Eka Rahmawati

  • Beranda
  • Profil
  • Makan
  • Sehat
  • Cantik
  • Jalan
  • Buku&Film
  • Belajar


Kondisi jalanan di Bangkok
Sumber foto:www.sooperboy.com


Hari Jumat, tanggal 23 Maret 2018 adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh saya dan juga seluruh teman kantor saya, karena kami semua akan outing ke Bangkok, Thailand (Ini pengalaman pertama saya pergi ke luar negeri). Sebenarnya saya dan teman-teman kantor sudah cukup pesimis dengan rencana outing ini, karena awalnya akan diadakan pada Januari 2018. Tapi ada alasan satu dan lain hal akhirnya diundur sampai Maret 2018.

Outing kali ini berlangsung 3 hari dua malam, (23-25/03/2018), singkat tapi harus tetap disyukuri karena semua yang bayarin kantor, jadi saya sama temen-temen cuma tinggal jajan aja. Pesawat kami menggunakan Thai Lion Air yang berangkat dari Bandara SOETTA jam setengah 7 pagi dan tiba di Bandara International Bangkok sekitar jam setengah 11 pagi. Perjalanan kali ini sudah diatur sama tim tour guide yang akan mengantarkan kami ke tempat tujuan selama di Bangkok.

Hari pertama, 23 Maret 2018
Setibanya kami di Bangkok kami langsung dijemput oleh 2 bus dan 2 orang tour guide asli orang Thailand yang fasih Bahasa Indonesianya. Tujuan pertama adalah berkunjung ke Show DC Shopping Mall. Ya, tempat ini mirip sama mall-mall besar yang ada di Jakarta pada umumnya lah.

Di sini kami mengunjungi 3D Art in Paradise. 3D Art in Paradise semacam galeri seni yang berisi banyak lukisan dan pengunjung bisa menjadi bagian dari lukisan tersebut. Jadi seolah-olah kita berada di lukisan tersebut. Beberapa gambar di sana ada gambar di tengah air terjun, karpet terbang, penobatan kaisar, gambar di akuarium, Majalah Times, National Geographic, dan lain-lain.  Oh ya, kalau datang ke sini, kamu harus lepas alas kaki. Karena ditakutkan bisa mengotori lukisan yang juga ada di di lantai.






Beberapa gambar di atas adalah lukisan yang ada di Art in Paradise


Sehabis dari 3D Art in Paradise saya dan teman-teman makan siang di BaanDee Buffet yang masih ada di dalam Show DC Shopping Mall. Konsep makan di sini adalah prasmanan. Jadi kita bisa bebas memilih makanan. Makanan yang ada di sini sebenarnya mirip makanan di Indonesia, ada sayur yang mirip kangkung, kwetiau, mie kuning, bahkan ada makanan sejenis oncom, tapi saya lupa namanya. Kata temen saya makanan sejenis oncom itu rasanya kurang enak.

Setelah makan siang, kami semua meluncur ke Chocolate Ville. Yang ada dibayangan saya, Chocolate Ville itu semacam pabrik cokelat, atau banyak hal-hal yang berkaitan dengan cokelat lah pokoknya. Tapi ternyata dugaan saya salah. Jadi Chocolate Ville itu adalah restoran yang dikemas seolah-olah pengunjungnya berada di sebuah kota ala-ala Eropa. Kalo kata temen-temen saya, Chocolate Ville semacam Farm House yang ada di Lembang (Maklum belum pernah ke Farm House) hehehe.

Perjalanan dari Show DC Shopping Mall ke Chocolate Ville kurang lebih 1 jam perjalanan, dan pada saat itu kondisi jalanan cukup padat (Jakarta dan Bangkok memiliki masalah yang sama, yakni sering banget macet).

Di sini saya dan teman-teman saya enggak makan di restorannya. Cuma foto-foto aja, karena emang di sini harga makanan katanya mahal. Tapi sempet sih curi-curi pandang ke orang-orang yang lagi makan, kebanyakan makanan yang ada di sini itu makanan ala-ala Western sama Asia. Di sini juga ada mercusuar buat pengunjung yang pengin ngambil foto dari ketinggian.

Oh ya, biaya masuk Chocolate Ville itu gratis dan kamu bisa foto-foto sepuasnya di sini. Di sini juga ada semacam penjual makanan di stan-stan di dalam Chocolate Ville. Makanan yang dijual ya makanan ringan kayak kentang goreng, donat goreng, ice cream, minuman, dan lain-lain.  Jadi kalau mau lebih irit tapi mau nyetok foto-foto bagus, sekadar berkunjung ke Chocolate Ville dan jajan makanan yang ada di stan-stan  cocok banget untuk kamu kunjungin.









Mohon maaf kalo fotonya beda-beda bentuk dan beda pencahayaan (ada yang lanscape, ada yang potrait. Ada yang rada gelap dan ada yang lumayan terang. Soalnya ada yang ambil sendiri, ada yang minta ambilin temen pake hpnya hehehe)


Setelah dari Chocolate Ville, rombongan menuju Royal Dragon Resto untuk makan malam, sekaligus ada games kecil-kecilan yang tujuannya katanya untuk makin mengenali teman-teman satu sama lain. Makanan yang ada di sini semuanya adalah makanan Chinese food dan dipastikan halal. Setelah dari Royal Dragon Resto kami semua menuju hotel untuk beristirahat di The Patra Rama 9.

Hari Kedua, 24 Maret 2018
Di hari kedua, kami berkunjung ke Chaopraya River + Wat Arun. Untuk bisa ke tempat wisata ini kita harus nyebrangin sungai Chao Phraya pake perahu motor. Oh iya, sungai di sini sangat terawat, enggak banyak sampah yang saya lihat. Yang menarik dari wisata perahu ini, kita bisa ngasih makan ikan pakai roti. Rotinya dari mana? Di dalam perahu ada satu orang (seperti kenek perahu) yang menawarkan roti pada pengunjung untuk diberikan pada ikan yang ada di sungai tersebut.

Satu bungkus roti saat itu, dijual 20 bath. Kalau dirupiah-in sekitar Rp8.890. Setelah itu, baru deh sampai di Wat Arun. Jadi Wat Arun atau nama lainnya adalah Temple of Dawn atau candi fajar itu tempat kuil Buddha yang terbuat dari porselin dan keramik dan didominasi warna putih dan emas. Wat Arun  sebenarnya menjadi salah satu tempat wisata favorit di Bangkok karena di sini banyak banget turis baik lokal maupun mancanegara yang datang ke sini. Di Wat Arun banyak banget candi-candi cantik dan artistik. Kalau kata tour guide-nya Wat Arun itu bagus di saat matahari terbit atau sore hari ketika mendekati matahari terbenam.

Berkeliling di Wat Arun harus hati-hati karena di sini tangganya cukup sempit dan agak curam atau nukik. Saya aja baik naik atau turun pegangan pinggir-pinggir candi karena takut jatoh atau kesandung. Kalau kita udah berhasil menaiki beberapa candi, kita bisa lihat pemandangan yang begitu indah.





