Ayo siapa di antara kamu yang masih suka membaca koran sampai sekarang? Kalau ada, sama dong kayak saya. Kamu mungkin bertanya, kenapa sih saya masih suka membaca koran dan tidak memanfaatkan gawai saya saja untuk mendapatkan informasi yang up to date?
Alasannya sebenarnya sederhana saja. Saya kadang merasa kasihan sama mata saya yang harus dipakai buat melihat terus menerus smartphone dan laptop. Kamu pasti tahukan kalau didua benda itu di dalamnya ada yang namanya sinar biru?
Kalau belum tahu, coba saya jelaskan. Berdasarkan penjelasan dari situs kesehatan Hello Sehat sinar biru atau blue light adalah sinar tampak dengan panjang gelombang pendek, sekitar 415 hingga 455 nm, dan tingkat energi yang tinggi. Sinar ini mempunyai energi yang masih cukup kuat dan bisa merusak retina bila mata kita terkena secara terus menerus dalam waktu lama.Sumber alami dari sinar biru berasal dari matahari. Selain matahari, sinar biru juga berasal dari berbagai layar digital, seperti layar komputer, laptop, televisi, maupun smartphone dan peralatan elektronik lainnya untuk meningkatkan keterangan dan kejelasan layar.
Apa saja sih bahaya dari sinar biru? Setidaknya ada 3 nih efek negatifnya.
Menyebabkan kelelahan pada mata
Terlalu banyak melihat laptop/komputer,
smartphone, dan televisi lama
kelamaan bisa membuat mata menjadi lelah yang ditandai dengan mata iritasi dan
kering, sakit kepala, leher, hingga punggung, pandangan yang kabur, dan susah
fokus. Apa kamu merasakan tanda-tanda tersebut? Kalau iya, itu tandanya mata
kamu lelah karena efek dari paparan sinar biru.
Merusak siklus tidur alami
Dampak dari sinar biru juga bisa
memengaruhi siklus tidur kita lho.
Hal ini dikarenakan sinar biru bisa mengganggu produksi melatonin--hormon yang
membantu mengatur siklus tidur. Otak seseorang mulai memproduksi melatonin
ketika tubuh siap tidur dan sinar biru dari smartphone
bisa nih mengganggu proses
produksi tersebut. Bila siklus tidur terganggu, bakal memengaruhi kesehatan
mulai dari gangguan memori, obesitas, maupun gangguan genetik.
Kerusakan retina
Bila mata terpapar sinar biru terlalu
sering menyebabkan retina menjadi rusak. Retina yang rusak disebabkan sinar
biru, akan memicu hilangnya penglihatan sentral, yakni kemampuan untuk melihat
apa yang ada di depan mata kamu.
Nah, sekarang udah tahukan soal sinar biru. Balik lagi ke topik
utama dari tulisan saya ini. Kira-kira kenapa sih saya masih suka ‘menikmati’ koran dibandingkan media lain?
Lebih ‘ramah’ mata
Koran menjadi media informasi
yang cukup ‘ramah’ mata. Indera penglihatan kita enggak dituntut untuk bekerja keras buat menghadapi sinar biru. Saya bekerja sebagai content writer sangat bergantung pada laptop.
Kerja kurang lebih 8 jam di depan laptop dan diselingi sama main henpon pas jam istirahat, sore hari, dan
malam hari. Enggak kebayang dong,
banyak banget nih paparan sinar biru
ke mata tiap hari. Makanya biar mata saya istirahat dari sinar biru, saya alihkan dengan salah satunya baca koran atau buku fisik.
Lebih lengkap dan jelas
Kadang di pagi hari orang tua
saya nonton TV sambil sarapan pagi. Nah,
kadang saya juga ikutan ‘nimbrung’ nonton kalau tertarik sama berita yang lagi
disampaikan. Dari situ kan saya jadi tahu berita terbaru. Sayangnya kalau di TV
enggak bisa selengkap di koran, karena dibatasi sama yang namanya durasi. Dengan
baca koran kita bisa tahu lebih jelas dan detil soal sebuah informasi. Karena
biasanya berita di koran itu enggak cuma bersumber dari 1 narasumber saja, tapi
bisa dua atau tiga narasumber yang makin melengkapi si berita yang ditulis oleh
wartawan koran. Di aplikasi portal berita juga bisa sih dicari, tapi mereka cenderung enggak lengkap karena emang media
online itu sebisa mungkin tulisan
jangan terlalu panjang, karena bisa bikin pembacanya bosan dan matanya jadi cepat lelah.
