Catatan Seorang Freelancer

Dalam tulisan ini saya mau sedikit curhat, soal apa yang saya rasakan belakangan ini. Bisa dibilang, tahun 2016 ini adalah tahun yang menyenangkan sekaligus challenging buat saya.  Berkat baca bukunya Raditya Dika tentang “Menulis Kreatif”  saya jadi terinspirasi buat nulis kegalauan saya hehehe. Enakan sih saya bahas yang dari menyenangkannya dulu kali ya.


Bagian menyenangkan:

Saya punya teman baru jumlahnya 24 orang! Banyak? Apa biasa aja? Ya terserah sih mau nilainya gimana hahaha. Sekitar bulan April tahun ini, saya ikut pendidikan informal, atau lebih tepatnya kursus di bidang komunikasi atau penyiaran, namanya Kelas Penyiar Indonesia (KPI). Saya mengikuti program Broadcasting Advance Class (BAC) Batch 4. Sesuai namanya Kursus ini mempelajari dunia komunikasi seperti public speaking sampai ke penyiaran baik radio maupun televisi. Saya ikut program exclusive BAC yang hanya diperuntukkan bagi 25 orang. Macam-macam latar belakang teman-teman baru yang saya jumpai, mulai dari freelancer videographer, model, MC, pegawai kantoran dan ada juga yang masih kuliah. Ya pokoknya yang ikut program KPI, orang-orang yang minat di bidang komunikasi dan penyiaran. Kami ber-25 punya group di WA, yang saat ini masih sangat aktif buat saling ngasih kabar dan tentunya lowongan kerjaan hehehe.

Dapat pengalaman baru menjadi  seorang freelancer. Setelah memutuskan untuk resign dari tempat kerja yang lama, karena alasan tertentu, saya sempat ngerasain yang namanya jadi pengangguran (jobless). Tapi Alhamdulillah, saya ditawari menjadi freelancer di tempat kerja teman saya sebagai freelancer content writer. Jadi tugas saya adalah membuat artikel SEO (Search Engine Optimazation) untuk klien yang menjadi mitra di kantor teman saya. Saya sangat berterima kasih pada teman saya yang namanya Ricka, karena berkat dia saya jadi ada kegiatan yang lebih ‘menghasilkan’ hehe. Walaupun masih sekadar freelancer, saya jadi banyak tahu tentang dunia fashion, bisnis waralaba dan lainnya  serta penulisan soal artikel SEO.

Merasakan Jadi Pengangguran. Jadi pengangguran tidak melulu’ enggak enak. Memang menjadi pengangguran kita enggak memiliki banyak kegiatan dan tidak mendapatkan uang, tapi setidaknya dengan menjadi pengangguran sejenak, saya bisa lebih memikirkan tentang diri saya sendiri, saya jadi lebih banyak punya waktu ‘me time’. Saya juga bisa lebih introspeksi diri terhadap apa saja yang sudah saya pelajari selama ini, kelebihan dan kekurangan saya. Saya juga pastinya tidak mau menjadi jobless terus menerus, karena lama kelamaan pasti enggak enak (dan memang banyak enggak enaknya!.)  Tapi saya mencoba menjadi pengangguran produktif, dengan lebih banyak membaca buku, belajar otodidak photoshop, mulai nge-blog lagi dan belajar TOEFL Bahasa Inggris. Jadi walaupun saya jobless saya berusaha menyibukkan diri dengan kegiatan produktif yang akan berguna dikemudian hari saat saya bekerja kembali di kantor atau di manapun.
Bagian Challenging :

Tahun ini lebih challenging dan menguras perasaan saya. Hahahaah. Kenapa? Karena seperti yang sudah sempat saya singgung di atas, saya memutuskan untuk resign dari kerjaan saya. Banyak orang yang menyayangkan keputusan saya untuk keluar dari kerjaan yang lama. Karena faktor mencari pekerjaan yang sekarang susaaaahnya minta ampun. Mulai dari orang tua hingga beberapa teman yang memberikan masukkan positif maupun negatif terkait putusan saya untuk resign. Orang tua saya, awalnya menentang keputusan tersebut, ya karena faktor nyari kerja susah dan kebutuhan hidup juga makin bertambah. Tapi setelah saya kasih pengertian, Alhamdulillah mereka mengerti dan mengizinkan saya keluar juga. Kalau teman-teman saya, yang saya mintai pendapat ada yang setuju, dan memberikan support pada saya bahwa akan ada rejeki lain dikemudian hari. Tapi ada juga yang berpendapat sama dengan orang tua saya, bahwa saya jangan terlalu mengambil risiko, karena sekarang nyari uang itu susah.

Secara pribadi saya menghargai pendapat orangtua maupun teman-teman saya yang telah memberikan saran dan masukkan soal ‘dilemma’  yang saya alami. Sebelum akhirnya saya bulat memutuskan untuk resign saya juga memikirkan baik-buruknya untuk kehidupan saya. Saya juga berkali-kali berdoa kepada Tuhan, untuk diberikan yang terbaik. Sampai akhirnya saya membulatkan tekad untuk resign dan menghadapi tantangan serta berani mengambil risiko (mungkin buat sebagian orang keputusan saya ini bodoh) menjadi pengangguran yang ternyata benar-benar menguras emosi, perasaan dan tenaga.

Tapi saya selalu berusaha semaksimal mungkin untuk terus berpikir positif dan berusaha mengingatkan lagi bahwa segala yang telah terjadi saat ini pada saya, adalah risiko yang harus saya jalani. Yang selalu saya tanamkan dalam diri saya, saat menjalani hari-hari menjadi  jobless maupun freelancer adalah bahwa mungkin jika saya tidak merasakan jadi pengangguran, saya tidak akan mendapatkan pengalaman menjadi freelancer di tempat teman saya, yang otomatis menambah skill baru saya terkait penulisan artikel SEO dan saya juga yakin akan ada rejeki lain buat saya, selama saya tidak berhenti belajar, bersyukur dan berusaha memperbaiki diri kedepannya.

Itu dia sebagian curhatan saya, yang saya rasakan belakangan ini. Yang jelas menyambut datangnya tahun baru 2017, saya berharap bisa lebih baik kedepannya. Baik dari sisi pekerjaan, karir, cita-cita dan juga cinta 🙂

You Might Also Like

0 comments