Seluruh tim kantor saya. Foto ini diambil pake kamera DSLR, pantes bagus hehehe.

Abis dari Wat Arun, kami makan siang di Sophia Restaurant & Dining yang ada di Suan Luang, Bangkok. Restoran ini 100% halal. Saya bisa tahu dari slogan mereka yakni Halal, Happiness, and Tasty. Makanan-makanan di sini sama kayak makanan yang ada di Indonesia, kayak ikan bakar, sayuran seperti sup jamur, tumis jagung muda, tumis ayam. Seinget saya hidangan khas Thailand yang disediakan waktu itu adalah makanan sejenis Tom Yam.

Setelah makan siang, langsung saya dan rombongan meluncur ke Chatuchak Weekend Market. Sesuai namanya, tempat ini cuma dibuka pas weekend aja. Di sini kita bisa belanja oleh-oleh dengan harga yang relatif lebih murah dan bisa ditawar. Kalau berdasarkan informasi dari Mbah Google, Chatuchak Weekend Market menjadi tempat belanja yang cukup terkenal di Bangkok dan terbesar di Asia Tenggara.

Yang di jual di sini macam-macam, mulai dari produk fashion, furnitur, kain, cinderamata, perhiasan, makanan, minuman, sampai binatang peliharaan juga ada. Di sini saya beli oleh-oleh seperti kaos yang per-pieces-nya dijual 100 bath atau kalau dirupiah-in sekitar Rp44.450. Pouch 3 pieces 100 bath, gantungan kunci 6 pieces 100 bath, dan tote bag juga 100 bath satunya.

Oh iya, saat belanja di sini, kamu harus benar-benar menjaga barang bawaan kamu. Karena kata temen saya yang udah kesini sebelumnya, di sini banyak copet. Penjual-penjualnya pun kurang bisa bahasa Inggris. Jadi kalau mau tawar menawar harus nunjukkin harga yang kita ajuin pake kalkulator. hehehe. Tapi jangan khawatir, di sini penjualnya ramah-ramah, jadi enggak usah takut bakal dijutekkin kalau kita enggak jadi beli. 

Saat berbelanja di Chatuchak, saya belanja sama temen saya namanya Agung. Kalau jalan sama dia, itu pasti diajak kemana-mana. Bisa dibilang saya sama dia hampir ngunjungin semua area belanja di Chatucak yang gede dan banyak banget toko-tokonya. Hasilnya? Saya sama Agung menjadi segelintir orang yang paling telat nyampe di bis. Hahahaha. (Waktu itu cuma dikasih waktu belanja 1,5 jam dari jam setengah 4 sampai jam 5 sore). Bos saya aja sampe masang muka marah ke saya sama Agung, karena kami baru balik sekitar jam 5.15. hahaha. (Sekali-kalilah bikin bos marah hahaha).


Aksesoris yang dijual di Chatuchak.
Sumber foto: www.traveloista.com
Sumber foto: ifeisabook51.blogspot.co.id/

Setelah dari Chatuchak Weekend Market kami makan malam di Bung Terrace, kemudian lanjut ke Asiatique The Riverfront. Asiatique The Riverfront adalah sebuah mall terbuka yang di dalamnya ada banyak toko-toko mulai dari outlet barang lokal yang harganya murah-murah maupun branded yang pasti harganya lumayan mahal.

Di Asiatique The Riverfront banyak banget stan-stan makanan maupun restoran yang menyediakan makanan enak mulai dari makanan Asia sampai Western. Di sini saya juga beli barang lagi, gelas yang pegangannya belalai gajah. Tapi sayangnya, pas sampai rumah, gelas itu udah pecah belah (petugas yang ngatur barang dibagasi, kasar banget sampai gelas beling pecah. Padahal udah dibungkus koran dua lapis dan dialasin baju). Sedih L








Ini nih tempat kosmetik yang selalu diincer para perempuan kalo ke Asiatique




Hari Ketiga, 25 Maret 2018
Di hari terakhir kami di Bangkok, setelah check out dari hotel kami menuju Platinum Fashion Mall yang merupakan pusat perbelanjaan yang saya bilang mirip semacam ITC di Jakarta atau tempat perbelanjaan di Tanah Abang. Di sini banyak banget baju, tas, sepatu, aksesoris atau sovenir yang harganya murah dan kalo beli dalam jumlah banyak (grosir) bisa lebih murah lagi. Kebetulan di sini saya cuma beli oleh-oleh makanan buat orang rumah sama temen-temen deket aja. 

Sumber foto: www.kempinski.com
Sumber foto: http://www.livingincmajor.com

Saya juga nyobain mango sticky rice yang jadi makanan khas Thailand yang dijual disekitaran Platinim Fashion Mall. Makanan ini terbuat dari ketan putih yang bentuknya seperti beras atau nasi dan rasanya lebih manis dan teksturnya lebih lengket dari nasi. Terus sebagai lauknya (ibaratnya) adalah mangga, dan santan yang makin menambah nikmat makanan satu ini. Rasanya enaaaaaakkkk banget, manisnya juga pas. Satu bungkus harganya 50 bath, kalo dirupiahin sekitar Rp22.225.  Sayang saya cuma beli satu bungkus. Karena saya pikir kalau beli banyak dan mau dibawa ke Jakarta ribet. Bawaan saya yang ditaro di kabin pesawat aja udah lumayan banyak.



Setelah dari Platinum Fashion Mall, sebenarnya kita mau ke MBK (tempat belanja juga). Tapi enggak jadi karena, waktu yang udah mepet sama jam makan siang dan jam untuk ke Bandara. Jadi akhirnya destinasi ke MBK dibatalkan. Huhuhu. Alasannya kata tour guide-nya jalanan di Bangkok lagi macet banget, dan enggak keburu kalau mau belanja lagi. Ngerasa rugi sih enggak kesana. Tapi apa mau dikata, namanya juga udah diatur, ya kita peserta ngikut aja daripada enggak dapat makan siang sama telat nanti ke bandara hehehe.

Makan siang di hari ketiga ini kami makan di Bangkok Palace Hotel. Makanan di sini juga lebih beragam sih. Ada sushi ala-ala yang lumayanlah rasanya menurut saya terus banyak juga makanan sea food di sini dan rasanya lumayan oke. Waktu makan siang di sini ditentukan lumayan lama sekitar 2.5 jam. Lama ya? Tapi saya dan beberapa teman enggak makan selama itu kok. Setelah makan, sembari ngisi waktu untuk berangkat ke bandara, kami jalan-jalan aja di dekat-dekat restoran Bangkok Palace. Saya sempet mampir ke 7-Eleven buat beli Nestea dan Instan Thai Tea yang menjadi oleh-oleh minuman khas Bangkok. Setelah makan siang di sini kami langsung berangkat menuju air port.




Itulah sekelumit pengalaman saya pertama kali Bangkok. Semoga ada kesempatan lagi buat ngunjungin negara yang ramah ini untuk bisa eksplore lebih banyak tempat wisata yang lainnya, naik tuk tuk, sama nyobain naik MRT-nya. 

