Eka Rahmawati

  • Beranda
  • Profil
  • Makan
  • Sehat
  • Cantik
  • Jalan
  • Buku&Film
  • Belajar

prelo.co.id


Cerita yang Mencerahkan Dan Berarti



Hallo,,, lohaaaaa
Kali ini gue bakal meresensi novel (lagi), kayanya udah lama gue enggak ngeposting tulisan soal resensi buku. Gue bakal bayar utang kali ini. Utang nulis resensi novel 23 Episentrum. Mau tahu seperti apa? Ayo kita mulai 😀

Gue bakal mengawali resensi buku 23 Episentrum dengan memperkenalkan lebih dulu tentang rupa dan detail mengenai Buku 23 Episentrum. Man-teman, kalian perlu tahu lho, kalo buku 23 Episentrum itu terdiri dari dua buku. Satu buku yang berisi novel bercerita tentang tiga tokoh utama yang bernama (Matari Anas, Awan Angkasa dan Prama Putra Sastrosubroto yang memiliki kisah saling terkait antar ketiganya. Dan dipostingan resensi gue kali ini, gue bakal membahas tentang cerita dari ketiga tokoh tersebut. Buku ini bersampul merah kemerah jambuan). Satu lagi adalah buku yang berwarna biru, berisi cerita tentang 23 orang yang telah sukses dengan cara mereka sendiri, tokoh-tokoh yang ada dalam buku bercover biru ini bercerita tentang pengalaman mereka dalam meraih mimpi mereka yang disertai dengan urusan kecintaannya pada pekerjaan yang mereka kerjakan.) salah satu tokoh yang membagi pengalaman kariernya adalah Mochamad Achir seorang jurnalis TV dan juga news anchor.

Judul Buku : 23 Episeentrum
Penulis : Adenita
Penerbit : Grasindo
Tebal : 504 Halaman (gabungan dengan Suplemen 23 Episentrum)
Tahun Terbit: 2012
Harga: Rp 70,000 (gabungan dengan Suplemen 23 Episentrum)

Udah selesai baca detail bukunya?
Yuk, sekarang kita mulai membedah isi bukunya (lebih tepatnya novel 23 Episentrum).
Mari gue perkenalkan dengan ketiga tokoh utama dari novel 23 Episentrum, check it out right here

Matari Anas
Seorang Sarjana Komunikasi Universitas Panaitan, bercita-cita menjadi news anchor. Ia berusia 26 tahun. Diterima sebagai reporter di TvB (Tv Berita), bukan news anchor sebagaimana yang dinginkannya. Sebelum ia bekerja di TvB, selama masa kuliahnya ia pernah menjadi reporter dan penyiar radio paruh waktu di kampus. Dua minggu setelah wisuda, ia memasuki dunia kerja yang sesungguhnya di Jakarta. Ia bekerja Bukan semata ia rajin, tapi karena butuh; butuh menghasilkan uang secepatnya agar bisa segera menghidupi dirinya dan juga membayar biaya utang kuliahnya yang berjumlah 70 juta, sisa 55 juta karena di cicil kerja saat kuliah).

Awan Angkasa.
Seorang penyuka Liverpool yang bekerja sebagai Treasury Finance di Bank Madani dengan prestasi kerja tidak terlalu membanggakan. Tujuan dirinya bekerja di Bank hanya ingin mewujudkan keingian ibunya agar bisa seperti almarhum ayahnya Hanafi Angkasa. sebagai seorang bankir. Dan juga Awan, ingin menggugurkan kewajibannya sebagai seorang lulusan perguruan tinggi ternama yang harus cepat bekerja. Awan menyesal telah menuruti kehendak ibunya begitu saja tanpa mampu berargumen. Menjalani hari dengan tidak semangat., ia menyimpan sebuat hobi yang selalu membuatnya semangat yakni tukang cerita.

Prama Putra Sastrosubroto.
seorang sarjana teknik perminyakan yang lulus tepat waktu dan langsung dilamar oleh perusahaan minyak Perancis, T & T,sebagai reservoir engineering dan berstatus international mobile employee.status yang membuatnya harus siap berkelana ke berbagai belahan benua sesuai dengan proyek pengeboran ladang minyak. Tapi semua pencapaian itu tidak serta-merta membuatnya bahagia. Tidak ada lagi tantangan kerja selain kemampuannya yang makin tumpul dan tidak bergairah. Refleksi kariernya memang tidak pada uang, tapi pada ketenangan serta kebahagiaan hati. Sudah tiga tahun kebahagiaan itu belum datang dalam wujud yang diinginkan.

Novel 23 Episentrum berkisah tentang perjalanan cerita tiga orang dalam mencapai mimpi dan harapan mereka masing-masing (tokoh utamanya sudah gue jabarkan). Disetiap perjalanan meraih mimpi itu, setiap dari tiga tokoh itu diharuskan berhadapan dengan dilema dan hambatan. Tujuan hidup Matari dalam bekerja bukan hanya untuk mencapai cita-citanya sebagai news anchor, tetapi ada tujuan lain, ia bekerja keras agar segera memperoleh uang untuk membayar kembali hutang yang sudah membuatnya menjadi seorang sarjana. Hari-hari Tari tak lepas dari perjuangan hidup untuk memperbaiki status ekonomi keluarganya. Selepas ayahnya di PHK, ayahnya tak mampu lagi memenuhi kebutuhan sekolah Tari (kuliahnya).

Dalam benak Tari, ia harus kuliah untuk bisa memperbaiki kehidupannya. Dengan modal nekat akhirnya Tari memutuskan untuk melanjutkan kuliah dengan cara berutang pada 23 orang temannya dan pastinya dengan jumlah uang yang tidak sedikit. Dicerita lainnya kita akan disuguhkan juga perjuangan hidup dari Awan Angkasa yang merupakan seorang Bankir, namun sangat tidak menikmati pekerjaannya tersebut. Disela hari-hari yang tidak menyenangkan selama di Bank Madani (tempat Awan bekerja) hanya satu yang selalu membuat ia bisa melupakan keluh-kesahnya di kantor, yakni film. Ia sangat menyukai film.

