Kondisi jalanan di Bangkok Sumber foto:www.sooperboy.com |
Hari Jumat, tanggal 23 Maret 2018
adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh saya dan juga seluruh teman kantor
saya, karena kami semua akan outing ke
Bangkok, Thailand (Ini pengalaman pertama saya pergi ke luar negeri). Sebenarnya saya dan teman-teman kantor sudah cukup pesimis
dengan rencana outing ini, karena
awalnya akan diadakan pada Januari 2018. Tapi ada alasan satu dan lain hal akhirnya
diundur sampai Maret 2018.
Outing kali ini berlangsung 3 hari dua malam, (23-25/03/2018),
singkat tapi harus tetap disyukuri karena semua yang bayarin kantor, jadi saya
sama temen-temen cuma tinggal jajan aja. Pesawat kami menggunakan Thai Lion Air
yang berangkat dari Bandara SOETTA jam setengah 7 pagi dan tiba di Bandara
International Bangkok sekitar jam setengah 11 pagi. Perjalanan kali ini sudah
diatur sama tim tour guide yang akan
mengantarkan kami ke tempat tujuan selama di Bangkok.
Hari pertama, 23 Maret 2018
Setibanya kami di Bangkok kami
langsung dijemput oleh 2 bus dan 2 orang tour
guide asli orang Thailand yang fasih Bahasa Indonesianya. Tujuan pertama adalah berkunjung ke Show DC
Shopping Mall. Ya, tempat ini mirip sama mall-mall
besar yang ada di Jakarta pada
umumnya lah.
Di sini kami mengunjungi 3D Art
in Paradise. 3D Art in Paradise semacam galeri seni yang berisi banyak lukisan
dan pengunjung bisa menjadi bagian dari lukisan tersebut. Jadi seolah-olah kita
berada di lukisan tersebut. Beberapa gambar di sana ada gambar di tengah air
terjun, karpet terbang, penobatan kaisar, gambar di akuarium, Majalah Times,
National Geographic, dan lain-lain. Oh
ya, kalau datang ke sini, kamu harus lepas alas kaki. Karena ditakutkan bisa
mengotori lukisan yang juga ada di di lantai.
Beberapa gambar di atas adalah lukisan yang ada di Art in Paradise |
Sehabis dari 3D Art in Paradise
saya dan teman-teman makan siang di BaanDee Buffet yang masih ada di dalam
Show DC Shopping Mall. Konsep makan di sini adalah prasmanan. Jadi kita bisa bebas
memilih makanan. Makanan yang ada di sini sebenarnya mirip makanan di
Indonesia, ada sayur yang mirip kangkung, kwetiau, mie kuning, bahkan ada
makanan sejenis oncom, tapi saya lupa namanya. Kata temen saya makanan sejenis
oncom itu rasanya kurang enak.
Setelah makan siang, kami semua
meluncur ke Chocolate Ville. Yang ada dibayangan saya, Chocolate Ville itu
semacam pabrik cokelat, atau banyak hal-hal yang berkaitan dengan cokelat lah
pokoknya. Tapi ternyata dugaan saya salah. Jadi Chocolate Ville itu adalah
restoran yang dikemas seolah-olah pengunjungnya berada di sebuah kota ala-ala
Eropa. Kalo kata temen-temen saya, Chocolate Ville semacam Farm House yang ada
di Lembang (Maklum belum pernah ke Farm House) hehehe.
Perjalanan dari Show DC Shopping
Mall ke Chocolate Ville kurang lebih 1 jam perjalanan, dan pada saat itu
kondisi jalanan cukup padat (Jakarta dan Bangkok memiliki masalah yang sama,
yakni sering banget macet).
Di sini saya dan teman-teman saya
enggak makan di restorannya. Cuma foto-foto aja, karena emang di sini harga
makanan katanya mahal. Tapi sempet sih curi-curi pandang ke orang-orang yang
lagi makan, kebanyakan makanan yang ada di sini itu makanan ala-ala Western sama Asia. Di sini juga ada mercusuar
buat pengunjung yang pengin ngambil foto dari ketinggian.
Oh ya, biaya masuk Chocolate
Ville itu gratis dan kamu bisa foto-foto sepuasnya di sini. Di sini juga ada
semacam penjual makanan di stan-stan di dalam Chocolate Ville. Makanan yang
dijual ya makanan ringan kayak kentang goreng, donat goreng, ice cream, minuman, dan lain-lain. Jadi kalau mau lebih irit tapi mau nyetok foto-foto bagus, sekadar
berkunjung ke Chocolate Ville dan jajan makanan yang ada di stan-stan cocok banget untuk kamu kunjungin.
Setelah dari Chocolate Ville,
rombongan menuju Royal Dragon Resto untuk makan malam, sekaligus ada games kecil-kecilan yang tujuannya
katanya untuk makin mengenali teman-teman satu sama lain. Makanan yang ada di
sini semuanya adalah makanan Chinese food
dan dipastikan halal. Setelah dari Royal Dragon Resto kami semua menuju
hotel untuk beristirahat di The Patra Rama 9.