*Tambahan
Meskipun banyak orang yang bilang, Bangkok itu mirip banget sama Jakarta mulai dari bangunan-bangunannya dan lalu lintasnya yang sama-sama macet juga. Tapi saya kagum banget sama masyarakat Bangkok yang benar-benar menjaga kebersihan di mana pun. Salah satu contohnya, di jalan raya. Saya jarang banget lihat sampah berserakan, atau jaranglah ngeliat sampah di jalanan Bangkok. Bahkan pas di Chatuchak Weekend Market aja, pedagangnya diatur dengan rapi dan jarang banget ada sampah.

Kalau saya enggak salah inget, tour guide di bis yang saya tumpangi bilang, di Bangkok, kalau ada orang yang buang sampah sembarangan itu bisa kena denda berapa ribu bath gitu. Jadi, enggak heran kalau masyarakat Bangkok itu benar-benar menjaga kebersihan lingkungan mereka. Pelajaran bagus buat dicontoh, at least buat diri saya sendiri dulu. Hehehe.

  • 54 Comments

Holaaaaa, ditulisan ini gue masih membahas tentang keseruan kegiatan yang diadakan sama KPI, yang pastinya di luar dari Broadcasting Advance Class (BAC ) . Lho kenapa? Karena di tulisan gue sebelumnya, (Last Meeting : Final Asessment Yang Bikin Deg- deg Ser Sampai Belajar Personal Branding), gue sempat cerita kalau pertemuan untuk BAC Batch 4 udah selesai. Tapi bukan berarti gue selesai juga buat nulis kegiatan lain yang diadain sama KPI. Hehehe.
Kali ini gue bakal nulis tentang ‘Talkshow Guest Mentor Class #DigitalinAja : Live Your Passion Through Digital Creative’ yang diadain di hari yang sama dengan Final Asessment BAC Batch 4 Sabtu (28/5/2016) 15.30 – 17.00 di Loop Station Mahakam. Acara ini dikhususkan hanya untuk anggota KPI, baik itu dari program BAC maupun Free Broadcasting Class. Oh iya, ditulisan gue tentang final asessment , gue enggak sekalian bahas juga tentang ‘Talkshow Guest Mentor Class’ karena sengaja biar materi tulisan gue banyak (hahahaha). Ya walaupun acaranya udah lama banget ya alias udah lewat dan gue baru sempet share, tapi enggak apa-apalah ya, toh materinya enggak bakal kadarluarsa juga kok. Hehehe.
Oke mulai ya buat share soal materi #DigitalinAja
Enggak afdol rasanya kalau gue belum ngasih tahu siapa yang ngasih materi kali ini. Tuhu Nugraha seorang digital expert, book writer of www hm defining your digital strategy, Adrian Zakhary News Producer Net TV, New Media & Citizen Journalism dan Zivanna Letisha Anchor Net TV dan Author @Kitajuara_ tuh kurang apa lagi coba Guest Mentor Class yang didatengin sama KPI mantepkan!
Di sesi pertama Kak Zivanna atau yang akrab di sapa Zizi bilang kalau kita mau nunjukkin karya di dunia digital kita harus membuat konten yang terspesialisasi.Nah lho, bingung ya? Maksudnya konten yang mau kita bagikan itu harus jelas konsepnya mau ngebahas tentang apa. Misalnya kita suka nonton film, kita suka ngasih review-review film lewat tulisan di blog kita, yaudah di blog kita fokus aja mosting tulisan tentang info film terbaru, jadwal film, review film atau apapun yang berkaitan sama film deh. Biar jelas dan terarah media sosial kita dan target audience yang mau kita sasar.
Di sesi kedua diisi sama Mas Tuhu Nugraha. Mas Tuhu lebih banyak menjelaskan konten media yang akan kita pakai. Kalau kita mau banyak yang lihat dan suka dengan media sosial kita, Mas Tuhu bilang kalau konten yang kita bikin harus unik dari yang lain. Nah gimana caranya biar punya konten yang unik? Kita harus punya konsep yang mateng. Jadi mateng bukan cuma makanan doang ya, tapi konsep dari konten sosial media kita juga harus mateng banget. Gunanya buat apa? Biar kita konsisten dalam membuat konten jadi biar enggak keluar jalur gitu lho.
Bikin konten yang unik juga enggak gampang sob! Unik di sini bukan sekadar unik, tapi harus kreatif! Mas Tuhu ngasih tahu nih sebelum kita meng-upload konten di sosial media kita wajib banget harus nentuin :
1. Harus tahu tujuan kita upload konten itu untuk apa. Misalnya nih kita pengin ngeshare info tentang tempat wisata yang asyik, nah kita fokus deh ngasih tahu info-info penting tentang tempat yang kita rekomendasiiin itu ke audience. Jangan kebanyakan narsis atau nyeritain tentang diri kita yang lagi liburan di tempat itu. Boleh sih ngasih tahu, tapi jangan berlebihan ya!
2. Tentukan audience. Setelah kita menentukan tujuan, kita juga perlu menentukan target audience kita siapa.
3. Kita harus nentuin mau pakai media apa buat nge-share konten. Apa kita mau pakai media blog (Kalau kita lebih suka nulis) atau video bisa kita pakai media Youtube atau Instagram maupun media lainnya bisa Facebook atau Twitter dan lain-lain.
4. Harus punya hashtag, pastinya udah tahu dong ya fungsinya hashtag apa? Yap Hashtag berguna untuk mengkategorisasikan konten kita, biar gampang kalau followersatau viewers kita mau nyari konten yang dia mau lihat atau dengerin.
5. Last but not least is consistent. Poin yang ini sering disampein sama semua orang yang udah sukses di dunia digital, pasti rata-rata mereka kalau ngasih tips ke penanya atau audience kata-kata konsisten enggak pernah ketinggalan.