Sepertinya bukan keahlian menjadi Bankir yang diturunkan oleh sang Ayah ke dalam diri Awan, justru Ayahnya mewarisi sifat suka bercerita kepada Awan tanpa disadari. Pertentangan juga tak hanya berasal dari hati Awan yang tidak menyukai pekerjaannya, tapi juga pertentangan dengan ibunya yang tidak merestui Awan menekuni dunia film, dunia yang anaknya sukai.

Kisah berlanjut pada seorang Prama Putra Sastrosubroto, yang hidupnya selalu dipenuhi target dan ia berhasil memenuhi target tersebut dengan baik. Bisa dibilang jalan hidup dari seorang Prama adalah hidup yang diimpikan oleh semua orang di dunia ini. Umur 26 tahun berhasil lulus S-2 di Prancis, 27 tahun hidup mapan dengan segala kenikmatan pekerjaan yang luar biasa mewah, karena ia sering bolak-balik keluar negeri untuk pekerjaannya tersebut. Tapi dibalik itu semua, Prama baru menyadari bahwa kehidupannya selama ini hanya membahagiakannya dari sisi luarnya saja, tapi hatinya ternyata masih kurang bahagia.

Bukan Prama tidak menyukai pekerjaannya, ia justru sangat mencintai pekerjaannya. Tapi ia merasa hidupnya ada yang kurang, namun ia tak tahu apa yang kurang dari dirinya. Dalam kisahnya Prama melakukan perjalanan hati yang membuat ia menemukan jawaban atas semua pertanyaannya. Saat ia melakukan perjalanan hati ke Medan menemui gurunya yakni Pak Muktar, yang membuat Prama menemukan jawaban dari semua pertanyaannya. Ternyata Prama merasa selama ia hidup sampai saat ini, merasa masih kurang berbagi dengan orang lain. Bukan berarti Prama itu pelit, ia selalu membagi setiap rizekinya pada orang yang membutuhkan, tapi ia tak pernah tahu siapa orang yang ia sumbang itu. Biasanya ia hanya menyuruh orang lain untuk membantu menyumbangkan rezekinya. Dan tidak hanya itu, ia juga merasa hatinya pun kurang, kurang kasih sayang dari seseorang yang bernama wanita.

Gue menangkap dari semua cerita yang barusan gue jelaskan dari masing-masing tokoh, ada benang merah dari semuanya. Benang merahnya adalah bahwa kebahagiaan itu enggak hanya dari materi, tapi juga kebahagiaan hati, itu lah yang paling penting. Tari, walaupun ia harus banting tulang bekerja demi melunasi utang kuliahnya ia merasa bahagia dengan pekerjaannya menjadi seorang reporter. Ia merasa ini merupakan langkah awal bagi cita-citanya menjadi seorang news anchor.

Awan dengan semua kegundahan hatinya akan pekerjaannya sebagai seorang Bankir,tapi ia tak pernah kenal kata menyerah untuk terus mengerjakan pekerjaan yang ia inginkan yakni sebagai penulis sKenario. Prama walaupun sudah berkecukupan di bidang financial ia tak juga menemukan kebahagiaannya, dan belakangan ia tahu bahwa tidak hanya financial yang ia butuhkan tapi juga harus memenuhi kebutuhan hatinya untuk saling berbagi (tidak hanya dalam bentuk uang tapi juga ilmu, semangat dll) dan juga kasih sayang.

Dalam novel ini dijelaskan, makna dari 23 Episentrum adalah 23 berasal dari 23 tangan manusia (teman-teman Tari yang membantu/merelakan uang mereka dipinjam oelh Tari untuk mebayar biaya kuliah saat itu). Episentrum itu adalah epi.sen.trum / épisentrum / n titik pada permukaan bumi yang terletak tegak lurus di atas pusat gempa yang ada di dalam bumi. Maksudnya adalah dalam mengejar impian pekerjaan yang Awan inginkan yakni menjadi penulis skenario, selama ia menjadi Bankir, Awan tak pernah berhenti menulis cerita dan ada sebuah folder yang berisikan hobi dari Awan yakni kumpulan cerita yang sudah Awan buat sejak kuliah dan folder tersebut diberi nama Episentrum. Ada saatnya Awan merasa folder itu seperti bergerak, mengguncang seperti gempa yang ingin keluar dari persembunyiannya, dan rasa itu terjadi saat Awan telah bulat untuk beralih profesi sebagai penulis skenario.

Bab 23 : Modus Bonus
“Orang yang berjuang mempertahankan apa yang dicintainya akan mendapatkan ganjaran yang setimpal. Mungkin bukan sekarang, bukan besok… tapi nanti. Akan ada banyak jalan meraih apa yang kamu butuhkan tanpa perlu meninggalkan apa yang sudah kamu lakukan dan cintai. Melakukan sesuatu yang kita sukai itu mahal harganya.”

Bab 26 : Enam Bundle Uang
“Orang kecil modalnya cuma ilmu.dan jujur. Modal utama banget buat kita bisa jadi besar. Tuhan itu enggak tidur, Tuhan tahu, tapi Dia menunggu. Kalau enggak bisa jadi yang terbaik, lebih baik berhenti sekarang.”

Bab 27 : Cinta Itu Memberi
“Kalau mau punya pasangan yang baik, kita juga harus baik dulu. Hukum alam itu mendekatkan apa-apa yang serupa. Jika kita Cuma pengin dicintai berarti egois mentingin diri sendiri. Karena dicintai bisa bikin lupa diri. Aku dicintai karena aku mencintai.

Cukup ya resensi buku kali ini, kalo gue jabarin semua enggak enak dong. Mending kalian baca bukunya aja sendiri dan meresapi sendiri inspirasi yang bisa kalian dapetin dari buku ini. Gue sangat menyarankan buat kalian untuk membaca buku ini. Karena buku ini keren abis. Dalam buku ini pembaca bakal merasakan cerita tokoh yang dituliskan oleh penulis, karena memang cerita yang disuguhkan itu benar-benar terjadi di kehidupan saat ini.
  • 0 Comments
Source: Google Image


  

Detail Film
• Judul Film : Alangkah Lucunya Negeri Ini
• Produksi : Citra Sinema
• Rilis : 2010
• Durasi : 105 Menit
• Produser : Zairin Zain
• Penulis scenario : Musfar Yasin
• Sutradara : Deddy Mizwar
Pemain : Reza Rahadian, Deddy Mizwar, Slamet Rahardjo, Jaja Mihardja, Tio Pakusadewo, Asrul Dahlan, Ratu Tika Bravani, Rina Hasyim, Sakurta Ginting, Sonia, Teuku Edwin.