Hari Kedua, 24 Maret 2018
Di hari kedua, kami berkunjung ke
Chaopraya River + Wat Arun. Untuk bisa ke tempat wisata ini kita harus
nyebrangin sungai Chao Phraya pake perahu motor. Oh iya, sungai di sini sangat terawat,
enggak banyak sampah yang saya lihat. Yang menarik dari wisata perahu ini, kita
bisa ngasih makan ikan pakai roti. Rotinya dari mana? Di dalam perahu ada satu
orang (seperti kenek perahu) yang menawarkan roti pada pengunjung untuk
diberikan pada ikan yang ada di sungai tersebut.
Satu bungkus roti saat itu,
dijual 20 bath. Kalau dirupiah-in sekitar Rp8.890. Setelah itu, baru deh sampai
di Wat Arun. Jadi Wat Arun atau nama lainnya adalah Temple of Dawn atau candi fajar itu tempat kuil Buddha yang terbuat
dari porselin dan keramik dan didominasi warna putih dan emas. Wat Arun sebenarnya menjadi salah satu tempat wisata
favorit di Bangkok karena di sini banyak banget turis baik lokal maupun
mancanegara yang datang ke sini. Di Wat Arun banyak banget candi-candi cantik
dan artistik. Kalau kata tour guide-nya
Wat Arun itu bagus di saat matahari terbit atau sore hari ketika mendekati
matahari terbenam.
Berkeliling di Wat Arun harus
hati-hati karena di sini tangganya cukup sempit dan agak curam atau nukik. Saya
aja baik naik atau turun pegangan pinggir-pinggir candi karena takut jatoh atau
kesandung. Kalau kita udah berhasil menaiki beberapa candi, kita bisa lihat
pemandangan yang begitu indah.
Seluruh tim kantor saya. Foto ini diambil pake kamera DSLR, pantes bagus hehehe. |
Abis dari Wat Arun, kami makan
siang di Sophia Restaurant & Dining yang ada di Suan Luang, Bangkok. Restoran
ini 100% halal. Saya bisa tahu dari slogan mereka yakni Halal, Happiness, and Tasty.
Makanan-makanan di sini sama kayak makanan yang ada di Indonesia, kayak ikan
bakar, sayuran seperti sup jamur, tumis jagung muda, tumis ayam. Seinget saya
hidangan khas Thailand yang disediakan waktu itu adalah makanan sejenis Tom Yam.
Setelah makan siang, langsung
saya dan rombongan meluncur ke Chatuchak Weekend Market. Sesuai namanya, tempat
ini cuma dibuka pas weekend aja. Di
sini kita bisa belanja oleh-oleh dengan harga yang relatif lebih murah dan bisa
ditawar. Kalau berdasarkan informasi dari Mbah Google, Chatuchak Weekend Market
menjadi tempat belanja yang cukup terkenal di Bangkok dan terbesar di Asia
Tenggara.
Yang di jual di sini macam-macam, mulai dari produk
fashion, furnitur, kain, cinderamata,
perhiasan, makanan, minuman, sampai binatang peliharaan juga ada. Di sini saya
beli oleh-oleh seperti kaos yang per-pieces-nya
dijual 100 bath atau kalau dirupiah-in sekitar Rp44.450. Pouch 3 pieces 100 bath,
gantungan kunci 6 pieces 100 bath,
dan tote bag juga 100 bath satunya.
Oh iya, saat belanja di sini, kamu harus benar-benar menjaga barang bawaan kamu. Karena kata temen saya yang udah kesini sebelumnya, di sini banyak copet. Penjual-penjualnya pun kurang bisa bahasa Inggris. Jadi kalau mau tawar menawar harus nunjukkin harga yang kita ajuin pake kalkulator. hehehe. Tapi jangan khawatir, di sini penjualnya ramah-ramah, jadi enggak usah takut bakal dijutekkin kalau kita enggak jadi beli.
Saat berbelanja di Chatuchak,
saya belanja sama temen saya namanya Agung. Kalau jalan sama dia, itu pasti
diajak kemana-mana. Bisa dibilang saya sama dia hampir ngunjungin semua area
belanja di Chatucak yang gede dan banyak banget toko-tokonya. Hasilnya? Saya sama
Agung menjadi segelintir orang yang paling telat nyampe di bis. Hahahaha. (Waktu itu cuma dikasih waktu
belanja 1,5 jam dari jam setengah 4 sampai jam 5 sore). Bos saya aja sampe
masang muka marah ke saya sama Agung, karena kami baru balik sekitar jam 5.15. hahaha. (Sekali-kalilah bikin bos marah hahaha).
Aksesoris yang dijual di Chatuchak. Sumber foto: www.traveloista.com |
Sumber foto: ifeisabook51.blogspot.co.id/ |
Setelah dari Chatuchak Weekend
Market kami makan malam di Bung Terrace, kemudian lanjut ke Asiatique The
Riverfront. Asiatique The Riverfront adalah sebuah mall terbuka yang di
dalamnya ada banyak toko-toko mulai dari outlet
barang lokal yang harganya murah-murah maupun branded yang pasti harganya lumayan mahal.