Udah tahu kan sekarang apa aja yang harus ditentuin sebelum kita meng-share konten yang bakal disukai sama audience? Tapi masih bingung gimana cara nentuin konten yang unik, menarik dan kreatif? Tenang Sob, Mas Tuhu ngasih tahu lagi nih rahasianya. “Konten yang menarik itu bisa didapat dari hasil riset yang kita lakukan. Kira-kira konten apa ya yang belum ada? Kalaupun ide atau konsep kita udah banyak dipakai orang, kita bisa gunain teori ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi). Tapi jangan copy paste ide orang. Bikin ciri khas dari karya kita.” Gitu kata Mas Tuhu. Oke Mas di catet!
Mas Adrian Zakhary yang ngerangkap jadi moderator di acara juga nambahin nih, “Kalau mau karya kita eksis di sosial media dan bisa menghasilkan uang kita harus rajin memperbarui konten, jangan males bikin karya. Jangan cepat puas. Mentang-mentang viewers kita udah banyak di Youtube, udah bisa ngasilin duit kita jadi jarang posting video, posting video kalau lagi mood doang. Kalau kayak gitu sih karya kita bakal cepat dilupain sama audience dan enggak banyak dipakai sama orang yang ngasih kita duit.” Terus kita harus update sama informasi. Apalagi sama hal-hal yang berkaitan sama apa yang menjadi fokus konten kita. Dan jangan monoton. Maksudnya kita harus bikin konten yang enggak itu-itu aja. Kayak misalnya kita suka nulis di blog, yang ada di blog kita jangan cuma tulisan doang, perbanyak visualnya kayak gambar atau foto maupun video, karena rata-rata audience suka konten yang banyak visualnya dari pada teks. (Wah yang ini sih pas banget nih buat gue, yang suka nullis dan ngerasa blog gue gitu-gitu aja. Hahahaha.)
‘Talkshow Guest Mentor Class #DigitalinAja’ ini keren banget! Gue banyak dapat ilmu baru dari materi yang disampaikan sama Guest Mentor Class . Yang bisa gue ambil dari materi singkat ini jaman sekarang udah serba digital, sangat disayangkan kalau sebagai generasi muda kita enggak memanfaatkan kemajuan digitalisasi ini. Gue yang masih awam banget sama yang namanya dunia digital pastinya harus banyak belajar terutama untuk memperbaiki konten – konten di blog ini yang masih biasa banget. Makasih KPI yang udah ngadain acara Talkshow Guest Mentor Class #DigitalinAja’ . Di tunggu ya acara-acara inspiratif dan kece lainnya!
Formasi lengkap! Tuhu Nugraha (Kanan), Zivanna Letisha (Tengah) dan Adrian Zakhary (Kiri)



Kak Bintang Cahya (Founder KPI) Selaku MC lagi chit chat sama salah satu temen gue, namaya Dinar. Dinar ini rajin bikin video-video lucu di Youtube. Coba search aja Lazuardi Nazar. Pasti nongol video-video dia. Hahaha.


Pasukan KPI BAC Batch 4
  • 0 Comments
Kelas Penyiar Indonesia (KPI) enggak terasa udah masuk ke pertemuan terakhir atau pertemuan keempat. Dari tiga pertemuan kemarin yang udah sempat gue share  di blog ini, mulai dari materi Public Speaking, Announcing Skill sampe TV Presenting dan Journalism nah sekarang adalah puncaknya, Final Asessment ! Sabtu (28/05/2016) di Gedung Setiabudi 2 Kuningan Jakarta. Ada  18 peserta ikut dalam Final Asessment ini.
Final Asessment itu ngapain sih? Di Final Asessment kita diharuskan mempraktikkan atau mensimulasikan apa yang sudah diajarkan oleh para mentor sebelumnya, ada penilaian dan komentar juga dari mentor. Ada dua bentuk praktik yang harus gue  dan teman-teman gue lakukan. Talk set  dan live report.
Di sesi talk set, seluruh peserta diharuskan memilih satu topik dari dua topik yang disediakan. Salah satu topik yang ada adalah 2 blunder yang bikin salah satu penyanyi Indonesia disindir akibat apa yang dia promosikan dan kenyataannya tidak sesuai. Nah topik itu yang gue pilih, karena lebih gampang (Hahahaha). Kalau topik  live report, temanya tentang perjalanan menuju Gunung Rinjani, jadi seolah-olah seluruh peserta sedang melakukan pendakian di Gunung Rinjani.
Gue sebagai salah satu peserta, jujur deg-deg ser alias nerveous pas giliran maju.  Padahal gue cuma ditonton sama satu mentor (Kak Bintang Cahaya, Kepala Sekolah KPI) plus kamera dan dua orang  operatornya hahahaha. Gue merasa masih banyak kekurangan dari performance gue, salah satunya sampai saat ini gue masih kesulitan mengatur napas biar enggak ngos-ngosan kalau abis ngomong. Pastinya ini butuh latihan sesering mungkin.
Oke, udah ya share Final Asessmentnya. Sekarang kita  move  ke materi Personal Branding with Kak Ginza Rheza.
Kak Ginza Rheza ini mantan penyiar Global Radio Jakarta, VO Talent (kalau lo suka mengonsumsi susu yang bungkusnya warna hijau terus depannya M, nah yang ngisi suara diiklan itu ya Kak Reza), mantan General Manager Dreamers Network dan CEO Selected Communication (banyak ya pengalamannya, Kak Ginza hahaha).
Lanjut ke materi Personal Branding
Familiar sama kalimat ‘jadilah yang beda dari yang lain?’ Beda di sini maksudnya beda yang positif ya. Misalnya penampilan dari cara berpakaian, rambut, make-up dan lain-lain. Kata Kak Ginza kita harus berpenampilan  sebaik mungkin karena kita enggak tahu di jalan kita mau ketemu siapa. Siapa tahu kita bisa ketemu sama  client, calon client, dosen atau bahkan calon jodoh kita (hahaha). Terus jadi ‘role model’  dan ‘menginspirasi orang lain’. Nah itu tiga hal yang dibagi sama Kak Ginza buat membangun personal branding. Tapi untuk membangun yang namanya personal branding tuh enggak gampang lho. Pertama-tama kita harus tahu atau mengenal diri kita sendiri. Dengan cara? Banyak bertanya sama orang-orang terdekat kita, kayak keluarga, sahabat, temen, temen deket atau pacar (kalau punya hahaha) atau siapapun yang bisa kita percaya dan kita minta pendapatnya tentang diri kita.
Dari referensi orang –orang terdekat kita jadi tahu kan apa kelebihan dan kekurangan kita. “Maksimalin kelebihan yang lo punya, karena dengan kelebihan itu kita bisa nunjukkin perbedaan kita sama yang lain.” Said Kak Ginza ðŸ™‚ Adalagi nih yang harus diperhatiin. Penampilan udah kece dari atas sampai bawah tapi kalau attitude sama personality kita enggak kita dijaga, ya sama aja bohong. Penampilan itu tidak menentukkan segalanya sob! Di mana pun, kapan pun dan sama siapapun attitude dan personality kita juga harus dijaga. Bahkan Kak Ginza bilang gini “ Personality and attitude is number one. Penampilan bisa kita make over , tapi kalau udah urusan personality and attitude itu udah bagian dari diri masing-masing, yang bisa ngerubah ya diri sendiri dan buat ngubahnya itu susah.” Dan juga Jangan lupa untuk be friendly dan harus terus belajar. Oke dicatet! Hahahaha.
Nah sekarang jaman udah canggih, personal branding bisa dibentuk dari sosial media (sosmed). Semua hal bisa di share lewat sosmed, aktivitas lo, kerjaan lo maupun karya lo semua bisa di share. Cuma kalau kita mau ngebangun personal branding  lewat sosmed enggak bisa sembarangan. Kenapa? Karena bisa disalahgunakan atau membawa efek buruk buat yang lihat sama si empunya sosmed itu sendiri.
Yang pasti kalau kita mau show on di sosmed ada prinsip yang Kak Ginza share nih. Positif, informatif, bermanfaat, menginspirasi dan bertanggung jawab baik itu dari konten, design atau apapun yang ada di sosmed kita mesti berpegang sama kelima hal itu, kalau kita enggak mau sosmed kita bermasalah atau banyak yang ngasih komen negative sama sosmed kita. Dan yang paling penting kalau show on di sosmed kita kudu konsisten sama komitmen sama apa yang menjadi fokus kita dan please follow atau addorang-orang yang punya interestnya sama. Biar bisa saling komunikasi dan tuker informasi.
Cukup ya share ilmu tentang Personal Brandingnya hehe.
Terakhir gue mau mengucapkan terima kasih ke Kelas Penyiar Indonesia (KPI), Kak Bintang Cahya selaku Founder sekaligus mentor beserta timnya Yopi, Syifa, Baon, Sandy maupun yang lainnya yang enggak gue hapal  namanya (maapkeun hehehe) yang udah memfasilitasi  setiap sesi kelas tiap dua minggu sekali dan juga Kak Reza Alqadri, Kak Tantri Moerdopo dan Kak Ginza Rheza  selaku mentor yang kece-kece yang udah membagi ilmu dan pengalamannya ke peserta KPI Batch 4, yang masih harus banyak belajar dan nyari pengalaman sebanyak-banyaknya.
Dan juga gue mau bilang terima kasih buat temen-temen KPI Batch 4 yang selalu ‘berisik’ di grup buat saling  mengsupport satu sama lain, ngasih masukan, saling shareinfo kalau ada lowongan, seminar, workshop atau apapun yang berkaitan sama dunia MC, jurnalistik dan radio dan hal-hal menyenangkan lainnya yang bikin hari-hari gue enggak sepi (maklum jomblo! HAHAHAHAHA). KEEP SOLID AND SERU GAISSS! ðŸ™‚
Ini dia yang namanya Kak Ginza Rheza, gimana kece kan? Hehehehe ðŸ˜€