Kali ini gue pengen mencoba meresensi film yang sebenarnya udah lumayan lama juga, yakni Alangkah Lucunya Negeri Ini. Film yang dirilis tahun 2010 ini pasti udah enggak asing banget di telinga para pecinta film Indonesia. Agak telat memang gue mengulas film ini, maklum baru kemarin gue nonton nih film (kudet). Udah lama gue penasaran sama ini film. Dan baru kesampaian nonton filmnya kemarin berkat ngopy dari laptop temen gue hehehe.
Anyway kali ini gue bakal mengulas sedikit tentang film yang bergenre komedi ini. Kalau ada kesalahan dalam meresensi tolong dimaafkan yah, namanya juga belajar hehehehehe 

Film Alangkah Lucunya Negeri Ini mengangkat cerita tentang kehidupan anak jalan yang ada di Indonesia, khususnya di Jakarta. Dengan menonjolkan tema pendidikan, film ini bermaksud untuk menyentil masyarakat Indonesia agar sadar betapa pentingnya pendidikan untuk kemajuan suatu bangsa. Cerita bermula saat Muluk (Reza Rahadian) yang sejak lulus S1, hampir 2 tahun Muluk belum mendapatkan pekerjaan. Dengan keadaan demikian Muluk tak menyerah begitu saja. Pertemuan yang tak disengaja dengan pencopet bernama Komet tak disangka membuka peluang pekerjaan bagi Muluk. Melalui perkenalan itu Komet, mengajak Muluk untuk melihat markas besar yang menjadi tempat tinggal Komet bersama teman-temannya selama ini.
Saat datang ketempat markas tersebut Muluk dikagetkan oleh keadaan yang sangat memperihatinkan dari markas yang ditunjukkan Komet yakni berupa rumah tua yang sebenarnya tak layak huni. Muluk berpikir dan melihat peluang yang ia tawarkan kepada Jarot (Tio Pakusadewo).Muluk berusaha meyakinkan Jarot bahwa ia dapat mengelola keuangan mereka, dan meminta imbalan 10% dari hasil mencopet, termasuk biaya mendidik mereka. Usaha yang dikelola Muluk berbuah, namun di hati kecilnya tergerak niat untuk mengarahkan para pencopet agar mau mengubah profesi mereka. DIbantu dua rekannya yang juga sarjana,yakni Samsul (Asrul Dahlan), dan Pipit (Ratu Tika Bravani) yang juga pengangguran. Muluk membagi tugas mereka untuk mengajar agama, budi pekerti dan kewarganegaraan.

Muluk mengenalkan pendidikan kepada anak-anak pencopet ini bersama dua rekannya tadi, dalam proses mengubah kebiasaan pencopet yang masih berusia belia menjadi anak-anakyang berakhlak dan berpendidikan tidaklah mudah, Muluk, Pipit dan Samsul harus sabar mengajarkan kepada anak didik mereka tersebut tentang pentingnya pendidikan. Tidak hanya mengajarkan akhlak dan pendidikan, Muluk beserta dua rekannya juga menginginkan para pencopet tersebut merubah profesinya. Muluk ingin pencopet yang masih muda itu mencari penghasilan dengan cara yang halal yakni menjadi pedagang asongan.
Tantangan pun muncul, banyak para pencopet tersebut yang memberontak dan tidak ingin mengasong, mereka ingin tetap menjadi pencopet. Tidak hanya itu Orang tua Muluk yaitu Pak Makbul yang diperankan oleh Deddy Mizwar dan Orang Tua Pipit Haji Rahmat (Slamet Rahardjo) serta calon mertua Muluk Haji Sarbini (Jaja Mihardja) mengetahui jika anak-anak mereka ternyata tidak bekerja di kantor besar, tapi justru bekerja di tempat yang kumuh dan mengajar para pencopet pula. Para orang tua tersebut menganggap bahwa uang hasil kerja yang didapat oleh Muluk dan Pipit berasal dari uang haram.

Menurut gue dalam film ini bisa membuka mata kita bahwa masih banyak sekali anak-anak muda yang tak bisa mengakses pendidikan karena terhambat oleh biaya, belum lagi dalam film ini digambarkan pula tekanan sebagai seorang sarjana, gue jadi sadar walaupun kita punya title dibelakang nama kita dari berbagai disiplin ilmu, enggak menjamin kita bakal gampang diterima kerja. Bahkan sekarang banyak sarjana yang nganggur. Ini bisa terlihat dari kelakuan Pipit yang sebelum menjadi pengajar, ia sering mengikuti kuis di televisi dan undian berhadiah sebagai jalan pintas untuk mencari materi.

Ada yang menarik dari cuplikan akhir dari film ini, ada tulisan yang diambil dari bunyi pasal 34 UUD 1945 yang berbunyi “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara.” Ini sebagai kalimat penutup yang sangat menyentil bagi para masyarakat dan juga pemerintah. Ya menurut gue film ini bisa bikin sedikit kita melek lah sama keadaan bangsa ini, jangan terlalu egois mikirin diri sendiri, tapi kita juga perlu berempati kepada orang-orang yang tak seberuntung kita.

Sekian! 
  • 0 Comments

Source:Goodreads.com

Udah lama banget gue enggak posting resensi buku. Huffft. Tapi jangan khawatir, karena dipostingan gue ini gue bakal meresensi buku yang baru aja gue baca. Buku apa itu?
Kali ini gue bakal meresensi buku yang judulnya “Off The Record : Kisah-kisah Jurnalistik Dari Lapangan Dan Meja Redaksi Surat Kabar” yang ditulis oleh Zaenuddin HM. Buat yang belum tahu siapa itu Zaenuddin HM, gue bakal ulas sedikit tentang beliau.
Zaenuddin HM merupakan wartawan senior Rakyat Merdeka Group, memimpin Harian Umum NonStop yang lahir di Jakarta 1966 yang aktif menulis sejak masa kuliah tahun 1980-an. Tulisan beliau banyak tersebar di berbagai media, seperti Majalah Hai, Hikmah, Didaktika, Harian Terbit, Merdeka, Pelita Mutiara, Jayakarta, Rakyat Merdeka dan Bandung Pos.
Buat yang suka sama bidang kewartawanan pasti udah enggak asing lagi sama nama jurnalis senior yang udah sedikit gue ulas. Langsung aja gue resensi buku “Off The Record” Karya Zaenuddin HM.

