lebih tepatnya tinggal di Toko Tan de Bakker  ia tulis di blog pribadinya. Cerita mengenai pengalaman membuat roti dengan Madre yang ia tulis di blognya membuat ia berkenalan dengan seorang perempuan bernama Mei Tanuwidjaja yang ternyata penikmat blog Tansen selama ini yang juga pengusaha roti  yang bernama Fairy Bread dan sudah tiga generasi diurus oleh keluarga Mei.

Mei si pembaca setia blog Tansen tertarik untuk memcicipi roti yang terbuat dari Madre dan berniat membeli resep Madre. Maka Mei mengunjungi Tan de Bakker dan menceritakan niatnya untuk membeli resep Madre. Namun Tansen menolak untuk menjual Madre. Walaupun Tansen menolak untuk menjual Madre, Mei tak pantang menyerah. Mei menawarkan 100 juta kepada Tansen untuk menjual Madre.

Tansen merasa tergiur dengan tawaran Mei, karena ia berpikir kalo dirinya tidak pandai mengolah roti jadi lebih baik Madre dijual kepada orang yang tepat seperti Mei. Pak Hadi yang sudah puluhan tahun bekerja di Tan de Bakker tidak rela menjual Madre. Namun apa daya Madre sekarang sudah dimiliki Tansen, jadi Pak Hadi tidak punya hak untuk melarang Tansen menjual Madre.

Di tengah cerita Tansen mengetahui betapa berharganya Madre tidak hanya untuk Pak Hadi saja tapi juga untuk keempat orang keluarga Tan de Bakker yakni Bu Sum, Bu Cory, Bu Dedeh dan Pak Joko yang sudah bekerja bertahun-tahun di Tan de Bakker. Melihat itu Tansen merasa tidak enak hati. Akhirnya Tansen menghubungi Mei dan merubah kesepakatan mereka. Tansen membuat kesepakatan jika semua roti yang diperlukan Mei akan dibuat di Toko Roti Tan, jadi Tansen dan seluruh keluarga besar Tan de Bakker yang menerima order dari Mei. Keputusan Tansen itupun membuat Pak Hadi dan keempat orang lainnya ikut senang.

Kerja sama itu berjalan baik. Mei mengajak Tansen untuk makan malam bersama. Mei banyak bercerita tentang usaha rotinya dan kesukaanya melihat tulisan Tansen di blog pribadinya yang membuat ia iri dengan Tansen kan kebebasan yang ia miliki waktu di Bali. Dari obrolan itu Tansen jadi tertarik pada Mei.

Walaupun kerjasama antara Tan de Bakker berjalan lancar ada hal yang mengganjal hati Tansen, yakni kondisi Bu sum, Pak Hadi, Bu Cory, Bu Dedeh dan Pak Joko yang sudah menua dan tidak lagi memiliki fisik sekuat Tansen. Tansen menceritakan kegelisahannnya itu pada Mei dan Mei memberikan solusi. Solusi yang diberikan Mei adalah bergabungnya Fairy Bread dan Tan de Bakker jadi jam kerja Pak Hadi dan kawan-kawan jomponya. dengan pegawai Fairy Bakker bergantian sehingga tidak memporsir kerja Pak Hadi dan kawan-kawan jomponya.

Dengan menggabungkan Tan de Bakker dengan Fairy Bread membuat nama toko roti Tan de Bakker berubah menjadi Tansen de Bakker yang berarti Tansen si pembuat roti. Media publikasi pun juga bertambah sehingga Tansen Bakker mempunyai website, twitter, facebook dan lainnya. Tidak hanya itu sekarang Tansen de Bakker tidak hanya menjual roti tapi sudah punya menu all day dining, yang meski daftarnya. tak banyak semua adalah menu terbaik.

Gue ngebaca buku ini sebenarnya agak bingung, kenapa? Bingung kok bisa-bisanya tuh kakek Tansen tahu kalo si Tansen emang pantes dan bisa ngelola toko roti yang udah lima tahun bangkrut? Padahal penulisnya nyeritain kalo si Tansen sama kakeknya enggak pernah kenal satu sama lain. Itu doang sih kekurangan dari cerita Madre menurut gue. Kurang detail aja. Tapi selebihnya oke kok 😀
  • 0 Comments
Newer Posts Older Posts Home
BloggerHub Indonesia

About me

Eka-Rahmawati


Eka Rahmawati

"Behind Every Successful Woman, It's Her Self — Unknown


Follow Us

  • instagram
  • Twitter
  • facebook
  • Linkedin
  • YouTube
  • Kompasiana

Banner spot

Blogger Perempuan

recent posts

Labels

Belajar Bareng Buku & Film Cooking digital agency Healthy Kecantikan Kelas Penyiar Indonesia Lomba blog Makan Melancong Produk Lokal Review

Popular Posts

  • Kenalan dengan InShot, Aplikasi Edit Video untuk Pemula yang Mudah Digunakan
  • Senangnya Jadi Narablog di Era Digital
  • 7 Langkah Perawatan Wajah yang Wajib Dilakukan Perempuan

My Portfolio

  • SEO Content Writing 1
  • SEO Content Writing 2

Blog Archive

Eka Rahmawati. Powered by Blogger.

Pageviews

instagram

Created By ThemeXpose | Distributed By Blogger

Back to top