Ini dia para peserta BAC Batch 4 di Final Asessment, ada yang lagi ngapal script, ada yang lagi diskusi, searching pokoknya serulah 😀 



  • 0 Comments


Kalau baca atau denger soal jurnalis-jurnalisan gue pasti semangat! Hahaha, kenapa? Ya pasti karena gue suka sama bidang ini. Gue memang belum punya pengalaman menjadi jurnalis di TV manapun tapi gue tahu sedikitlah tentang dunia jurnalistik cam mana ye kan. Ditulisan gue kali ini gue bakal share ilmu yang udah gue dapetin dari BAC Batch 4 tentang TV Presenting and Journalism. Tapi sebelum itu gue mau cerita dulu soal pengalaman gue tentang jurnalistik, boleh ya?  Heheeh.

Mau sharing aja nih, kalau pas masih kuliah di semester 1-5 (2-3 tahun lalu) gue sempet mengikuti UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang ada kaitannya sama pers atau jurnalistik, tapi fokusnya ke media cetak (ngeri enggak sih? Enggak ya biasa aja? Oh oke deh)


Paham gue kalau jurnalistik adalah salah satu bidang pekerjaan yang bisa dibilang cukup berisiko tapi sekaligus bisa menjadi ‘pemuas’ seluruh indera yang di punya manusia (Yawlohhhh bahasa gue hahaha) . Maksudnya gimana? Di jurnalistik mata, telinga, lidah, hidung dan kulit bermain. Jurnalis tuh harus peka. Peka tuh enggak cuma ke pacar doang (kalau punya, ups! wakakaka)tapi jadi jurnalis tuh dibutuhin banget kepekaan di situasi manapun dan dimanapun. Nah kepekaan itu ya berasal dari indera –indera yang kita punya. Hati juga sih harus peka, walaupun bukan termasuk indera manusia hihihi. Jujur itu enggak gampang. Susah!

Nih gue kasih contohnya, mata misalnya. Salah satu hal yang bikin pekerjaan jadi jurnalis itu menarik adalah kita bisa ke berbagai tempat yang beda-beda dan ketemu orang baru bahkan artis sekalipun. Salah satu pengalaman yang enggak bisa gue lupain adalah waktu gue wawancara Alm. Pepeng. Itu loh, mantan presenter dan pelawak senior Indonesia, (kalau enggak tahu juga coba cari ajah di Mbah Google yak) waktu itu (Semester awal gue kuliah, tahun 2011) gue interview beliau saat sedang  mengidap penyakit yang cukup serius yaitu sklerosis multipel.

Yang tadinya gue cuma bisa liat beliau di tv, itupun kalau lagi nimbrung sama nyokap gue yang demen banget nonton infotainment (hahahaha), eh gara-gara gue ikut UKM Pers gue bisa ketemu dia kan.  Dari hasil interview gue sama Pepeng, gue belajar untuk terus bersyukur, nerima apapun yang udah ditakdirin Tuhan, walaupun itu enggak mudah tapi dengan cara itu kita bisa hidup tanpa beban. Ya dengan penyakitnya itu dia berusaha tegar dan masih bisa ketawa-ketiwi pas jawab pertanyaan-pertanyaan gue, karena menurut beliau apa yang udah terjadi yaudah terjadi aja, yang penting jangan lupa berdoa dan berusaha. Jangan pernah nyalahin Tuhan atas apa yang udah dikasih, baik itu sakit maupun yang lainnya. Nah telinga kita diasah buat peka juga kan?  Buat menangkap pesan-pesan ‘magis’ dari narasumber kita. Hahaha.

Itu sih yang gue pelajarin selama gue ikut UKM Pers. Pekerjaannya yang sangat dinamis, unpredictable, butuh banyak pengorbanan, enggak tahu waktu, kerjaannya melelahkan, terus katanya sih gajinya kecil. Kalau yang terakhir ini gue belum ngerasain sih, baru denger katanya- katanya doang dari senior haha.

Oke, balik ke topik utama yaitu TV Presenting and Journalism

Pertemuan ketiga Sabtu (14/5/2016) di Gedung Setiabudi 2 Kuningan Jakarta, peserta BAC Batch 4 kedatangan narasumber yang knowledgeable dan terpercaya yakni Tantri Moerdopo jurnalis Metro TV yang jadi mentor atau pembicaranya. FYI aja nih Tantri Moerdopo awalnya menjadi penyiar di TVRI, terus dia sempat bekerja di luar bidang jurnalistik, tapi ternyata doi udah jatuh cinta sama dunia jurnalistik, makanya dia balik lagi ke jurnalistik dan saat ini doi berkarir di Metro TV sebagai presenter berita Metro Plus Pagi senin – jumat jam 10.30 – 11. 30.

Yang gue dapet dari materi kemaren adalah Seorang presenter harus bisa meyakinkan penonton dengan informasi yang tentunya akurat. Kekurangan-kekurangan yang kita miliki harus bisa ditutupi. Terus gimana sih caranya kita tahu kekurangan kita? Ya banyak berlatih. Saat melakukan interview dengan narasumber juga kita harus hati-hati. Jangan sampai kita menyinggung perasaannya. Hindari pertanyaan seperti : Bagaimana perasaan ibu/bapak terkait bencana yang menimpa anggota keluarga ibu/bapak? Atau apakah ada tanda-tanda atau firasat sebelum bencana ini terjadi? Kalau kita mengeluarkan pertanyaan itu kata Kak Tantri sih kita udah kehabisan ide atau pertanyaan buat diajuin ke narasumber.