Judul : Off The Record : Kisah-kisah Jurnalistik Dari Lapangan Dan Meja Redaksi Surat Kabar
Penulis : Zaenuddin HM
Tahun Terbit : Juni 2007
Tebal Buku : 246 Halaman
Penerbit : Prestasi Pustaka
Tempat Terbit : Jakarta


Buku ini gue pinjam dari teman gue yang emang tertarik sama bidang kewartawanan. Iseng-iseng gue pinjam aja bukunya. Lumayan buat nambah-nambah pengetahuan dan suku kata karena kebetulan gue juga suka nulis. Buku yang bercerita tentang dunia kewartawanan ini, menurut gue asyik banget dibaca, kenapa? Karena buku ini secara tidak langsung memberikan gambaran bagi para pembaca khususnya yang ingin terjun di dunia kewartawanan di bidang media cetak. Buku yang dicetak pada Juni 2007 ini berisi cerita tentang pengalaman Zaenuddin HM yang mengawali karir sebagai jurnalis di tahun 1980-an hingga 2000-an.

Salah satu isi bukunya yang bisa gue share adalah di bab “Wartawan Anjing”. Apa maksudnya? Jadi di buku Off The Record itu menjelaskan kalo yang dimaksud dengan wartawan anjing adalah ini ada hubungannya dengan dengan fungsi pers yang sering diistilahkan dan digambarkan sebagai “Watch dog” atau “anjing penjaga”. Maksudnya adalah. Pers dan tentu saja kerja wartawan adalah sebagai kontrol sosial, menegor pemerintah atau penguasa agar tidak salah dalam mengeluarkan kebijakan, sehingga rakyat yang dirugikan.

Di dalam bukunya tersebut Zaenuddin juga menceritakan kalo wartawan itu bisa saja disuap oleh oknum-oknum tertentu. Dalam dunia kewartawanan dinamakan wartawan amplop. Terkadang ada saja wartawan yang diming-imingi uang oleh sumber berita agar berita yang dipublikasikan tidak berisi hal-hal negative yang dapat membuat nama baik maupun citra sumber berita menjadi buruk. Sebenarnya itu tergantung dari wartawannya sendiri, jika ia komitmen dengan tugasnya yakni harus berpihak pada kebenaran dan rakyat kecil wartawan yang diiming-imingi itu tidak akan tergoda.

Wartawan juga rentan terseret ke polisi. Dalam bukunya penulis mengisahkan yang saat itu beliau menjadi redaktur di Rakyat Merdeka harus ke kantor polisi menjadi saksi akibat berita yang dimuat oleh Rakyat Merdeka mengenai kerusuhan 27 juli 1996 (penyerbuan kantor DPP PDI Megawati di Jl Diponegoro Jakarta Pusat) yang saat itu Koran Merdeka menurunkan Headline “Ini Dia Tersangka Kasus 27 Juli” dan memasang foto-foto dari para tersangka yang salah satunya adalah pejabat polisi. Penulis diwawancarai mengenai bagaimana proses berita itu bisa turun hingga masuk ke surat kabar dan seterusnya.

Yang gue tangkap setelah membaca buku ini adalah menjadi seorang wartawan itu tidak mudah, selain kita harus akurat dalam memberitakan berita suatu kasus, kita juga harus memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan dari berita yang kita muat dikoran. Dan tidak bisa dipungkiri kalo wartawan juga ada enaknya yaitu kita bisa ketemu banyak orang, berkunjung ketempat baru bahkan bisa keluar negeri gratis. Buku ini bagus banget jadi panduan buat lo yang pengen jadi wartawan cetak!.
  • 0 Comments


Hallo, manteman!
udah lamaaaaaaaaa banget gue enggak posting tulisan di blog kesayangan gue ini. kali ini gue pengen kasih tahu sebuah kabar gembira. kabar gembira buat siapa? yang pasti buat gue (yaiyalah). jadi singkat cerita gue sudah menerbitkan sebuah buku. (Apa sebuah buku? backsound “jeng-jeng-jenggggggg”)
Iya, gue menerbitkan sebuah buku hasil pikiran dan jerih bpayah gue sendiri (tsaaaahhhh!) Judul bukunya adalah “Cinta Melulu dan Cerita Cinta Lainnya” Buku ini isinya kumpulan cerita pendek alias cerpen. iya cerpen, karena gue belum mmpu buat novel, jadi ya dari yang kecil-kecil dulu yaudah akhirnya gue buat deh cerpen. Dalam buku gue itu terdiri dari 238 hal dan lima cerita pendek yang kelima-limanya terinspirasi dari pengalaman-pengalaman temen-temen gue (loh kok bukan pengalaman gue?), jadi temen-temen gue itu sering curhat ke gue tentang masalah pengalaman cinta mereka, nah sebagai teman yang baik, gue pasti mendengarkan cerita mereka dari awal, tengah hingga akhir dan sebagai pendengar sekaligus temen yang baik gue pasti memberi solusi yang baik buat masalah cinta mereka (serasa dewi cinta gue huehuehue). Dan setelah gue mendengarkan curhatan temen-temen gue itu gue jadi kepikiran kenapa gue enggak jadiin cerita aja tuh curhatan, kan lumayan nambah-nambahin tulisan gue, saat itu gue masih SMA dan gue udah suka sama yang namanya nulis, cuma kendala di M aja, iya M MALESSS!!!



Dengan segenap tenaga dan berusaha mengingat cerita apa saja yang udh disampein temen-temen gue, gue karang lah cerita pendek itu dan yang pasti nama mereka gue samarkan. Setelah gue tulis dan selesai beberapa tahun gue sempet mendem tuh cerpen di komputer dan buku harian gue. karena faktor M tadi dan gue juga enggak tahu mau nerbitin tuh cerpen gue di mana. Tapi cahaya terang menunjukkan jalan buat gue (yeillah bahasa gue) salah satu temen kuliah gue yang namanya Netya, ngasih gue inspirasi buat menerbitkan tulisan gue ke dalam sebuah buku.