Menambah referensi kosakata
Kalau enggak salah, saya tahu ada
kata ‘gawai’ itu gara-gara saya sering baca koran langganan kampus. (2015-2016
saya sempat kerja di kampus saya sendiri, yakni Universitas Mercu Buana sebagai
staf humas). Nah, saat itu sesekali
saya juga mengerjakan kegiatan media monitoring untuk memantau publikasi apa
saja yang dimuat oleh media tentang Mercu Buana. Biasanya, saya melakukan media
monitoring sehari setelah kampus menyelenggarakan acara besar. Dari situlah,
saya sering baca koran. Dulu pas masih kerja di Mercu Buana, saya suka bawa
buku kecil, buat mencatat istilah-istilah kata yang saya enggak tahu dan
mencari artinya. Apalagi kalau baca bagian Politik dan Hukum, banyak istilah
yang saya enggak paham.
Membangun kebiasaan membaca
Kebiasaan membaca bukan berarti kita harus baca buku saja. Tapi, bisa juga dengan membiasakan diri membaca koran. setelah saya resign dari kampus, saya sempat berhenti membaca koran dan beralih ke aplikasi berita. Saya sempat men-download beberapa aplikasi
media online seperti Detik,
Kompascom, CNN Indonesia, dan VOA Indonesia. Tapi saya pikir kalau banyak
banget yang di-download menuh-menuhin
memori henpon saya saja.
Baca juga: Enggak Ada Alasan Buat Malas Baca Buku. Karena Ada 6 Cara Atur Waktu yang Bisa Kamu Pilih
Udah gitu, saya sendiri enggak
mungkin baca satu-satu kan berita dari aplikasi yang satu dan yang lainnnya. Pastinya
itu buang waktu banget. Pernah sih, saya
mengakalinya dengan menggunakan dua aplikasi saja, yakni Detik sama Kompascom.
Tapi ujung-ujungnya saya cuma baca rubrik-rubrik entertainment. Misalnya, nih kalau di Detik, saya paling suka buka rubrik Wollipop, di mana
rubrik tersebut rubrik khusus wanita dan entertainment.
Saya orangnya enggak gila gosip kok, tapi saya itu demen banget ngikutin update-nya Royal Family alias Prince Willam-Kate Middleton dan Prince Harry-Meghan Markle. Hahahah. Keluarga mereka itu memang punya daya tarik banget buat diulas dan bikin banyak orang penasaran sama kehidupan mereka sebagai sosok yang dipuja-puja di seluruh dunia.
Tapi lama kelamaan saya sadar, enggak
ada faedahnya saya update info
tentang mereka. Toh saya juga enggak bisa
seperti mereka. Infonya juga enggak berguna apa-apa buat saya di dunia kerja
atau lagi ngumpul sama teman-teman saya. Karena teman-teman saya biasa aja tuh sama Royal Family, saya saja kayaknya yang terlalu ‘fanatik’ sama
mereka. Hahahaha.
Untuk waktu baca koran sendiri
saya biasanya luangin waktu 30-45 menit setelah selesai dandan di kantor. Jadi sebelum
mulai kerja, saya baca koran dulu. Ada beberapa teman-teman saya yang nanya ke
saya, kenapa masih suka baca koran. Saya biasanya akan jawab begini “gue kasian
sama mata gue karena harus terus lihat laptop sama smartphone tiap hari. Lagian, gue enggak pantes kalau pake kacamata
(yang alasan kedua ini becanda J).”
Itu dia alasan kenapa saya masih
suka baca koran. Kalau kamu sendiri gimana, apa kamu masih suka membaca koran
juga?