Hal wajib yang harus dimiliki sama jurnalis atau presenter adalah

Be on time. Dua jam sebelum acara atau minimal satu jam sebelum acara kita udah harus nyampe ke TKP atau kantor. Gunanya buat persiapan. Karena seperti yang gue tulis sebelumnya kalau jurnalistik itu unpredictable Jadi bisa aja kita udah prepare script, setting dan sebagainya tapi semua itu berubah karena ada kejadian yang lebih genting yang harus atau kudu kita kasih tahu ke pemirsa secepat kilat. Hahahaa.
Nah ini! Kalau udah ‘nyemplung’ ke dunia jurnalistik badan kudu kuat-kuat deh. Kerjaan enggak tahu waktu, enggak nentu, makan enggak teratur dan sebagainya kalau kita enggak pinter-pinter nyuri waktu buat istirahat sama makan wah bisa-bisa kita drop. Itu sih yang gue rasain dulu pas ikut UKM. Sempet kena tipus hahahaa. Tapi katanya sih kalau belum kena tipus katanya belum afdol jadi jurnalis (yeee enggak gitu juga kaleeee).
Attitude atau sikap. Ini juga enggak kalah penting. Ya namanya jurnalis atau presenter berita di mata orang awam atau orang yang enggak paham sama bidang beginian kan tahunya mereka nyalain tv terus nonton berita ada presenter atau jurnalisnya terus mereka dapet info, dan menjadikan jurnalis atau presenter ini panutan mereka. Karena jurnalis sering dianggap orang yang tahu segalanya. Jadi kalau kita enggak pinter-pinter jaga sikap, kita enggak bakal di ‘pake’ lagi sama stasiun tv yang udah ngontrak kita. Ihhhh seremmm.


Sebenarnya enggak cuma gitu doang. Tapi sebagai seorang jurnalis kita dituntut untuk bisa fleksibel. Bisa masuk ke mana aja,  mau disuruh interview siapa aja harus siap. Terus happy positive. Kalau kata Kak Tantri sih “Gimana pun kondisi kita di hari itu, kalau kita udah on cam, harus selalu positif. Wajib masang muka yang seneng, enak dilihat, jangan sampe kita masang muka bête pas nyampein berita. Tapi disesuain juga sama beritanya. Kalau lagi ngasih info duka cita, ya jangan masang muka seneng juga. Karena kenapa? Seorang jurnalis itu dipercaya audience. Jadi jurnalis itu istilahnya bukan terkenal, tapi dipercaya. Karena kita ngasih info ke orang jadi kita harus masang muka yang meyakinkan, biar audience yakin sama info yang kita kasih.”  Terbuka, maksudnya mau disuruh liputan kemana aja, kondisinya kayak gimana harus siap mental dan  fisik. Enggak bisa tawar menawar deh kalau udah disuruh liputan kemana aja harus siap.   Humble, nah ini biasanya sih kalau kita udah jadi jurnalis yang sering nongol di tv, kadang suka kena tuh namanya star syndrome. Mentang-mentang sering nongol di tv apalagi tvnya tv yang cukup ternama, pasti ada aja orang yang songong, belagu dan ngelunjak. Biasanya sih jurnalis / presenter berita macam kayak gini bisa enggak dipake lagi.  Makanya kita harus tetap rendah hati sama siapa aja.

Bisa dipercaya. Iya dong, sebagai jurnalis kita harus bisa dipercaya. Karena jurnalis bekerja berdasarkan fakta, No gossip (lah kok kayak salah satu tagline acara entertainment yak? Hahaha). Nah salah satu  cara biar kita bisa dipercaya adalah dengan melakukan riset. Jurnalis itu wajib hukumnya buat riset untuk melengkapi data-data yang dimiliki olehnya. Jadi sebelum kita terjun ke lapangan ada baiknya kita riset dulu, mau dari internet, buku, koran, majalah, keterangan narasumber atau apapun yang bisa dijadikan sumber atau referensi. Makanya jurnalis itu dituntut untuk banyak baca, KEPO dan peka buat menghasilkan berita yang berdasarkan fakta. Pas masih aktif ikut UKM Riset juga enggak pernah gue lupain kalau mau liputan, bahkan sampe sekarang. Karena kerjaan gue sekarang juga enggak jauh-jauh dari nulis berita. Cuma bedanya bukan nulis berita buat media cetak, online atau elektronik, tapi buat kampus gue. Hahaha.

Knowledgeaable. Jelas kalau jurnalis itu harus banyak tahu dari orang-orang yang bukan jurnalis. Nah satu lagi nih keenakan jadi jurnalis yaitu, bisa tahu duluan peristiwa atau hal-hal yang orang awam belum tahu. Bahkan jurnalis itu bakal tahu rahasia narasumber atau peristiwa sampe ke dalem-dalemnya, walaupun enggak semua di share ke publik. Makanya kalau dalam jurnalistik dikenal istilah off the record dan on the record. Off the record itu hal-hal atau informasi yang enggak boleh dikasih tahu ke publik. Jadi cukup antara si jurnalis sama narasumber aja yang tahu informasi tersebut. on the record lawannya off the record, yaitu hal-hal yang boleh dishare ke publik.

Grooming. Sebagai seorang Jurnalis tv pasti ada tuntutan untuk tampil maksimal.  Enggak harus cantik atau ganteng sih. Tapi minimal harus enak dilihat. Rapi lah kalau lagi on cam. Karena katanya Kak Tantri sih “Jurnalis itu mencerminkan stasiun tv mana kita berasal.”

Oke teorinya udah. Sekarang waktunya praktik. Seperti yang suka gue jelasin di tulisan-tulisan gue sebelumnya kalau di setiap pertemuan pasti ada simulasinya. Nah di bagian TV Presenting and Journalism simulasinya adalah melakukan live report. Kak Trantri sudah menyiapkan kertas-kertas yang berisi topik untuk dibawakan oleh gue dan temen-temen gue. Kalau gue sendiri kebagian topik Partai Golkar. Jadi tugas gue adalah nyampein informasi tentang Partai Golkar, pastinya informasi yang update ya. Kebetulankan Partai Golkar lagi ada Munaslub (Musyawarah Nasional Luar Biasa) buat miliih ketua umum parta yang baru, jadi gue membawakan informasi tentang itu.