Akhirnya dari liat-liat bukunya Netya yang juga menerbitkan buku, gue mengikuti jejaknya. Ada sebuah wadah bagi penulis pemula seperti gue yang ingin bukunya diterbitin bisa langsung akses di wwww.nulisbuku.com (kok yang bagian ini gue kaya promosi ya? Bodoamat!)
Setelah semua materi gue terkumpul akhirnya gue meng-upload naskah buku gue di situs tersebut. butuh waktu 14 hari untuk proses membuat buku tersebut.
Buat yang penasaran sama buku gue, Nih gue kasih link buku gue http://nulisbuku.com/books/view_book/4786/cinta-melulu-dan-cerita-cinta-lainnya
Jangan dibuka doang linknya, tapi dibuka juga bukunya (nyuruh kalian beli hehehehe). ini bukan buku yang ada di toko buku di mall-mall tapi ini buku indie, jadi kita sebagai penulis harus berperan aktif mempromosikan buku kita sendiri. Gue posting tulisan ini juga sebagai media gue untuk mempromosikan buku gue. jadi kalo manteman ada yang mau pesen buku gue bisa langsung pesen di nulisbuku.com dan mengirim email pastinya.
  • 0 Comments



Kamis, (20/6) gue nonton film yang keren abis. Film apakah itu? Pernah denger nama tokoh “Soe Hok Gie”? atau biasa dikenal dengan nama “Gie”? enggak kenal yah? Atau belum pernah denger namanya sama sekali? Nah buat lo yang belum pernah denger dan enggak tahu tentang film “Gie” ini kali ini gue mau ngasih tahu sedikit tentang sosok Soe Hok Gie hasil gue searching di mbah Google hehehehe. Soe Hok Gie atau Gie ini adalah aktivis muda Indonesia yang lahir di Jakarta 17 Desember 1942. Ia merupakan mahasiswa fakultas sastra jurusan  sejarah Universitas Indonesia 1962–1969. Ia adalah seorang anak muda yang berpendirian yang teguh dalam memegang prinsipnya dan rajin mendokumentasikan perjalanan hidupnya dalam buku harian. Gie meninggal 16 Desember 1969 di gunung Semeru tahun 1969 tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 akibat menghirup asap beracun di gunung tersebut. Dia meninggal bersama temannya, Idhan Dhanvantari Lubis.


Buat lo yang suka sama film yang berbau sejarah, NAH! Film Gie ini cocok banget nih buat lo. Kenapa gue bisa bilang kaya gitu? Soalnya film ini memang menceritakan tentang sejarah perjuangan Gie yang berani menyuarakan pendapatnya di jaman Revolusi (halah bahasa gue berat bener yeeee. Bodoamat!).

Difilm yang release tahun 2005 diproduseri oleh Mira Lesmana dan disutradarai oleh Riri Riza ini  diilhami dari catatan harian “Soe Hok Gie” yang kemudian dibukukan, nama bukunya adalah Catatan Seorang Demonstran yang di terbitkan tahun (1983) (sejak gue nonton film “Gie” gue jadi tertarik pengen baca buku dan tulisan-tulisannya Gie, tapi sayang bukunya udah jarang banget di jual di pasaran L). Pemeran utama dari film ini adalah Nicholas Saputra yang memerankan Gie saat dewasa, ada juga Jonathan Mulia yang memerankan Gie saat masih remaja.

Gue percaya, setiap film yang diperanin sama si Nicholas Saputra pasti filmnya bagus-bagus, ya salah satunya film “Gie” ini yang emang bener-bener bagus. Film Gie ini sendiri bercerita tentang Soe Hok Gie dibesarkan di sebuah keluarga keturunan Tionghoa yang tidak begitu kaya dan tinggal di Jakarta. Sejak remaja, Gie sudah tertarik pada konsep-konsep idealis yang disampaikan oleh tokoh-tokoh kelas dunia. Semangat juangnya, setiakawan, dan hatinya yang peduli akan orang lain dan tanah airnya jadi satu di dalam diri Gie kecil dan tidak mengenal toleransi terhadap ketidakadilan dan mengimpikan Indonesia yang didasari oleh keadilan dan kebenaran yang murni. Semangat ini sering salah dimengerti orang lain. Bahkan sahabat-sahabat Gie, Tan Tjin Han dan Herman Lantang bertanya “Untuk apa semua perlawanan ini?”. Gie menjawab bahwa untuk memperoleh kemerdekaan sejati dan hak-hak yang dijunjung sebagaimana mestinya, ada harga yang harus dibayar, dan memberontaklah caranya. Ada semboyan Gie yang mengesankan berbunyi, “Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan.”

Masa remaja dan kuliah Gie dijalani di bawah rezim pelopor kemerdekaan Indonesia Bung Karno, yang ditandai dengan konflik antara militer dengan PKI (tahukan PKI, ihhh masa enggak tahu sih? Itu loh Partai Komunis Indonesia yang dulu heboh banget diomongin huehuehue) . Gie dan teman-temannya tidak memihak golongan manapun. Meskipun  Gie menghormati Sukarno sebagai founding father negara Indonesia,  Gie begitu membenci pemerintahan Sukarno yang diktator dan menyebabkan hak rakyat yang miskin terinjak-injak.  Gie tahu banyak tentang ketidakadilan sosial, penyalahgunaan kedaulatan, dan korupsi di bawah pemerintahan Sukarno, dan dengan tegas bersuara menulis kritikan-kritikan yang tajam di media. Gie sangat membenci bagaimana banyak mahasiswa berkedudukan senat janji-janji manisnya hanya omong kosong belaka yang mengedoki usaha mereka memperalat situasi politik untuk memperoleh keuntungan pribadi. Penentangan ini memenangkan banyak simpati bagi Gie, tetapi juga memprovokasikan banyak musuh. Banyak interest group berusaha melobi Gie untuk mendukung kampanyenya, sementara musuh-musuh Gie bersemangat menggunakan setiap kesempatan untuk mengintimidasi dirinya.