Di Asiatique The Riverfront
banyak banget stan-stan makanan maupun restoran yang menyediakan makanan enak
mulai dari makanan Asia sampai Western.
Di sini saya juga beli barang lagi, gelas yang pegangannya belalai gajah. Tapi
sayangnya, pas sampai rumah, gelas itu udah pecah belah (petugas yang ngatur
barang dibagasi, kasar banget sampai gelas beling pecah. Padahal udah
dibungkus koran dua lapis dan dialasin baju). Sedih L
Ini nih tempat kosmetik yang selalu diincer para perempuan kalo ke Asiatique |
Hari Ketiga, 25 Maret 2018
Di hari terakhir kami di Bangkok,
setelah check out dari hotel kami
menuju Platinum Fashion Mall yang merupakan pusat perbelanjaan yang saya bilang
mirip semacam ITC di Jakarta atau tempat perbelanjaan di Tanah Abang. Di sini
banyak banget baju, tas, sepatu, aksesoris atau sovenir yang harganya murah dan
kalo beli dalam jumlah banyak (grosir) bisa lebih murah lagi. Kebetulan di sini
saya cuma beli oleh-oleh makanan buat orang rumah sama temen-temen deket aja.
Sumber foto: www.kempinski.com |
Sumber foto: http://www.livingincmajor.com |
Saya juga nyobain mango sticky rice yang jadi makanan khas Thailand yang dijual disekitaran Platinim Fashion Mall. Makanan ini terbuat dari ketan putih yang bentuknya seperti beras atau nasi dan rasanya lebih manis dan teksturnya lebih lengket dari nasi. Terus sebagai lauknya (ibaratnya) adalah mangga, dan santan yang makin menambah nikmat makanan satu ini. Rasanya enaaaaaakkkk banget, manisnya juga pas. Satu bungkus harganya 50 bath, kalo dirupiahin sekitar Rp22.225. Sayang saya cuma beli satu bungkus. Karena saya pikir kalau beli banyak dan mau dibawa ke Jakarta ribet. Bawaan saya yang ditaro di kabin pesawat aja udah lumayan banyak.
Setelah dari Platinum Fashion
Mall, sebenarnya kita mau ke MBK (tempat belanja juga). Tapi enggak jadi karena, waktu yang udah
mepet sama jam makan siang dan jam untuk ke Bandara. Jadi akhirnya destinasi ke
MBK dibatalkan. Huhuhu. Alasannya kata tour
guide-nya jalanan di Bangkok lagi macet banget, dan enggak keburu kalau mau
belanja lagi. Ngerasa rugi sih enggak
kesana. Tapi apa mau dikata, namanya juga udah diatur, ya kita peserta ngikut
aja daripada enggak dapat makan siang sama telat nanti ke bandara hehehe.
Makan siang di hari ketiga ini
kami makan di Bangkok Palace Hotel. Makanan di sini juga lebih beragam sih. Ada sushi ala-ala yang lumayanlah rasanya
menurut saya terus banyak juga makanan sea
food di sini dan rasanya lumayan oke. Waktu makan siang di sini ditentukan lumayan lama
sekitar 2.5 jam. Lama ya? Tapi saya dan beberapa teman enggak makan
selama itu kok. Setelah makan, sembari ngisi waktu untuk berangkat ke bandara,
kami jalan-jalan aja di dekat-dekat restoran Bangkok Palace. Saya sempet mampir
ke 7-Eleven buat beli Nestea dan Instan Thai Tea yang menjadi oleh-oleh minuman khas Bangkok. Setelah
makan siang di sini kami langsung berangkat menuju air port.
Itulah sekelumit pengalaman saya pertama
kali Bangkok. Semoga ada kesempatan lagi buat ngunjungin negara yang ramah ini
untuk bisa eksplore lebih banyak tempat wisata yang lainnya, naik tuk tuk, sama nyobain naik MRT-nya.
*Tambahan
Meskipun banyak orang yang
bilang, Bangkok itu mirip banget sama Jakarta mulai dari bangunan-bangunannya
dan lalu lintasnya yang sama-sama macet juga. Tapi saya kagum banget sama
masyarakat Bangkok yang benar-benar menjaga kebersihan di mana pun. Salah satu
contohnya, di jalan raya. Saya jarang banget lihat sampah berserakan, atau
jaranglah ngeliat sampah di jalanan Bangkok. Bahkan pas di Chatuchak Weekend Market
aja, pedagangnya diatur dengan rapi dan jarang banget ada sampah.
Kalau saya enggak salah inget, tour guide di bis yang saya tumpangi
bilang, di Bangkok, kalau ada orang yang buang sampah sembarangan itu bisa kena
denda berapa ribu bath gitu. Jadi, enggak heran kalau masyarakat
Bangkok itu benar-benar menjaga kebersihan lingkungan mereka. Pelajaran bagus buat dicontoh, at least buat diri saya sendiri dulu. Hehehe.