Beberapa hal yang bisa gue rangkum adalah kekurangan gue banyak mengeluarkan kata ‘eeee’, kalau abis  ngomong  engos-engosan hahaha. Gue juga sampe saat ini memang belum bisa ngatur napas yang baik kalau abis ngomong. Entah kenapa. Dan masih keliatan nervous di depan kamera. Ya gue menyadari masih banyak kekurangan sih di diri gue yang harus gue perbaiki lagi. Tambahan juga sih kalau ada jargon-jargon atau istilah yang agak susah dimengerti sama orang awam, lebih baik kita ganti aja dengan kata-kata yang lebih familiar di telinga-telinga orang awam, jangan pernah mencampur antara bahasa inggris dan bahasa Indonesia kalau lagi live report. Dan kalau mau bawa ‘contekan’ atau quecard’ nyusunnya yang rapi ya teman-teman, biar bisa dibaca dengan baik. Jangan kayak gue , bikin quecard tapi gue bingung bacanya. Hahaha. TV Presenting & Journalism, ternyata susyaaaahhhhh juga yaaaa!.


  • 0 Comments

Ini gue sama Dea lagi latihan bawain materi

Tanggal 23 Agustus kemarin gue mendapat kesempatan untuk siaran di Marketeers Radio di gedung Eightyeight@kasablanka yang ada di daerah Casablanca Jakarta Selatan, tepatnya samping Mall Kokas persis. Kesempatan ini datang enggak jauh-jauh dari program Kelas Penyiar Indonesia (KPI) yang  bekerjasama dengan Marketeers Radio. Sebelumnya mungkin ada yang nanya atau bingung, Marketeers Radio itu frekuensinya berapa emang? Jadi Marketeers Radio itu adalah radio streaming yang dimiliki oleh marketeers.com.

Dikutip dari website Marketeers,  Marketeers sendiri adalah media yang menyediakan informasi aktual seputar bisnis dan pemasaran dari kacamata konsep marketing terkini. Media yang dimiliki sama Marketeers enggak cuma radio aja nih, tapi juga ada majalah, event, marketeers TV dan lain-lain.  Tapi kalau dari kalian ada yang mau dengerin kayak gimana sih program siaran Marketeers itu? Bisa di search aja di Mbah Google dengan kata kuncinya ‘Marketeers Radio’ ya. Walaupun isi dari marketeers itu kebanyakan tentang pemasaran dan bisnis, bukan berarti isi siaran dari marketeers radio itu tentang kedua hal itu terus.


Ada kok siaran hiburannya, tapi tetap edukatif. Contohnya nih, kebetulan gue dapat jadwal siaran di program Marketeers And The City yang mengudara tiap rabu, jam 10.00 sampai jam 11.00 siang. Jadi di program itu ngebahas tentang kuliner, do’s and dont’s (mitos) di suatu daerah dan destinasi atau tempat pariwisata yang ada di daerah Indonesia. Kebetulan gue sama  temen gue yang juga berasal dari KPI BAC Batch 4, namanya Dea kebagian ngebahas tentang kota Makassar. Siaran ini gantian sama anak-anak Batch lain, jadi tiap anggota BAC dapat kesempatan buat siaran di Marketeers Radio.

Selain di program Marketeers And The City, anak-anak KPI BAC Batch 4 juga mendapatkan kesempatan nih buat siaran di program lainnya, seperti Battle of The Brand yang mengudara tiap kamis jam 18.00 sampai 19.00. Kalau di program ini ngebahas tentang perbandingan antara dua brand yang lagi hitz di masyarakat. Oh iya perlu gue infoin juga kalau siarannya dilakukan secara tapping. Jadi kita enggak perlu takut salah hehe. Kebetulan gue sama Dea tapping selasa sore jam 18.00. Tapi kita sangat disarankan datang 30 menit sebelum siaran, buat latihan dulu.

Berhubung dulu pas kuliah pernah nyoba ikut UKM Radio juga,  pengalaman siaran di marketeers radio lumayanlah jadi obat kangen sama siaran hehehe. Oh, kalau ada yang mau dengerin siaran gue kapan, bisa tuned in di hari rabu tanggal (21/9/2016) jam 10.00-11.00 ya (Kalau enggak ada perubahan). Dicatet ya! Hehehe.









  • 1 Comments


Pertama kali lihat buku ini di rak buku Gramedia Bintaro, saya langsung memfokuskan perhatian sama buku yang satu ini.  Kenapa? Karena dari judulnya saja ada embel-embel USA. Iya saya suka banget baca buku yang ada kaitannya sama Amerika, karena saya punya impian, suatu saat saya harus bisa ke Amerika. Aamiin🙂

Setelah saya membaca bukunya sampai tuntas, saya bisa katakan saya enggak menyesal sama sekali telah membeli buku ini. Buku ini benar-benar ‘asupan’ yang sangat bermanfaat bagi jiwa tiap orang yang punya mimpi. Lost In The USA mengajarkan kepada para pembacanya untuk memiliki tekad yang kuat serta bekerja keras meraih impian, bersyukur dengan apa yang sudah didapatkan selama ini dan tak lupa untuk selalu berbakti pada kedua orang tua dan tidak pernah melupakan kehadiran Tuhan di manapun dan kapanpun.


Setting waktu di novel ini tahun 1980an. Berawal dari Fathi Bawazier selaku tokoh utama sekaligus penulis novel ini yang ingin menjadi manusia berilmu dan memiliki nilai jual tinggi di tengah-tengah persaingan jutaan manusia yang berusaha memperoleh kehidupan yang layak dan mapan untuk masa depan, maka menurutnya hanya ada dua pilihan yang harus ia tentukan, yakni kuliah di Universitas negeri atau kuliah di Universitas luar negeri.

Saat SMA Fathi mendapat julukan sebagai ‘anak garpu’, karena ia memiliki rambut kribo dan ia menggunakan garpu makan sebagai sisir untuk merapikan rambutnya. Dalam novelnya Fathi bercerita jika ia termasuk anak yang badung disekolahnya. Saat SMA ia menggunakan jeans belel, jaket warna hijau tentara, sepatu kets belel, bahkan jika ia sedang malas memakai sepatu kadang memakai bakiak dan tidur dikelas. Ia  tak pernah membawa tas, hanya satu buku tulis yang memuat semua mata pelajaran dan disematkan di saku belakang celana.

Sempat saya berpikir, kenapa orang-orang sukses atau public figure yang banyak menginspirasi orang itu masa lalunya sempat jadi anak badung atau anak nakal. Sebut saja Bill Gates yang sering bolos kuliah dan akhirnya di DO dari kampusnya. Sekarang dia jadi pemilik microsoft. Ya walaupun tidak semua orang sukses seperti itu sih. Hehe. Ini membuktikan kalau tidak semua anak badung, masa depannya akan jelek atau berantakan.

Tidak berhasil masuk Universitas negeri impiannya yakni ITB sampai UI, akhirnya Fathi memilih pilihan kedua yakni kuliah di Universitas Luar negeri. Keinginan tersebut tidak bisa tercapai dengan mudah, Ayah Fathi yang biasa dipanggil Abah saat itu bekerja sebagai makelar bahan bangunan tidak bisa membiayai kuliah Fathi di luar negeri. Tetapi mengijinkan anaknya merantau ke luar negeri. Saya sangat salut dengan orang tua Fathi yang mengijinkan anaknya untuk meraih impiannnya sekolah di luar negeri. Mamah dan Abah sangat mendukung apapun keinginan anaknya dan tidak pernah sekalipun menciutkan mimpi anaknya. Mereka sangat percaya dengan anaknya.