Tan Tjin Han, teman kecil Gie, sudah lama mengagumi keuletan dan keberanian Gie, namun dirinya sendiri tidak memiliki semangat pejuang yang sama. Dalam usia berkepala dua, kedua lelaki dipertemukan kembali meski hanya sebentar. Gie menemukan bahwa Tan telah terlibat PKI tetapi tidak tahu konsekuensi apa yang sebenarnya menantinya. Gie memaksa Tan untuk meninggalkan segala ikatan dengan PKI dan bersembunyi, tetapi Tan tidak menerima desakan tersebut (AHHH PAYAH ENGGAK NURUT SAMA GIE).

Gie dan teman-temannya menghabiskan waktu luang mereka naik gunung dan menikmati alam Indonesia yang asri dengan Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) UI. Selain itu, mereka juga gemar menonton dan menganalisa film, menikmati kesenian-kesenian tradisional, dan menghadiri pesta-pesta.

Film ini menggambarkan petualangan Soe Hok Gie mencapai tujuannya untuk menggulingkan rezim Sukarno, dan perubahan-perubahan dalam hidupnya setelah tujuan ini tercapai.

*Itu dia synopsis dari film “Gie” yang gue dapatkan dari hasil ngegoogling hehe, ada yang gue ubah dikit kata-katanya biar enggak keliatan copast banget gitu wkwkwkwk, tapi intinya sih tetap sama 😀

Film ini juga menang di beberapa kategori di  Piala Citra Festifal Film Indonesia (FFI 2005) diantaranya :

Piala Citra – Film Bioksop Terbaik
Piala Citra – Pemeran Utama Pria Terbaik (Nicholas Saputra)
Piala Citra – Pengarah Sinematografi Terbaik.

Nah menurut gue sendiri film “Gie” ini bagus banget, karena di film ini kita bisa belajar buat jangan takut buat ngeluarin pendapat yang menurut kita benar dan jangan takut buat menyuarakan ketidakadilan di negeri ini (ceiiilah bahasa gue tinggi banget yeee, bodoamat!!!) walaupun bakalan banyak banget yang akan menjadi musuh kita karena sikap keberanian kita, enggak masalah asal kita benar enggak usah dengerin apa kata orang yang benci sama kita. Gue saranin buat lo yang suka sama film sejarah dan ngaku pemuda berani mending lo nonton dulu deh film “Gie” ini, gue jamin lo bakalan bangga sama sosok Gie yang berani melawan ketidakadilan di negeri ini 😀
  • 1 Comments
Source: carousell.com


Judul buku                       : Madre Kumpulan Cerita

Judul Resensi Novel        : MADRE

Pengarang                        : Dewi Lestari “Dee”

Penerbit                           : Bentang Pustaka

Tahun Terbit                    : Februari 2013

Kota Terbit                       : Yogyakarta

Jumlah Halaman              : 160 Halaman


MADRE


Dewi Lestari atau yang biasa disebut sebagai Dee, menulis sebuah buku yang berjudul “Madre Kumpulan Cerita” . Dalam buku ini terdapat beberapa kisah yang terdiri dari 13 karya fiksi dan prosa pendek, yang merupakan karyanya selama lima tahun. Cuma gue lebih tertarik untuk meresensi sebagian dari buku Madre ini. Kenapa Cuma sebagian? Karena menurut gue yang menarik perhatian gue Cuma cerita itu. Hehe.

Oke, gue bakalan meresensi cerita yang menurut gue bagian paling menarik dari buku Madre ini. Apakah itu? Cerita tentang Madre sendiri lah yang menurut gue menarik. Bingung? Makanya baca nih resensi gue wkwkwkwk.

Cerita pertama yang disajikan oleh buku Madre adalah cerita mengenai Madre itu sendiri. Pasti kalian bertanya-tanya kan apasih Madre itu? Madre adalah sebutan untuk adonan biang roti yang sudah berumur puluhan tahun, yang terbuat dari tepung, air, fungi bernama Saccharomyses exiguus dan bakteri.

Cerita berawal dari laki-laki bernama Tansen Roy Wuisan seorang pemuda berambut gimbal dan berkulit gelap memiliki sedikit darah tionghoa dan india yang merupakan seorang surfing mengetahui asal-usul keluarganya yang ternyata mewarisi sebuah adonan biang roti yang bernama Madre yang sudah gue jelaskan di atas kepadanya. Kakek dan Nenek Tansen yang bernama Tan Sin Gie dan Laksmhie adalah pembuat roti terkenal pada masanya. Kakek Nenek Tansen membuka usaha toko Roti dengan nama “Tan de Bakker” yang berdiri tahun 1943 di Jakarta Kota. Seiring bermunculan bakery modern, toko roti Tan tenggelam pelan-pelan yang disebabkan tak ada untung.

Mendengar ia mendapat warisan “Madre” Tansen yang pada awalnya tinggal di Bali pergi ke Jakarta untuk menengok seperti apa warisan yang diberikan sang kakek padanya. Ketika mengetahui yang ia dapatkan hanya setoples adonan biang roti Tansen enggan untuk mengurus warsan tersebut, namun atas penjelasan Pak Hadi seorang mantan pembuat roti di toko roti Tan yang mengatakan kalo jika Madre hanya bisa diturunkan pada seseorang yang punya “hubungan langsung” yang ternyata adalah Tansen sendiri.

Selama tinggl di Tan de Bakker Pak Hadi mengajarkan bagaimana membuat roti dengan biang Madre. Semua pengalamannya selama tinggal di Jakarta atau lebih tepatnya tinggal di Toko Tan de Bakker  ia tulis di blog pribadinya. Cerita mengenai pengalaman membuat roti dengan Madre yang ia tulis di blognya membuat ia berkenalan dengan seorang perempuan bernama Mei Tanuwidjaja yang ternyata penikmat blog Tansen selama ini yang juga pengusaha roti  yang bernama Fairy Bread dan sudah tiga generasi diurus oleh keluarga Mei.

Mei si pembaca setia blog Tansen tertarik untuk memcicipi roti yang terbuat dari Madre dan berniat membeli resep Madre. Maka Mei mengunjungi Tan de Bakker dan menceritakan niatnya untuk membeli resep Madre. Namun Tansen menolak untuk menjual Madre. Walaupun Tansen menolak untuk menjual Madre, Mei tak pantang menyerah. Mei menawarkan 100 juta kepada Tansen untuk menjual Madre.

Tansen merasa tergiur dengan tawaran Mei, karena ia berpikir kalo dirinya tidak pandai mengolah roti jadi lebih baik Madre dijual kepada orang yang tepat seperti Mei. Pak Hadi yang sudah puluhan tahun bekerja di Tan de Bakker tidak rela menjual Madre. Namun apa daya Madre sekarang sudah dimiliki Tansen, jadi Pak Hadi tidak punya hak untuk melarang Tansen menjual Madre.

Di tengah cerita Tansen mengetahui betapa berharganya Madre tidak hanya untuk Pak Hadi saja tapi juga untuk keempat orang keluarga Tan de Bakker yakni Bu Sum, Bu Cory, Bu Dedeh dan Pak Joko yang sudah bekerja bertahun-tahun di Tan de Bakker. Melihat itu Tansen merasa tidak enak hati. Akhirnya Tansen menghubungi Mei dan merubah kesepakatan mereka. Tansen membuat kesepakatan jika semua roti yang diperlukan Mei akan dibuat di Toko Roti Tan, jadi Tansen dan seluruh keluarga besar Tan de Bakker yang menerima order dari Mei. Keputusan Tansen itupun membuat Pak Hadi dan keempat orang lainnya ikut senang.

Kerja sama itu berjalan baik. Mei mengajak Tansen untuk makan malam bersama. Mei banyak bercerita tentang usaha rotinya dan kesukaanya melihat tulisan Tansen di blog pribadinya yang membuat ia iri dengan Tansen kan kebebasan yang ia miliki waktu di Bali. Dari obrolan itu Tansen jadi tertarik pada Mei.

Walaupun kerjasama antara Tan de Bakker berjalan lancar ada hal yang mengganjal hati Tansen, yakni kondisi Bu sum, Pak Hadi, Bu Cory, Bu Dedeh dan Pak Joko yang sudah menua dan tidak lagi memiliki fisik sekuat Tansen. Tansen menceritakan kegelisahannnya itu pada Mei dan Mei memberikan solusi. Solusi yang diberikan Mei adalah bergabungnya Fairy Bread dan Tan de Bakker jadi jam kerja Pak Hadi dan kawan-kawan jomponya. dengan pegawai Fairy Bakker bergantian sehingga tidak memporsir kerja Pak Hadi dan kawan-kawan jomponya.

Dengan menggabungkan Tan de Bakker dengan Fairy Bread membuat nama toko roti Tan de Bakker berubah menjadi Tansen de Bakker yang berarti Tansen si pembuat roti. Media publikasi pun juga bertambah sehingga Tansen Bakker mempunyai website, twitter, facebook dan lainnya. Tidak hanya itu sekarang Tansen de Bakker tidak hanya menjual roti tapi sudah punya menu all day dining, yang meski daftarnya. tak banyak semua adalah menu terbaik.

Gue ngebaca buku ini sebenarnya agak bingung, kenapa? Bingung kok bisa-bisanya tuh kakek Tansen tahu kalo si Tansen emang pantes dan bisa ngelola toko roti yang udah lima tahun bangkrut? Padahal penulisnya nyeritain kalo si Tansen sama kakeknya enggak pernah kenal satu sama lain. Itu doang sih kekurangan dari cerita Madre menurut gue. Kurang detail aja. Tapi selebihnya oke kok 😀
  • 0 Comments
Judul Novel           : Cinta Kamu, Aku…: Ini Bukan Drama Radio!
Judul resensi novel: Bukan sekedar Drama Radio
Pengarang             : Irfan Ihsan
Penerbit                : Noura Books
Tahun Terbit         : Februari 2013
Kota Terbit           : Jakarta
Jumlah Halaman  : 304 hal





Cinta Kamu, Aku merupakan karya pertama dari Irfan Ihsan si penulis novel ini. Pertama kali tahu kalo Irfan Ihsan bikin novel saya langsung berencana ingin membeli dan membacanya, dan akhirnya kesampaian juga. Alhamdulillah :). Kenapa saya tertarik dengan novel ini? Alasan pertamanya sudah pasti karena penulisnya. Kenapa penulisnya? Saya sejak SMP sudah mengikuti siaran VOA baik itu di radio maupun di televisi dan sudah pasti tahu dengan Irfan Ihsan yang nerupakan broadcaster internasional di VOA jadi kepengin tahu gimana sih kalo seorang penyiar radio terkenal bikin novel. Alasan kedua adalah karena saya merupakan seorang announcer di Radio Kampus di Jakarta, pokoknya semua hal yang berkaitan sama radio saya suka. Pas tahu novel ini juga ada kaitannya sama dunia radio tanpa pikir panjang saya langsung beli dan membabat abis buku ini. Hehehehehe 😀

Novel  “Cinta Kamu, Aku…” berkisah tentang seorang penyiar radio weekend 93.5 Flash FM yang selalu membawakan acara Pengin Request (PR) setiap hari sabtu malam dia adalah Fabian Suhendra atau yang biasa dipanggil Aan. Walaupun cara siarannya dinilai bagus baik itu oleh kru Flash FM maupun pendengar setianya, namun  kehidupan Aan tidak sebagus siarannya. Sebagai penyiar radio dengan air time pas-pasan, uang kos yang selalu nunggak dan penyakit jomblonya yang sudah ia derita selama 27 tahun ia selalu dilanda kegalauan.


Ada yang berbeda dari malam minggu sebelumnya yang sering Aan lewati, malam minggu kali ini terasa berbeda karena ada tamu siaran yang bikin Aan lupa sama galaunya yakni kedatangan penyanyi cantik, Risha, yang dikenal dengan suara merdunya, kecantikan, dan segudang prestasinya.  Dari awal pertemuan dengan Risha itulah Aan langsung jatuh hati pada penyanyi terkenal itu, namun sayang hati Risha sudah dimiliki orang lain.