Sebenarnya Fathi ingin sekali merantau ke Australia, namun sayang, tahun 1980an untuk mendapatkan visa ke Australia sangat susah. Saat Fathi berusia 19 tahun, ia pernah berusaha untuk mendapatkan visa turis Australia. Setelah mengalami tiga kali penolakan pengajuan visa tourist Australia, akhirnya Fathi bisa mendapatkannya walaupun hanya mendapat izin 14 hari. Di Australia Fathi tinggal selama 3.5 bulan, harus  pulang ke Indonesia dengan cara dipulangkan oleh petugas imigrasi, karena statusnya sebagai imigran gelap. Saya sebagai pembaca merasa kagum akan kegigihan Fathi. Mungkin buat orang lain kegagalan mencapai tiga kali, sudah membuat orang gampang menyerah. Dan terbukti dengan kegigihan, keinginan untuk bisa ke Australia bisa terwujud ya walaupun berakhir dengan tragis.

Kegagalannya meniti karir dan sekolah di negeri orang tidak mengurungkan niat Fathi untuk merantau ke luar negeri lagi. 2. Agustus 1987  saat ia berusia 23 tahun dan bersama Thoriq (19)  sepupunya pergi ke Amerika, tepatnya Los Angeles. Disini saya sekali lagi dibuat kagum oleh keberanian Fathi, yang tak takut untuk mengambil risiko. Pergi ke Amerika tanpa ada sanak saudara di sana, tidak mengurungkan niatnya untuk bisa menjadi manusia yang berilmu dan memiliki nilai jual tinggi. Novel yang bisa dibilang termasuk novel religi ini banyak menyiratkan pesan-pesan islami yang sangat menyentuh. Fathi sempat bekerja sebagai pengantar Piza yang mengandung daging tak halal . Ia bimbang dan meminta pendapat seorang Uztad yang akhirnya menyarankan ia untuk keluar dari tempat kerjanya dan yakin akan ada pekerjaan lain untuknya.

Fathi bekerja di station Operator Inc, subsidiary dari Mobil Oil Corp perusahaan perminyakan kelas dunia sebagai kasir.  Di dalam bukunya Fathi banyak bercerita tentang pertolongan Allah SWT. Salah satunya adalah ketika Fathi diharuskan menjadi saksi dalam kasus yang menimpa teman kerja barunya bernama David yang ternyata seorang Psycho Maniac. Disatu sisi jika ia memberatkan David ia takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi padanya, sementara jika ia tidak memberikan kesaksian ia akan di kenai hukuman pasal penghinaan terhadap lembaga peradilan yang sanksinya kurungan penjara dan denda. Sebelum persidangan tersebut dilakukan ia solat tahajud meminta perlindungan dari Allah SWT   dan akhirnya ia batal menjadi saksi yang otomatis menyelamatkan hidupnya.  Yang saya suka dari buku ini adalah banyak menyisipkan ayat maupun hadist islami yang menambah pengetahuan saya akan kebesaran Allah SWT. Salah satunya yakni, ‘Dalam surat Al-Baqarah, ayat 216  mengatakan “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahai ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui’ ( hal 165).

Inti dari novel ini kita diajarkan untuk tidak pernah lelah untuk mengejar mimpi. Terbukti dengan kegigihannya Fathi bekerja di Amerika ia berhasil kuliah di Pierce College sebuah community college atau setara dengan D2 jurusan computer science. Dan berhasil mencapai posisi  manager menggantikan  bosnya di perusahaan yang masih sama yakni Mobil Oil Corp. Dan saya mengambil pelajaran juga bahwa perbanyaklah berteman dengan siapa saja yang bisa membawa kita kepada kesuksesan, karena kita tidak akan tahu rejeki bisa datang dari orang-orang yang kita baru kenal. Dalam novelnya Fathi banyak berkenalan dengan teman-teman baru yang mengantarkannya pada mimpinya.

Saya juga mendapatkan beberapa gambaran tentang kehidupan di Amerika, misalnya di halaman 24 ternyata walaupun Los Angeles bisa dibilang sebagai negara bagian yang kita kenal sebagai salah satu surganya film di Amerika, tapi di sana juga banyak gembel-gembel atau homeless dan banyak tindakan kejahatan dilakukan di sana, walaupun settingnya tahun 1980an. Di halaman  8, Fathi menjelaskan cara menaiki bus, yakni pintu terbuka otomatis, penumpang naik, lalu memasukkan uang ke kotak besi di sebelah sopir. Ternyata kotak besi tersebut bisa secara otomatis dapat menghitung uang yang dimasukkan penumpang. Saya berpikir di tahun 1980an saja Amerika sudah memiliki transportasi yang memiliki teknologi praktis dalam hal transaksi. Di Bab 13, saya juga baru tahu ternyata di Amerika ada mata kuliah yang mengsyaratkan untuk pesertanya mengikuti tes bahasa inggris. Ada 10 level kelas bahasa inggris yang harus dilalui mahasiswa agar mendapat gelar setara D-2.  Wow mau mendapatkan suatu gelar saja harus melalui ujian bahasa inggris yang begitu banyak. Untung di Indonesia, bahasa Indonesia tidak ada tingkatan atau levelnya hahahaha.

Dan satu lagi yang bisa saya ambil dari membaca novel inspiratif ini adalah Fathi sangat menyayangi orang tuanya dan ia meyakini bahwa kesuksesan yang ia raih tak terlepas dari doa Mamah dan Abah nya. Sejauh apapun kita, sesibuk apapun kita dan bagaimana pun keadaan kita jangan sampai kita melupakan orang tua kita. Saya sangat merekomendasikan buku ini buat kita anak-anak muda yang masih punya semangat buat meraih impiannya🙂
  • 0 Comments
Newer Posts Older Posts Home
BloggerHub Indonesia

About me

Eka-Rahmawati


Eka Rahmawati

"Behind Every Successful Woman, It's Her Self — Unknown


Follow Us

  • instagram
  • Twitter
  • facebook
  • Linkedin
  • YouTube
  • Kompasiana

Banner spot

Blogger Perempuan

recent posts

Labels

Belajar Bareng Buku & Film Cooking digital agency Healthy Kecantikan Kelas Penyiar Indonesia Lomba blog Makan Melancong Produk Lokal Review

Popular Posts

  • Kenalan dengan InShot, Aplikasi Edit Video untuk Pemula yang Mudah Digunakan
  • Senangnya Jadi Narablog di Era Digital
  • 7 Langkah Perawatan Wajah yang Wajib Dilakukan Perempuan

My Portfolio

  • SEO Content Writing 1
  • SEO Content Writing 2

Blog Archive

Eka Rahmawati. Powered by Blogger.

Pageviews

instagram

Created By ThemeXpose | Distributed By Blogger

Back to top