Kenikamatan kehidupan Risha sebagai seorang penyanyi papan atas yang disukai banyak orang tidak seindah kehidupan pribadi Risha yang sejak kecil sudah berpisah dengan Orang tuanya akibat bercerai, ibunya yang juga seorang penyanyi sibuk dengan kegiatan shownya dan ayahnya yang juga sibuk. Belum lagi dengan kisah cintanya yang terbilang cukup rumit, karena selama beberapa tahun ini Risha menjalin hubungan special dengan suami orang yakni Yudha Ardiansyah selaku composer dan pencipta lagu terkenal.

Kerumitan cinta Aan, Risha dan Yudha berawal dari Risha yang tanpa sengaja mencium Aan yang saat itu sedang berada di dekatnya yang sama-sama sedang menghadiri acara Cipta Indonesia Music Award (CIMA), karena refleks melihat sang pujaan hati Yudha bermesraan dengan Ratih istri Yudha. Semenjak kejadian itu banyak infotainment yang memberitakan. Urusan wartawan dan lain-lainnya dapat diselesaikan oleh Lego manager Risha, namun tidak dengan Aan. Sejak kejadian ciuman tersebut Aki-Ninik Aan yang ada di Bandung sudah mengetahui dan menginginkan Aan untuk memperkenalkan Risha pada Mereka.

Risha berniat untuk mengklrifikasi kejadian itu pada Aan dan berharap Aan tidak menganggap insiden itu sebagai hal yang serius. Namun perkiraan Risha salah besar! Aan justru menganggap bahwa tindakan Risha itu sebagai ungkapan rasa sayangnya pada Aan. Keinginan Risha untuk menjelaskan yang sebenarnya terjadi tertahan oleh suruhan Aki-Ninik Aan untuk mampir ke rumah mereka. Dirumah Aki Ninik Risha merasakan kenyamanan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Bersama Risha untuk beberapa waktu, belum membuat Aan yakin kalau Risha betul-betul menyukainya.Dan pada akhirnya ketidakyakinan itu terjawab okeh curhatan Risha yang membuat Aan sadar ternyata ada orang lain di hati Risha bukan dirinya yang hanya seorang penyiar radio weekend dan anak kos yang sering ngutang. Walapun demikian Aan dan Risha tetap dekat dan kedekatan mereka membuat Risha merasakan perasaan yang berbeda pada Aan. Hubungan Aan dan Risha sudah diketahui oleh banyak pihak termasuk kru Flash fm dan infotainment.

Kedekatan Aan dan Risha membawa berkah bagi Aan. Akhirnya Aan mendapatkan jadwal siaran pagi dan banyak job-job lain yang berdatangan, pokoknya sejak Aan kenal dengan Risha banyak hal-hal yang menghujam jantung Aan banget deh seperti lagunya Tompi “Menghujam Jantungku”.

Kebahagiaan Aan dengan Risha mulai terganggu saat Yudha sudah menggugat cerai istrinya dan berusaha mendekati Risha lagi. Risha pun mulai goyah dengan perasaannya antara ingin kembali dengan Yudha atau bersama dengan Aan. Serapat-rapatnya rahasia hubungan Risha dan Yudha akhirnya pun terbongkar juga di saat Risha ingin mengakhiri hubungan dengan Yudha, Aan pun merasa kecewa dan berpikir kalo Risha telah mempermainkannya. Rahasia Risha ini juga diketahui oleh seluruh infotainment dan banyak berita miring mengenai Risha. Banyak yang mengatakan bahwa cinta Risha dan Aan hanya sekedar drama radio. “Kami yakin itu hanya akal-akalan mereka saja. Sebuah dongeng. Namanya juga penyiar. Seperti sebuah kisah dalam radio saja.” (Hal 252).

Menjelang akhir cerita, Aan berusaha ingin membuktikan pada Risha dan semua orang di dunia kalo cinta mereka bukanlah sekedar Drama Radio. “Sha.. mau nggak kamumembuktikan ke dunia, kalau cinta kita, bukanlah hanya sebuah Drama Radio… Cinta kita benar ada.”( Hal 291).

Dalam novel ini banyak menggambarkan suasana radio dan juga kehidupan dunia hiburan. Bagaimana terkadang wartawan yang hanya mengincar berita yang sensasional dan terkadang menyudutkan sang artis. Cerita ini mengalir begitu saja dan mempertemukan tokoh-tokohnya dalam satu frekuensi yang tak disadari. Meskipun ada beberapa kesalahan dalam penulisan waktu kejadian tapi itu tidak mempengaruhi nilai novel, ke-khasan anak mudanya dan inti dari cerita yang ingin disampaikan penulis.

Kesimpulan yang bisa didapatkan oleh para pembaca novel Cinta Kamu, Aku…: Ini Bukan Drama Radio! adalah tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, dalam mencari pasangan hidup walaupun kita merasa bukan siapa-siapa tidak berarti kita tidak dapat menemukan pasangan yang juga bukan siapa-siapa. Aan dan Risha telah membuktikan bahwa cinta akan datang pada orang, waktu dan tempat yang tepat jika Tuhan telah merestui untuk mereka bertemu di satu frekuensi. Dan satu lagi bahwa kesabaran itu akan membuahkan hasil yang tak terduga. Aan yang sudah jomblo selama 27 tahun bisa mendapatkan Risha yang sangat sempurna berkat kesabarannya.

  • 0 Comments
Newer Posts Older Posts Home
BloggerHub Indonesia

About me

Eka-Rahmawati


Eka Rahmawati

"Behind Every Successful Woman, It's Her Self — Unknown


Follow Us

  • instagram
  • Twitter
  • facebook
  • Linkedin
  • YouTube
  • Kompasiana

Banner spot

Blogger Perempuan

recent posts

Labels

Belajar Bareng Buku & Film Cooking digital agency Healthy Kecantikan Kelas Penyiar Indonesia Lomba blog Makan Melancong Produk Lokal Review

Popular Posts

  • Kenalan dengan InShot, Aplikasi Edit Video untuk Pemula yang Mudah Digunakan
  • Senangnya Jadi Narablog di Era Digital
  • 7 Langkah Perawatan Wajah yang Wajib Dilakukan Perempuan

My Portfolio

  • SEO Content Writing 1
  • SEO Content Writing 2

Blog Archive

Eka Rahmawati. Powered by Blogger.

Pageviews

instagram

Created By ThemeXpose | Distributed By Blogger

Back to top